Berteman tanpa Hidden Agenda

1335 Words
* Tahun ke 4 di Jakarta* Hari ini aku di wisuda sebagai seorang sarjana Magister Kenotariatan.Kami bertiga menjemput mama dari klinik di Bogor untuk menghadiri upacara pelantikanku sebagai seorang notaris. Kami bertiga memakai kebaya berwarna senada dan Kak Bondan terlihat gagah memakai batik lengan panjang untuk menghadiri acara wisuda hari ini. Mama keadaaanya sudah lumayan membaik. meskipun matanya masih kosong dan dia tidak banyak bicara. Dia masih tetap mengenali diriku ,tapi Kak Di, sama sekali hilang dari ingatannya. " Siapa dia, Bia?" Tanya Mama padaku sambil menunjuk Kak Di. " Kak Diana, Mama. Wanita yang menolong kita pada saat kita di Batam." Jawabku " Mengapa kita perlu ditolong dia? bukankah kita menemukan papa dan kita tinggal bersama papa?" Tanyanya binggung. Mamaku sepertinya menipu ingatannya dan menganggap kalau dia masih menjadi istri papa. Mamaku memang sangat mencintai papaku. Dulu mama adalah anak gadis tersayang dari keluarga kaya raya yang memiliki pabrik snack di daerah Jakarta Utara. Mama jatuh cinta pada papa yang memang sangat ganteng tapi mempunyai sifat yang tidak baik, suka berjudi dan hanya merupakan staf marketing di pabrik kepunyaan kakekku. Setelah kakek meninggal, kejayaan pabrik snack itu mulai memudar, karena nenek, mama dan papa sama sekali tidak bisa mengelolanya. Mereka tidak berinovasi menghadirkan varian baru yang banyak bermunculan dan lebih suka dinikmati oleh orang-orang sehingga berakhir pabrik itu bangkrut karena tidak lagi punya modal. Dengan kebangkrutan pabrik, papa diajak temannya bekerja di Batam, di pabrik elektronik besar yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha kaya raya . Saat itu Batam lagi berkembang pesat karena BJ Habibie sebagai ketua Otorita Batam ingin membangun Batam sebagai Kota Industri berteknologi tinggi. Tapi kepergian papa ke kota itu, menjadi bencana bagi mama karena Papa jatuh cinta dengan Direktur wanita , pemilik pabrik itu.Mungkin memang papa specialisnya mengincar wanita-wanita pemilik pabrik dan berakhir aku dan mama diusir bagaikan an,jing saat datang mencari papa ke kota ini. "Bia, Papa mana? Kok nggak datang di wisuda mu? Tanya mama membuyarkan lamunanku. " Papa sudah meninggal, Ma." Kataku tanpa ragu dan tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Aku memang sudah memutuskan akan menganggap mati lelaki itu sejak dia begitu sampai hati mengusir kami dari rumah mewah istri barunya. " Kok mama nggak ingat ya?" Tanya mama dengan tatapan mata yang tetap kosong, dia seperti orang yang tidak punya ekspresi. Dokter Hendrawan, psikiater yang merawat mama di Klinik rehabilitasi itu mengatakan, memang proses penyembuhan mama akan berlangsung lama karena otak mama menyangkal semua kejadian yang menimpa dirinya, jadi terapi pengobatan apapun yang dilakukan oleh dokter tidak bisa menembus otak seorang pasien yang tidak mau diobati dan selalu menyangkal kejadiaan yang terjadi. Mama bagaikan masih hidup di awang-awang kemewahan sebagai seorang putri pemilik pabrik yang dilimpahi beribu cinta oleh orang tua dan suaminya. Aku mengatakan kepada dokter, tidak apa-apa kalau keadaan mama tidak ada peningkatan asalkan mamaku tidak lagi tiba-tiba membuka bajunya dan telanjang bulat di depan para pria-pria yang dilihatnya sebagai suaminya. Itu saja sudah cukup bagiku. Mendegar pertanyaan mama, Kak Diana yang duduk di kursi depan bersama Kak Bondan tampak menghela nafas, dia pasti ikut sedih dengan kondisi mamaku ini yang dari tahun ke tahun, tetap saja seperti ini. " Its okay. Kak Di. jangan menghela nafas, aku baik-baik saja dan mama juga baik-baik saja ,lihat dia masih tampak cantik dengan kebaya ungu kita ini" Kataku. " Iya Bee. Meskipun masih belum bisa sembuh total , setelah 4 tahun tinggal di klinik, yang terpentng mama tidak sembarangan membuka bajunya lagi sampai telanjang kalau dia lihat laki-laki." " Iya , itu yang terpenting." Kataku sambil mengenggam tangan mamaku dan mengelusnya pelan. Mata tuanya tampak memandangku tetap dengan sorot mata kosong tak berjiwa. Setelah acara Wisuda, kami kembali mengantar mama pulang ke Klinik di Bogor. Aku memeluk mama erat sambil berkata. " Bi.. Pamit ya, Ma. Bia akan datang menjenguk mama seperti biasa di akhir bulan." Mama mengangguk. Suster yang menjaga dan menemani mama tersenyum pada kami, sebelum dia menggandeng tangan mama kembali ke kamarnya. Suara Kak Di terdengar ketika aku memasuki mobil. " Bee. Black Car, memesanmu untuk satu minggu. Mau di ambil?" Tanyanya " Hah? Satu Minggu? Ke Bali lagi?" Tanyaku " Nggak bukan ke Bali tapi ke Villa pribadinya di Rancamaya. Dia ingin kamu menemaninya seminggu." " Kok tumben dia minta ditemani di villa pribadinya, gimana dengan keluarganya ya?" Tanyaku ragu. " Aku nggak berani bertanya, Bi tapi yang pasti tidak mungkin kamu di minta menemaninya kalau ada keluarganya. Orang kaya seperti dia, pasti punya banyak villa dan mungkin saja,ini salah satu villa yang tidak diketahui keluarganya atau keluarganya tidak akan datang ke villa ini,makanya dia ingin kamu menemaninya di sana." Kata Kak Di. " Emang benaran Bee, dia nggak pernah minta kamu memuaskannya di ranjang. Kalian hanya ngobrol saja?" Kak Bondan bertanya. " Iya, nggak pernah. Kami hanya ngobrol saja. Mungkin dia sudah terlalu tua untuk melakukan hubungan intim." Kataku. " Nggak ada kata tua untuk lelaki, Bee. Lelaki yang sehat itu sampai umur berapapun tetap sanggup melakukan hubungan intim, hanya tidak bisa beronde-ronde saja dan tidak terlalu bisa menegang lagi dibandingkan saat masih muda. Untuk membuatnya terangsang juga perlu waktu lebih lama." Kata Kak Bondan. Aku mengangkat bahu sambil berkata " Yah, aku tidak tahu apa masalah Pak Car karena selama bertahun ini jika dia memakai jasaku,yang kami lakukan hanya ngobrol. Kadang dia memintaku melihat berkas-berkas perusahaan yang ingin dia beli, lalu kami pelajari bersama dari segi untung ruginya. Aku senang kalau dia memesan jasaku, karena aku dapat banyak ilmu darinya. Ilmu bisnis dan ilmu hukum. Dia juga satu-satunya client yang aku kasih tahu kalau aku diwisuda hari ini." "Jadi dia tahu, kamu di wisuda hari ini? Kok dia malah pesan hari ini juga ya?" " Hah? Jadi sekarang aku harus ke sana? Dengan kebaya ini?" " Lebih efisien sih begitu. Bogor ke Rancamaya uda dekat, daripada kita balik lagi ke PIK untuk tukar baju." Kata Kak Diana " Tapi seminggu loh Kak, aku dibookingnnya. Masak aku nggak bawa apa-apa?" Tanyaku. " Besok, aku akan mengantar kopermu, Bi." Kata Kak Bondan " Lebih efisien begitu daripada kamu capek di jalan. Lebih baik aku saja besok pagi, datang ke sini khusus mengantar kopermu." " Aku nggak mungkin tidur pake kebaya kak, dan nggak mungkin tidur telanjang atau pakai jubah hotel, karena Pak Car tidak pernah minta aku telanjang. Dia lelaki tua yang sangat sopan." Kataku " Ada satu kemeja gombrongmu di belakang , Bi. Lupa kamu turunin, saat ganti baju di mobil. Nanti pakai aja itu dulu untuk tidur. Besok pagi-pagi, aku janji akan tiba mengantar semua keperluanmu termasuk alat make up." Kata Kak Bondan sambil mengarahkan mobilnya menuju jalan ke Rancamaya " Okay, gitu aja. Aku setuju. Kesempatan di booking seminggu oleh seorang Pak Car harus segera diambil. Aku hanya perlu menemaninya ngobrol tanpa perlu melakukan apa-apa. Pak Car memang sangat baik." Kataku tersenyum lebar. " Mungkin dia kesepian dan perlu teman ngobrol yang tidak bisa dia dapatkan dari teman-temanya. Memang orang semakin kaya semakin mudah berprasangka terhadap orang-orang terdekatnya." Kata Kak Di. " Berprasangka apa?" Tanya ku " Berprasangka kalau orang yang mendekatinya ada hidden agenda dan tidak tulus padanya. Takut kalau orang itu mendekatinya hanya demi harta saja." " Benar juga." Kataku membenarkan. " Bee, Pak Car bukan nama aslinya kan? kamu panggil dia dengan Car karena kode akses nya itu Black Car, Iya kan? Tanya Kak Di penasaran. " Iya, semua pelanggan kecuali Pak Harvi memang selalu memakai nama kode aksesnya, nggak ada yang pakai nama asli. " Kataku Tidak lama kemudian, kami tiba di kompleks villa mewah di Rancamaya. Memasuki villa mewahnya Pak Car yang berkode Black Car di website The Hive membuatku terpana. Villa ini benar-benar mewah dengan arsitektur romawi berwarna putih, dikelilingi pohon palem yang tinggi, membuat suasana rumah mewah ini makin terasa mewah. Aku melambai pada Kak Diana dan Kak Bondan. Mengucapkan terimakasih pada pembantu yang mengantarku sampai ke ruang tamu. Sang pembantu membuka pintu ruang tamu dan mataku langsung terpana. dan menjerit " Oh . Pak Car.Apa yang kamu lakukan? Kamu memang sungguh luar biasa" Apa yang dilakukan Pak Car sampai membuat Bee terkaget-kaget?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD