Salah faham yang cantik

1035 Words
"Siapa yang bilang dia pacar kakak.?" tanya Ken, jangan-jangan satu rumah ini mengira bahwa Hilda adalah pacarnya, benak Ken. "Kakak nggak usah malu, katanya pacar kakak itu cantik sekali" jawab Sakura. "Para pelayan di sini saling bergosip, katanya kakak bawa pulang pacar, dan orang Indonesia, cantik lagi" ucap Sakura dia mendengar para pelayan bergosip. Makanan telah disajikan di atas meja dan ini makanan khas orang Jepang ada sushi tempura coba wadah sabu-sabu untuk merebus sayuran dan aneka macam seafood, Hilda tiba-tiba masuk sudah menggunakan kimono yang sangat cantik bahkan terlihat seperti dandanan seorang Geisha. "Ibu mengapa Hilda dandani seperti ini.?" tanya Ken dalam bahasa Jepang, semua orang di negara ini tahu apa yang disebut dengan Geisha, dan dandanan Hilda seperti itu, meskipun ini hanya budaya dan sudah tidak ada lagi di zaman ini, tapi seakan mempermalukan Hilda. "Tidak ada yang menghinanya, para turis sangat suka dengan kimono ala-ala Geisha, lagi pula' lihatlah..! bukankah kalian berdua sangat cocok?" ucap ibunda Ken, dia seperti menyetujui hubungan putranya dengan gadis yang baru saja dikenalnya, mereka tidak tahu masalah apa yang dibawa Hilda datang dari Indonesia ke negara ini, hanya untuk melepaskan kekecewaannya saja, tanpa ada niat mencari pasangan. Hilda kembali merasa canggung, kedua orang ini' ibu dan anak, seperti bersih tegang dalam bahasa mereka, sementara dia tidak tahu artinya apa? "Maaf bisakah saya di turut sertakan? saya tidak mengerti bahasa kalian?" ucap Hilda. "Duduklah di sini nak!" pinta ibunda Ken, dia meminta Hilda duduk di samping Ken, kepala pelayan yang memiliki muka datar itu yang tidak pernah tersenyum, mengambil gambar mereka berdua. "Ayo silakan dinikmati hidangannya ! apa kau suka makan makanan Jepang? sushi dan hotspot kami?" tanya Ibunda Ken. "Aku sering makan di Indonesia, banyak sekali kedai-kedai dan restoran Jepang di sana?" jawab Hilda, dia sering bersama sahabatnya makan di sana sambil bergosip, sehabis pulang kerja. "Hilda dimakan saja, setelah ini kita akan pergi dari sini" ucap Ken, dia tidak ingin berlama-lama di rumah ibunya, sebuah kesalahan membawa Hilda ke sini, dia berharap mereka berdua tidak banyak ditanya-tanya, apalagi disangka sebagai pasangan kekasih. "Ehmm..,, Singgung Hilda, dia tidak peduli apa yang mereka katakan, yang jelas ini adalah makanan gratis, di Indonesia untuk memiliki satu meja penuh seperti ini, entah berapa juta yang harus dibayarnya, seperti di yoshinoya atau yakiniku, pasti mereka akan merogoh kojek yang dalam. "Jadi kamu terbiasa dengan makanan Jepang?" tanya ibunda Ken, dia melihat Hilda sangat lahap memakannya, makin kuat saja dugaan nya, kalau Hilda adalah kekasih Ken, dia tidak canggung dan makan seperti layaknya di depan keluarganya sendiri. Begitu juga dengan Ken, mungkin ini yang dirasakan oleh pria asing itu benak Ken, melihat cara makan Hilda yang sangat lahap dan menikmati makanannya, seorang yang perfeksionis tidak suka dengan wanita tipe seperti ini, tapi bagi sebagian masyarakat Asia, cara makan seperti ini adalah menghargai makanan dan orang yang memasaknya. "Pelayan bawakan hidangan lebih banyak lagi !" pinta ibunda Ken, dan Hilda langsung menyanggahnya. " Tidak perlu, ini sudah cukup..? maaf dua hari ini jadwal makan ku berantakan, maaf kalau aku terlihat rakus" ucap Hilda, dia juga merasa kalau dirinya terlalu lahap makan, tapi rasa lapar itu tidak bisa dibendungnya, apalagi sushi yang sangat lezat ini. "Hahaha, jangan mudah tersinggung, kami akan memakan hingga perut kami puas" ucap ibunda Ken. "Iya makasih Bu.." jawab Hilda dia langsung menaruh sumpitnya di samping mangkuknya. Sakura tidak makan apapun dari tadi hanya memperhatikan Hilda, dalam benaknya, inikah wanita yang akan menjadi kakak iparnya? sementara ayahnya yang seorang pimpinan sebuah kelompok, selalu menekankan kesopanan dia tidak diizinkan makan seperti itu !". dia memang lumayan, tapi sangat rakus dan tidak sopan" benak Sakura. Setelah itu, pelayan mempersilahkan Hilda untuk mengikuti mereka dan menunjukkan kamarnya, Ken merasa janggal dengan perlakuan ibunya, dia berniat untuk pergi setelah makan malam, Ken tidak suka perlakuan seperti ini, dia masih tidak bisa menerima bahwa lelaki itu telah menikahi ibunya, padahal sang ayah tiri sudah berusaha untuk dekat dengannya, mungkin karena traumatik penghianatan dari ayah kandungnya, dia tidak begitu mempercayai seorang pria dengan gelar ayah, apalagi ayah tiri. "Apa maksudnya ini Ibu? bukankah sudah kukatakan kami berdua akan pergi dari sini ?" tanya Ken, dia tahu ibunya sudah mengulur waktu agar mereka menginap di sini. "Pandanglah ibumu ini! kau jarang sekali pulang, apakah hotel kukuh itu, lebih bagus dari rumah ibuku sendiri?" tanya sang ibu "Ini bukan rumah ibu..! rumah kita tidak sebesar ini dulu, .ibu jangan memaksaku untuk menerima dia sebagai ayahku" ucap Ken. "Ken? itu masa lalu kita ! ibu berusaha melupakan kejadian menyakitkan itu..! hiks..hiks..." ucap sang Ibu, dia menangis karena Ken selalu menolak permintaannya, dia sudah berusaha agar kalian mengerti apa yang dirasakannya. Melihat ibundanya menangis, merasakan kesedihan yang pernah mereka rasakan dahulu, ketika tinggal bersama ayah kandung Ken, ayahnya selalu membawa wanita pulang, bahkan ketika dia tewas ada seorang selingkuhan di sampingnya, dan mulai melunak beberapa tahun ini dia tidak pernah mendengar ibunya tersakiti oleh suami barunya. "Terserah Ibu saja, Ibu ingin tinggal bersama suami baru ibu, tapi tolong jangan paksa aku untuk menerimanya" ucap Ken, Sakura sang adik yang baru saja memakan beberapa suap langsung menghentikan makannya, dia tahu kakaknya itu tidak pernah akur dengan ayah kandungnya. "kakak? apa karena ayah kau tidak ingin tinggal di sini?" tanya Sakura, dia memang gadis kecil yang duduk di bangku SMP, paling tidak dia tahu kakaknya tidak suka dengan ayahnya. "Ya, aku tidak suka, kau tidak melihat ketika ayahmu berkhianat dengan teman-teman wanitanya di luar sana tapi aku melihat ayah kandungku" jawab Ken dengan lantang. "Kau salah kakak, aku melihat ayah dengan wanita muda, bahkan Ibu juga, kami tidak masalah dengan itu !" jawab Sakura, dia tahu ayahnya terkadang membawa wanita muda, tapi ketika ibunya Ken menghampiri wanita itu akan diusir oleh ayahnya. "Apa? apa yang ada di otak kalian? aku bisa gila dalam keluarga seperti ini, ini bukan masa lalu, aku tidak ingin lagi berbicara dengan kalian" ucap Ken, dia tidak percaya ibunya dan adik tirinya bisa menerima penghianatan dari suami dan ayah mereka, sementara yang diinginkannya adalah keluarga yang harmonis tanpa ada kata penghianatan. "kakak?" panggil Sakura. "Biarkan kakakmu pergi Sakura, dia butuh menenangkan pikirannya, besok kita akan membicarakan ini lagi, ini sudah sangat malam, kau tidurlah !" ucap sang Ibu, yang mengalihkan perhatian putri tirinya itu, agar tidak berdebat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD