Sebuah harapan

1011 Words
Seorang pelayan lelaki sudah mengeluarkan motor yang akan di pakai oleh Ken, dia melihat ini bukan motor temannya, tapi jenis motor yang lebih baik lagi. "Di mana motor yang kubawa kemarin itu?" tanya Ken pada pelayan lelaki yang sangat loyal itu. "Seseorang sudah mengembalikannya pada sahabat Tuan muda, ini adalah kotor baru untuk Tuan muda" ucap sang pelayan. "Apa yang kau katakan itu adalah motor temanku? apa kalian tahu di mana rumahnya?" tanya Ken, dia kesal kenapa mereka berani melakukan ini padanya, tiba-tiba suara seseorang terdengar dari belakang. "Ibu yang meminta mereka mengembalikan motor itu, itu adalah pemberian ibu' bawa saja !" ucap sang ibu. "Tapi aku tidak enak dengan temanku, tidak seorang pun tahu keadaanku yang seperti ini" jawab Ken. "Apa maksudmu, semua sudah Ibu atur, mereka akan berkata, bahwa mereka paman mu" ucapan sang Ibu, mendengar ini Ken tidak mempermasalahkannya lagi, dia langsung mengambil kunci motor itu dan meminta Hilda untuk ikut dengannya, Hilda hanya membungkukkan tubuhnya berterima kasih, "terima kasih untuk ramah tamahan Anda nyonya ?" ucap Hilda berpamitan dengan ibunda Ken, lalu dia naik ke belakang motor Ken, dan Ken memboncengnya, pergi keluar dari rumah besar ini. Sepanjang perjalanan banyak sekali yang ingin ditanyakan oleh Hilda tapi dia berpikir dengan keras mereka baru saja bertemu dan kebetulan ia diundang menginap di rumahnya, untuk apa bertanya terlalu dalam mengenai keluarga Ken, "pasti kamu bertanya-tanya ada apa dengan keluargaku?" ucap Ken tiba-tiba memecah keheningan. "Sebenarnya aku yang malu, jauh-jauh dari Indonesia ke sini cuma buat healing, entah kenapa aku selalu sial, selalu mendapat masalah bertemu dengan pria aneh, lalu selisih paham di rumahmu" ucap Hilda menjawab kata-kata Ken. "Sekarang kita adalah sahabat jangan sungkan bercerita, ngomong-ngomong apa rencanamu?" tanyakan mereka sudah cukup jauh mengendarai motor tanpa tujuan. "Aku ingin kau membawaku ke sebuah penginapan atau mungkin hotel pinggiran kota yang murah, uangku tidak banyak, aku hanya menghindar sesaat dari negaraku karena terlalu sesak, masih ada sebuah harapan untuk berdiri kembali.." ucap Hilda. Mendengar ucapan Hilda dadakan pun terasa sesak, mendengarnya seakan dia tahu penderitaan Hilda, dia sudah tahu ceritanya, bagaimana rasanya berhenti bekerja, setelah sekian lama mengabdi. "Orang-orang seperti kita harus memiliki semangat yang tinggi untuk bertahan hidup, aku yakin kau pasti akan mendapatkan kesuksesan kembali ?" ucap Ken, pemuda ini menyemangati Hilda sahabat barunya ini, dan tiba-tiba Hilda teringat ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya Ken dalam keadaan babak belur, wajahnya lebam dan ada darah, tapi kini seolah-olah tidak terjadi apa-apa wajahnya biasa saja. "Kalau aku boleh tahu, ketika kita pertama kali berpapasan apa yang terjadi denganmu dengan wajah yang babak belur itu?" tanya Hilda sambil dibonceng, Ken ragu ingin memberitahukan kejadian itu pada Hilda. "Ya tentu saja hidup di Jepang begitu keras, mereka berkelompok dan kita yang tidak memiliki pendukung, akan ditindas, anggap saja aku membantu yang tertindas itu" ucap Ken, Hilda baru sadar ternyata ini adalah jalan menuju penginapan kemarin. "Loh jadi kita akan kembali ke tempat kemarin" tanya Hilda. "Kukira kau tidak menyadarinya, sudah ikut saja, ini adalah penggenapan termurah di sini, dan paling tidak ini aman, tempat lain belum tentu terjamin keselamatanmu" jawab Ken, Ken memarkirkan motornya di sana kini dia tidak perlu meminjam motor temannya, ternyata Ken tidak melakukan reservasi untuk menyewa sebuah kamar, tapi dia ingin membawa Hilda ke kamarnya sendiri, yang disewanya perbulan. "Ken sebentar aku belum menyewa kamarnya?" tanya Hilda sebab tiba-tiba mereka melewati kamar yang pernah disewa Hilda lalu menuju ke kamar Ken. "Tidak perlu, kau menginap di kamar kost saja dan ini gratis, kau bisa menghemat uang dan tenang saja kau bukan tipeku jadi jangan berpikiran aneh-aneh?" ucap Ken. "Idih, siapa juga yang mau ama lo?" secara spontan Hilda menggunakan bahasa lu gue nya. "Hahaha, orang Jakartanya ketahuan banget, tolong ambilkan selimut dan bantal itu" pinta Ken, kalau dia menarik kasur yang ada di bawah kolong tempat tidur, dan hendak tidur di bawah sementara Hilda dirancang atas. "Kayaknya masih belum terlalu sore apa kamu mau tidur? tanya Hilda, dia merasa keheranan ini belum terlalu sore tapi dia hendak tidur. "Semalam aku begadang, tidak bisa tidur, lebih baik beristirahat sebentar, aku akan menunjukkan padamu seperti apa dunia malam di Jepang" ucap Ken, dan tidak ada salahnya beristirahat, Hilda berfikir mungkin besok dia akan kembali ke tanah air. "Oke kalau begitu " Hilda meletakan koper kecilnya di samping ranjangnya, kalau melepaskan jaketnya sepatu dan tasnya, dia mencoba merebahkan dirinya, tak terasa ternyata dia malah tidur duluan. Ketika Hilda Tengah terlelap, Ken malah tidak bisa tidur, dia terbangun memperhatikan gadis yang lumayan dewasa ini, di hadapannya, dalam benaknya gadis ini lumayan cantik, ibu dan para pelayan berusaha menyandingkan mereka, tapi Ken tidak mau terlalu cepat memiliki hubungan dengan wanita yang baru saja dikenalnya itu. "Semoga impianmu terwujud, ucapkan dalam benaknya sambil memandangi Hilda yang tengah tidur itu dia duduk di kursi menghadap ke arah Hilda, jangan membantunya tapi mereka perbedaan negara, dia masih berpikir tidak mungkin dia akan mengikuti Hilda ke Indonesia, sementara dia belum begitu sukses untuk menunjukkan bahwa dia seorang lelaki. Mereka tidak tahu kalau orang suruhan Tuan Yamato berada di luar, memata-matai mereka berdua dan mengirimkan pesan pada Tuan Yamato, bahkan Suzuki merasa kalau mereka berdua memang memiliki hubungan, terbukti dengan mereka yang tinggal dalam satu kamar. "Tuan besar, mereka menginap di tempat Tuan muda Ken sepertinya hubungan mereka sangat dekat" ucap Suzuki, seorang mata-mata, orang suruhan Tuan Yamato ayah tiri Ken. "Ikuti mereka terus dan laporkan padaku" perintah Tuan Yamato, dan Suzuki pun mengiyakan perintah tuannya itu. Sementara malam telah tiba, Ken membangunkan Hilda, sejak tadi sore mereka telah berencana untuk jalan-jalan di malam hari, Hilda malu ternyata dia tidur dengan lelap, sampai dibangunkan oleh Ken. "Hilda bangunlah, ayo kita jalan-jalan? bukankah kau ingin melihat bagaimana Jepang di malam hari?" ucap Ken. "Maaf aku ketiduran, sebentar aku membersihkan diri dulu" ucap Hilda, dia buru-buru membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya" baiklah aku sudah siap, kita mau pergi ke mana?" tanya Hilda lagi. "Pertama kita akan cari makan dulu, lalu kita akan keliling kota, apa kau mau lihat di sini pria normal, tapi memakai pakaian wanita, banyak sekali peragaan-peragakan cosplay ucap Ken , dia seperti seorang guide tour saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD