Part 11 | The Broken Promise

1328 Words
Jeremy berteriak lepas begitu kembali menginjakkan kakinya di Hamburg, tanpa ragu pria itu langsung merangkul bahu Vale, membuat Vale langsung berteriak dan menyikut perut Jeremy dengan keras, menunjukkan tatapan penuh kebencian pada Jeremy yang hanya menunjukkan senyum lebarnya. “b******k!! Kembalikan ponselku!!” Teriak Vale memukul Jeremy kuat-kuat, masih berusaha meminta ponselnya yang selama seminggu ini dimonopoli oleh Jeremy. “Aku menjaganya dengan baik, kau tidak perlu khawatir, seharusnya kau berterima kasih, karena aku mengajakmu berlibur di tempat-tempat menyenangkan, jangan lupakan jika kau juga menikmatinya, sayang. Lagi pula, kita akan langsung berangkat ke China besok, Daddy-mu telah mempercayai diriku untuk menjagamu, jadi apa lagi yang ingin kau hindari, kita memang sudah ditakdirkan bersama, sayang, jika kau menerimanya, maka semua ini akan menjadi lebih mudah dan indah.” Jeremy berusaha meraih wajah Vale, namun Vale langsung menepisnya kasar. “Berikan ponselu, b******k!!” Vale kembali memukul Jeremy menggunakan sling bag-nya, membuat Jeremy langsung tertawa dan justru menarik tangan Vale dan memeluknya paksa. “Jeremy b******k, lepaskan dan kembalikan ponselku!!” Vale kembali memukul-mukul d**a Jeremy, membuat Jeremy akhirnya melepaskan pelukannya, masih tersenyum manis walau mendapat penolakan secara ternag-terangan oleh Vale. “Bukankah ponselmu ada di tasmu? Bagaimana aku mengembalikannya jika kau telah mendapatkannya?” Jeremy menaikkan sebelah alisnya dengan seringai puas di bibirnya melihat wajah kesal Vale yang berusaha membuka tasnya dan menemukan ponselnya. Dengan cepat Vale mengaktifkan ponselnya yang sudah seminggu ini berada di tangan Jeremy, wanita itu dengan cepat membuka room chat-nya dengan Earl, seketika wajahnya kembali dibuat merah padam dengan pesan-pesan yang tidak pernah ia kirimkan pada Earl. Sedang Jeremy hanya tersenyum penuh kemenangan dan menunggu kemarahan Vale yang sebentar lagi mungkin akan membunuhnya. -Sudah kukatakan berhenti menghubungiku, aku membencimu, sangat membencimu yang selalu mengabaikan aku jika sudah bersama Alle.- -Lebih baik kita sudahi saja hubungan ini. Aku tidak yakin jika kau memang mencintaiku. Aku lelah dengan hubungan ini, Earl. Jika kau mencintaiku, seharusnya kau memperjuangkan diriku, bukan malah meninggalkanku dan memilih menuruti kemauan istrimu. Sebenarnya siapa wanita yang kau cintai?! Vale atau Alle?!” -Kubilang berhenti menghubungiku. Aku membencimu dan tidak ingin melihatmu lagi! Aku akan melupakanmu dan menikah dengan pria lain seperti yang kau lakukan!!- -Kita putus.- Vale mencengkram kuat ponselnya saat membaca pesan-pesan di room chat-nya dengan Earl, tatapannya nyalang pada Jeremy yang kini justru menunjukkan senyum polosnya dan menunjukkan raut penuh tanya seolah tidak mengetahui apapun. “Bastard!! What the hell are you doing?!” Vale berteriak penuh emosi, melayangkan tamparannya pada Jeremy yang hanya bisa terkejut, namun dengan cepat mengubah ekspresinya dan kembali menunjukkan senyumnya. “Apa, sayang? Apa salahku? Aku hanya berusaha menyampaikan isi hatimu, bukankah kau memang mencintaiku dan ingin menikah denganku. Kau memang ingin putus dari Earl kan, tapi kau tidak tega melukai hatinya, jadi aku membantumu, seharusnya kau memberiku hadiah, one kiss maybe.” Jeremy mengedipkan matanya genit, membuat Vale benar-benar semakin emosi, namun juga lelah menghadapi Jeremy yang tidak ada habisnya, dia akan selalu kalah dari pria itu. “b******k!! Lihat saja, aku akan membalas semua ini, Jeremy.” Vale lalu pergi meninggalkan Jeremy dan berlari mencari taksinya sambil berusaha terus menghubungi Earl dan berusaha untuk menceritakan yang sebenarnya. *** Dalam perjalanan menjemput Alle, Earl terus memikirkan pesan-pesan yang dikirim oleh wanita itu, setiap Earl akan menghubunginya untuk menjelaskan pada Vale, selalu pesan-pesan menyakitkan yang ia terima, hingga pesan terakhir Vale saat dirinya terus mencoba menghubungi wanita itu, membuatnya benar-benar sakit hati dan kecewa. Vale ingin mengakhiri hubungannya begitu saja saat dirinya telah berjalan sejauh ini bahkan mengorbankan banyak hal juga orang lain dalam hubungan mereka. “Argghh!” Earl meninju keras setir mobilnya, benar-benar tidak habis pikir dengan Vale yang tidak memikirkan perasaannya dan hanya mementingkan egonya sendiri. Waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam membuat Earl mempercepat laju mobilnya agar bisa segera tiba di boutique Alle, menghabiskan waktu dan berbagi cerita dengan Alle mungkin bisa mengalihkan sedikit perhatiannya dari Vale. Seperti dulu, saat dirinya dan Alle sering bercengkrama dan menghabiskan banyak waktu di Soulsteak, karena tempat yang ditawarkan cukup memanjakan mata dan menenangkan jiwa. Dering pesan di ponselnya membuat Earl tersenyum saat mendapati pesan dari Alle. Foto cantik wanita itu yang telah siap dengan dress hitamnya membuat Earl tersenyum lebar, melihat wajah cantik Alle yang tidak ia pungkiri. -Aku sudah siap dan tidak akan membuatmu menunggu lama. Ah, aku sudah lapar dan merindukan beef di Soulsteak.- Pesan Alle membuat Earl tertawa tanpa sadar. -I’ll be there on twenty minutes, my lady.- Dering ponselnya yang kembali terdengar membuat Earl mendesah, namun saat melihat nama Vale di sana, jantungnya langsung berdetak keras, pria itu memilih menepikan mobilnya dan menerima panggilan itu, ingin mengungkapkan dan menanyakan banyak hal pada Vale yang telah menghilang selama seminggu ini. “Earl,” suara serak Vale membuat Earl yang ingin mengungkapkan semua emosi yang dia rasakan menguap begitu saja. “Ada apa? Kau di mana? Apa yang terjadi padamu, Vale? Ke mana kau selama ini dan apa maksud dari semua pesan-pesan menjengkelkan itu?” Earl mengucapkannya dalam satu tarikan napas, lalu saat mendengar isak tangis Vale pria itu semakin panik bukan main. “Aku ... aku .... aku dijebak, semua ... semua pesan-pesan itu bohong! Hiks ... hiks ... aku tidak melakukannya, aku ... aku memang marah padamu, tapi aku tidak pernah mengirimi pesan-pesan itu.” Vale menangis terisak-isak, membuat Earl menahan napasnya dengan sesak yang pelan-pelan datang. “Kau di mana sekarang?” “Apartemen.” Tepat setelah Vale mengatakan di mana dirinya berada, Earl langsung memutuskan sambungan teleponnya, melajukan mobilnya menuju ke satu tempat, di mana seseorang yang ia rindukan berada, melupakan janji yang dibuatnya dan kembali mengukir luka untuk wanita yang mencintainya dengan tulus, meninggalkan Alle dengan harapan menyakitkan yang harus kembali wanita itu dapatkan, karena seorang Earl Sanders yang terjebak kisah cinta dengan sang adik. Alle menghela napasnya panjang, melepas kacamatanya dan menatap puas hasil desainnya hari ini. Wanita itu lalu melirik arloji di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul enam sore, lalu dirinya beranjak untuk bersiap-siap agar Earl tidak perlu menunggunya. Alle berusaha memberikan penampilan terbaiknya, menggunakan dress rancangannya sendiri, dia selalu ingin mengabadikan momen-momennya bersam Earl, momen indah yang mungkin tidak akan bisa lagi ia nikmati saat Earl telah mengetahui perasaannya. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama, Alle telah siap dengan make up natural dan dress-nya, wanita itu tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, berharap malam ini akan menjadi satu dari malam-malam indahnya bersama Earl. Setelah mendapat pesan dari Earl, Alle kembali memastikan penampilannya, beberapa kali bercermin seolah ingin menunjukkan versi dirinya yang paling cantik, tidak ada lagi cacat yang terlihat dari pantulan dirinya di cermin, tidak ada lagi alat bantu dengar dan tidak ada lagi Alle yang gagap dalam berbicara. Melihat pantulan dirinya di cermin dan memikirkan semua pencapaian yang ia lakukan hingga di detik ini, membuat Alle tersenyum haru namun juga bangga pada dirinya sendiri. “You did it well, Allexa.” Ungkap Alle menepuk-nepuk ringan d**a kirinya, berusaha menghalau air mata yang tiba-tiba akan jatuh, dia tidak ingin merusak riasannya yang telah ia usahakan sempurna untuk Earl. Waktu yang dijanjikan Earl seharusnya kurang dari sepuluh menit, wanita itu lalu melihat ke arah jendelanya, berharap Earl datang lebih cepat dari yang dia janjikan, wanita itu masih mempertahankan senyumnya, meyakinkan dirinya jika ini akan menjadi salah satu malam indah yang akan ia habiskan bersam Kern. Sebuah pesan yang masuk membuat Alle bergegas mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja kerjanya, pesan dari Earl yang membuatnya mengernyit dan merasa bingung. -Xa, aku minta maaf, mungkin ini sedikit mengecewakanmu, aku ada urusan mendadak di kantor, bisakah kau datang sendiri ke Soulsteak dan kita bertemu di sana? Mungkin aku akan datang sedikit terlambat, tapi aku janji akan menyelesaikan secepatnya dan akan menemuimu segera.- Pesan dari Earl membuat Alle mendesah sedikit kecewa, namun dia tidak memiliki kuasa untuk menolak saat urusan Earl memang terlihat mendesak dan penting. -Baiklah, aku akan pergi sekarang, sampai bertemu nanti. Aku akan menunggumu.- Alle mengirim pesan itu, lalu wanita itu bergegas mengambil clutch-nya dan kunci mobilnya, menuju Soulsteak yang menjadi favoritnya bersama Earl.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD