Orang Baik dan Orang jahat.

1104 Words
Selamat membaca "Apa dia sudah terbiasa dengan hal ini?" guman Ken, normalnya wanita akan takut dengan kekerasan. Hilda pun berpikir sambil bercermin, kenapa wajah Ken banyak luka? tapi semua itu teralihkan, setelah keluar dari toilet dia menatap hamparan bunga sakura yang indah bukit ini sangat indah, " Aapa yang harus kulakukan? aku sudah membentak dan memaki atasan ku, si m***m itu memang harus diberi pelajaran, tapi Lina.." ucap Hilda dia tidak menyangka ternyata sahabat dekat nya yang menjadi simpanan atasannya itu, rasa kecewa dikhianati sahabat dan atasan, dia pun tidak tahu harus berbuat apa setelah ini, hanya ingin mencari suasana baru. Semilir angin pagi itu menerpa wajahnya, lehernya terasa dingin dan hawa sejuk itu seperti masuk ke relung jiwanya, "Ini yang aku inginkan, ketenangan jiwa.." ucap Hilda menikmati udara pagi dan pemandangan ini. "Hei, jangan terlalu melankolis, hidup tidak akan berakhir hari ini, waktu kita masih panjang" ucap Ken, yang menepuk pundak Hilda, dari ceritanya semalam, dia tahu wanita ini pasti sedang kalut, dan pasti membutuhkan pekerjaan. "Sok tahu kamu tuh, Eh' sebentar ini adalah hari kedua, aku aku harus check out atau menambah waktu sewaku!". ucap Hilda, dia tahu semalam di check ini untuk 2 hari saja, semalam telah berlalu dan dia tidur di taman ini, dan hari ini adalah hari terakhir dia menyewa kamar hotel yang murah itu. "Bagaimana kalau kau ikut ke suatu tempat dan aku jamin itu gratis?" ajakan Ken. "Jangan katakan itu perkumpulan kalian, aku tidak mau digabung dengan para lelaki, aku dengar di sini ada suatu perkumpulan di mana laki dan perempuan digabung?" tanya Hilda dia curiga itu adalah penampungan umum. "Apa kau pikir aku orang jahat? aku juga masih memiliki darah Indonesia". ucap Ken, dia bingung dengan Hilda, wanita ini seperti ramah di sisi lain, dan di sisi lainya dia begitu berhati-hati takut ditipu, Hilda hanya berdiam diri, dia takut komentarnya akan menyinggung Ken. Sudahlah kau ikut saja!" ucap Ken, mereka berdua mengendarai motor yang dipinjam oleh Ken kemarin malam, menuju hotel di mana mereka tinggal itu. "Sebentar, aku ingin mengambil sesuatu di kamarku kau bersiap-siaplah..!" ucap Ken, dia pun masuk ke kamarnya yang berjarak 2 kamar dari kamar Hilda, dia melihat kamarnya begitu berantakan baju kotor di mana-mana, sampah berserakan bekas makanan yang dipesannya, dan langsung mengambil sebuah polybag besar menaruh pakaian kotornya, beserta sampah dalam satu wadah agar terlihat sedikit rapi, lalu mengambil uang di laci dan dia pun keluar dari sana, mengunci pintu kamarnya itu, lalu berjalan menuju kamar Hilda, dia belum sempat mengetuk pintu Hilda, wanita itu keluar dari kamar dengan menarik kopernya. "Kau sudah siap?" tanya Ken. "Kau mau bawa aku kemana..?"tanya Hilda. "Ikut saja!" ucap Ken, sekali lagi dia melihat Hilda dan bertanya. " Apa kau tidak takut aku mencelakaimu? atau menjualmu?" tanya Ken. "Hahaha, hal yang lebih buruk dari ini, aku pernah mengalaminya, apa yang kutakutkan?" jawab Hilda. "Sepertinya kita akan akur, semoga persahabatan ini selamanya" ucap Ken, dia tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis, ini bukan perasaan cinta atau cinta pada pandangan pertama, tapi lebih pada perasaan seorang manusia, bersikap baik pada sesama dan saling menghargai. "Ca, elah... orang Jakarta bilang baperan, hahaha ternyata lucu kalau diucapkan sama laki-laki, tapi kita berkawan?" ucap Hilda sambil menjabat tangan Ken, dia tidak pernah bersahabat dengan lelaki tapi Ken layak untuk dijadikan sahabat. "Oke, sekarang kita berangkat?" ucap Ken, dia sudah bersiap di atas motor memanggang stang motor dan mulai menaik turunkan gasnya, Hilda berada di belakangnya, sementara koper kecil milik Hilda itu ada di depan Ken, dan melajukan motornya menuju ke suatu tempat, bahkan dia pun harus mempersiapkan nyalinya untuk kembali. Ketika Hilda sedang dibonceng oleh Ken, mereka berpapasan dengan mobil pria angkuh yang ditemuinya di pesawat, mereka berpapasan tepat di lampu merah ketika sedang menyala, lelaki itu sedang melihat notebook nya, dia meminta sopir untuk membuka jendelanya, suasana terlalu dingin dengan AC yang diputar kencang, dia ingin menghirup udara segar, kali ini dia ingin bertemu seseorang di sebuah perusahaan Jepang. Tanpa sengaja dia melihat Hilda yang tengah dibonceng dengan koper kecil di depan Ken, semakin jijik dia melihat wanita itu, dan semakin benar anggapannya, bahwa Hilda adalah w************n yang gampang dibawa ke sana kemari oleh orang asing sekalipun. "Lihatlah jalang kecil itu! wanita itu dengan mudahnya memikat seseorang, kali ini mungkin dia akan dibawa ke suatu tempat, setelah selesai dia akan dibayar, hahaha..." ucap pria angkuh itu. "Hahaha benar sekali bos, entah mengapa kita selalu berpapasan dengan wanita itu?" Jawab sang asisten. Karena menunggu lampu merah berubah, Hilda pun menoleh ke kanan dan ke kiri, dan tak sengaja dia melihat ke arah mobil itu, ternyata ada pria yang satu pesawat dengan dirinya, dia mengeryipkan matanya, menegaskan apakah itu adalah pria yang sama atau orang lain, dan ternyata itu memang pria itu, pria angkuh yang selalu menghina nya, dari dalam mobil pria itu mengacungkan jari tengahnya, membuat Hilda terbelalak, tidak percaya yang dilakukan pria itu, dia terlihat terpelajar bahkan seorang bisnisman, mengapa perilakunya begitu kasar dan tidak tahu malu. Dia tidak terima diperlakukan seperti itu, Hilda tiba-tiba turun dari motor yang dibawa oleh Ken itu, langsung menuju mobil yang ditumpangi oleh pria angkuh itu. "Apa maksud loh? gak sopan kasar!" ucap Hilda yang sudah kehilangan kesabarannya, dia membuka pintu mobil itu dan masuk, lalu menarik kerah lelaki itu, menarik dasinya seperti mencekiknya, dia pun menampar lelaki itu berkali-kali, dan anehnya lelaki itu hanya terkesima, terlihat syok dengan serangan yang tiba-tiba, lalu dia keluar dengan sumpah serapahnya, dan makian khas orang Indonesia. "Hey bos ada apa denganmu..? wanita itu sudah menyerang mu?" ucap sang asisten karena melihat atasan nya ini hanya terdiam saja, dengan serangan tiba-tiba dari Hilda, pria ini pun tersadar dan langsung berteriak mengatai Hilda. "Dasar kau perempuan murahan, pergi dari negerimu dan kau menjual diri di sini? apa kau tidak laku di negerimu? kuharap aku tidak akan pernah melihatmu lagi, merusak pemandangan saja" ucap si pria angkuh itu. Hilda yang sudah tidak tahan melihat itu dia mengambil helm yang ada di atas kepala Ken itu lalu melemparnya ke arah mobil itu, mobil yang ditumpangi pria jahat itu, seketika kaca mobil itu pecah, lampu merah sudah berubah warna, tapi seperti ada keributan di persimpangan jalan ini, adu mulut antara Hilda dan pria itu, membuat jalanan menjadi macet, semua orang keluar dari mobilnya, meminta mereka untuk menyingkir. Polisi yang berpatroli, langsung meminta kedua orang itu untuk ikut ke kantor polisi, karena sudah meresahkan ketertiban umum, sesampainya di kantor polisi mereka berdua masih berdebat, dan saling adu mulut, saling memaki. "Aku tidak terima dengan kata-katanya! dia menghinaku sebagai w************n, padahal aku tidak kenal dengannya" ucap Hilda membela diri, ada kantor polisi di Jepang ini, Ken mengartikan kata-kata Hilda. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD