Kau pria menjijikan

1037 Words
Pria jangkung dan tampan ini bersama asistennya, membawa Hilda ke kamar yang telah mereka pesan. "Pak Bos aku akan mengantarmu sampai sini saja, apa sebaiknya kau tidak melakukan itu?" sekali lagi sang asisten bertanya pada atasannya ini. "Apa yang kau katakan di hanya w************n, dia beruntung aku menginginkannya.." ucap Edmund dengan arogannya. "Tapi bos?" sekali lagi sang asisten menyanggah keinginannya. "Sudah kukatakan jangan campuri urusan pribadiku, sebaiknya kau siapkan rencana perjalanan kita esok hari, kita harus keluar dari negara ini esok hari, aku anggap ini adalah hadiah dari keberhasil dalam kita, mendengar kata-kata atasan yang sangat tegas, sang asisten tidak berani memperingatinya lagi, dia harus membooking tiket untuk pergi dari Jepang. Edmund meletakkan Hilda di atas ranjang king size itu, sebuah kamar VIP yang dipesannya dengan sangat mahal, dia menatap jijik pada Hilda, " sebaiknya kau berterima kasih karena aku menginginkanmu" cibiran pria angkuh ini, sementara Hilda yang tidak sadar, dia tidak tahu bahaya apa yang akan ada di depannya. Sang asisten masih mengeluh di depan kamar atasannya itu, dia masih berharap atasannya itu sadar dan tidak melakukan itu pada gadis yang bahkan tidak mereka kenal " semoga Tuhan menghukummu kalau kau berbuat jahat Tuan" munajat sang asisten sebelum meninggalkan tuannya. Sementara Edmund hanya mengikuti kata hati dan reaksi tubuhnya saja, dia ingin menguji Ada apa sebenarnya dengan dirinya selama ini? ketika dekat dengan wanita ini, dia akan bereaksi berlebihan, seperti seseorang yang telah meminum afrodisiak. Edmund membalikan tubuh Hilda yang mabuk itu, melihatnya dengan jelas, hatinya mulai berdesir lagi, ketika dia melucuti baju Hilda, degub jantung Edmund begitu kencang berdetak, tubuh putih mulus Hilda, dia melihatnya begitu merona dan menggodanya, dia sudah tidak tahan lagi, perbuatan sesat itu akhirnya di lakukannya juga. KEESOKAN HARINYA.... Edmund terbangun terlebih dahulu, dia merasakan keanehan yang luar biasa, dia begitu menikmati permainan semalam, dan yang dia tidak duga gadis yang berada di ranjangnya ini masih Virgin, dan dialah pria pertamanya, "Apa yang harus ku lakukan.?" benak Edmund. Hilda masih belum sadar juga, dia sangat mabuk dan tidak sadar dengan apa yang terjadi semalam, kini sudah pukul 8 pagi, Hilda baru saja bangun dalam keadaan pengar, dan dia tidak sadar berada di sebuah kamar hotel. "Ken?, Ken..? aku harus memesan tiket ke Indonesia" ucapan Hilda pertama kali ketika dia bangun, dan itu sungguh mengecewakan Edmund. "Hebat sekali bukan namaku tapi nama pria lain" ucap Edmund, dia kesal bukan dirinya yang pertama kali diucapkan oleh Hilda, tentu saja semua itu karena dalam ingatan Hilda dia dan Ken sedang menikmati malam di sebuah klub, bukan sebagai pasangan, melainkan sahabat yang esok hari akan berpisah. Mendengar suara asing, Hilda berusaha membuka matanya, dia langsung menoleh meski matanya sulit sekali dibuka, dia berusaha sadar mengeryipkan matanya, Hilda berusaha memaksakan dirinya untuk sadar, samar-samar dia melihat sosok seorang pria jangkung yang memiliki garis tirus di wajahnya, yang sangat tegas mata yang sangat tajam, dan dia ingat itu adalah pria yang ditemuinya pertama kali di pesawat, pria yang selalu memiliki masalah dengan dirinya. "Kau?Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hilda, dia heran mengapa pria itu duduk di hadapannya melihatnya dengan Aksen seperti mengejeknya. "Wow amazing bahkan kau tidak sadar apa yang kita lakukan semalam?" ucap Edmund, dia memberi clue pada Hilda, sontak Hilda langsung melihat tubuhnya yang tanpa busana, matanya terbelalak melihat kiss Mark pada lengan dan d**a nya, dia menatap ke arah pria di hadapannya itu. "Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Hilda yang panik, dia berdiri dan tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa yang dirasakannya, rasa sakit itu di antara kedua belah kakinya, dan juga sakit di perut bawahnya. "Ahh.., Apa yang kau lakukan? kau sangat menjijikkan ! kau mengambil keuntungan dariku !" makian Hilda, dia hendak berjalan ke arah pria kurang ajar ini, tapi dirinya gontai seperti tidak bertenaga dan tiba-tiba dia hilang kesadarannya, sontak Edmund langsung memegang kepala Hilda agar tidak terbentur ke lantai. "Apa yang kulakukan? oh' kau bodoh sekali Edmund" guman lelaki ini ketika mengangkat tubuh Hilda dan diletakkannya di ranjang, dia langsung menelpon asistennya itu untuk segera datang, dan tidak menunggu waktu yang lama sang asisten pun datang dia mengetuk pintu, dan langsung dibuka oleh Edmund. Sang asisten sudah tahu betul keadaan yang terjadi, melihat Hilda yang tengah terbaring di ranjang kakinya seperti berlumuran darah, kini ketakutannya terjadi ternyata wanita itu dirusak oleh atasannya ini. "Bos, Apa yang kau lakukan? aku sudah memperingatimu dia bukan seperti gadis-gadis itu ! jadi dia masih suci?" tanya sang asisten, dalam hatinya dia begitu membenci atasannya ini melakukan itu bahkan pada seorang wanita yang mereka kenal, apa ini adalah motif balas dendam, atau apapun itu tindakan sang atasan tidak disetujuinya. "Berhentilah menyalahkanku, gadis itu masih suci akulah pria pertamanya, tapi bukan itu masalahnya, kini dia tidak sadarkan diri, aku pikir dia sangat kesakitan, bisakah kau membawa seorang dokter ke sini?" pinta Edmund. "Oke sebentar Pak Bos, aku akan menelpon seseorang, ternyata yang di teleponnya itu adalah bawahan dari tuan Yamato. Dia meminta agar mereka mengirimkan seorang dokter ke hotel di mana Edmund berada. "Berapa lama mereka akan ke sini?" tanya Edmund yang mulai panik dia takut wanita ini akan tewas, dan dia tidak ingin bermasalah, apalagi di negara orang. "Sebentar lagi mereka akan datang..!" ucap sang asisten, dia pun ikut panik melihat pupil mata Hilda, lalu memegang lehernya dan ternyata nadinya masih berdetak. "Syukurlah dia masih hidup, Pak Bos Apa kau tidak bisa menahan diri? mengapa kau melakukan itu begitu kejam? apalagi ini adalah pertamanya" tanya sang asisten, dia tahu betul performa atasannya ini, pria bugar dan sehat dan memiliki durasi yang sangat panjang. Sementara di tempat lain Tuan Yamato yang tahu kabar ini dari anak buahnya, dia sangat senang dengan begini putra tirinya itu tidak akan melihat Hilda karena gadis itu sudah ternodai, dia berpikir ini adalah pekerjaan yang sangat rapi yang tidak perlu dia turun tangan. Hahaha.. ternyata Tuhan membantuku menjauhkan mereka berdua, dasar w************n, dia memang tidak pantas untuk putraku!" ucap Tuan Yamato, dia tidak tahu kalau istrinya yang merupakan ibunda Ken, mendengar percakapan itu, betapa terkejutnya sang istri melihat kekejaman suaminya, ternyata pria asing itu sudah menodai kekasih putranya. "Tidak, Apa yang harus kulakukan? Ken pasti sangat kecewa, ini tidak benar' aku harus melakukan sesuatu" benak ibunda Ken, wanita paruh baya ini berguman sambil meneteskan air mata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD