"Rengekan Raisya Yang Menyebalkan"
Aku memperhatikan jam di dinding kelasku. Hanya menunggu jam istrirahat saja rasanya seperti setahun. Lama.
Pelajaran matematika adalah hal yang membosankan meskipun aku bisa mempelajarinya. Sangat mudah karena aku menyukai hitung-hitungan.
Tapi kali ini tidak dengan apa yang aku rasakan. Bosan. Aku bosan dengan pelajaran ini sehingga membuatku memilih menundukan wajah di meja dengan berbantalan pergelangan tanganku.
"Assalamualaikum anak-anak selamat pagi."
Aku menoleh ke sumber suara. Seorang guru berkumis tebal. Rambut klimis dan perut buncit memasuki kelasku sambil membawa sebuah penggaris besi dengan panjang 40cm.
Dibelakangnya ada dua guru yang mengikutinya bagaikan prajurit. Ck, hanya dengan melihat mereka saja aku tau bahwa saat ini mereka akan melakukan-
"Maaf menganggu aktivitas belajar kalian hari ini. Kami akan melakukan razia dadakan. Harap semua siswa dikelas ini baris didepan kelas dan tinggalan tas kalian-"
Bla bla bla bla sudah aku duga. Baru saja aku mau bilang bahwa Pak Tarno si kumis tebal dengan perut buncitnya itu pasti mengadakan razia dadakan. Sejak dulu. Tanpa ada bocoran kepada siapapun bahkan sangat teruji dengan hasil tangkapannya. Kalian tidak percaya? Lihat saja nanti.
Dua orang guru yang sejak tadi mengikuti Pak Tarno pun mulai melancarkan aksinya. Memeriksa semua tas teman-temanku dan berharap mendapat tangkapan baru.
Aku hanya menghedikan bahu tidak peduli dan memilih keluar lalu berdiri didepan pintu kelas, memakai headset sambil mendengarkan lagu favorit dengan kedua tanganku di saku celana.
"Ya ampun! Sudah bapak bilang kalau sekolah tidak boleh membawa komik!"
"Aduhhh pak. Ini saya baru beli!"
"Tidak bisa diterima! Saya sita sekarang!"
"Pak-"
"Baju seragam tolong dimasukan dengan rapi! Saya tidak suka melihat ujung seragam kamu keluar!"
"Itu kaus kaki kenapa panjang sebelah?"
"Sepatu sepatu! Kenapa sepatu kamu tidak warna hitam!"
"Gunting mana gunting! Astaga anak ini benar-benar! Sini rambutmu saya petal sekarang juga!"
Aku mendengar semua keributan itu didalam kelas. Ah sayang sekali belum jam istrirahat. Jika saja jam istrirahat sudah berlangsung, mungkin aku memilih pergi ke perpustakaan dan menenangkan diri disana.
Sekali lagi, aku melirik kedalam kelas. Keributan dan kegaduhan razia dadakan itu masih berlangsung. Pak Tarno dan kedua guruku itu kini banyak mendapatkan hasil perburuannya hanya dalam hitungan menit di kotak kardus yang mereka bawa. Tentu saja barang-barang yang tidak berhubungan dengan sekolah.
Menunggu hal seperti ini adalah hal yang membosankan. Karena itu lebih baik aku memilih menuju perpustakaan seperti niatku sebelumnya. Sesampainya disana, aku hendak memasuki ruang perpustakaan namun terhenti begitu saja ketika melihat seorang siswi berlari ke arahku.
Ck, aku lupa memberitahukan hal ini sebelumnya pada kalian. Ada seorang gadis yang begitu berisik, cerewet dan menyebalkan bernama Raisya bahkan kini ia sudah berada didepan mataku.
Ntah hal apa yang ingin dia lakukan, aku memilih tidak perduli dan sedikit memberikan jalan pada dia yang memasuki perpustakaan. Aku memilih mengabaikannya walaupun Raisya terlihat sedang memilih-milih buku di rak-rak dengan tergesa-gesa seperti orang bodoh.
Ck, dasar gak jelas. Untung saja wajahnya cantik, senyumnya-
Astaga! Apa barusan aku bilang? Tidak-tidak maaf aku tidak sengaja berkata seperti itu. Mungkin aku kurang air mineral sehingga sedikit tidak konsentrasi. Baiklah kalau begitu aku ke membeli sebotol air dulu untuk-
Bruk!
"Aaarghhh!"
Aku meringis kesakitan ketika seseorang mendorongku hingga terjatuh di lantai. Siapa lagi kalau bukan si bodoh Raisya yang melenggang pergi sambil membawa salah buku di perpustakaan. Tunggu!
Buku perpustakaan?
Bukankah dia baru saja membawanya tanpa meminjam kepada petugas? Ini tidak bisa di biarkan! Karena itu aku memilih mengejar Raisya yang sudah berada di koridor kelas.
"Tunggu!"
Raisya menoleh ke arahku. Dia terlihat kesal.
"Apa?!"
"Kamu mau bawa buku itu kemana?"
"Kenapa? Terserah ku!" Raisya terlihat sinis. "Bukan urusanmu!"
Raisya kembali pergi dan aku menghadang jalannya.
"Kembalikan buku itu!"
"Tidak!"
"Kembalikan!"
Aku mencoba merampas. Tapi Raisya dengan enggannya malah menyembunyikan dibalik punggungnya.
"Raisya-"
"Sekarang aku tanya sama kamu!"
"Apa?"
"Buku perpustakaan gunanya untuk apa?"
"Ya dibaca lah!"
"Tapi dengan cara di pinjamkan kan?!"
"Yaiyalah!"
"Yaudah!"
Raisya kembali lari dan aku tidak mau kalah dengan mengejarnya. Raisya benar-benar keterlaluan hingga akhirnya aku melepaskan sepatuku dan melemparkan kearahnya hingga mengenai punggung belakangnya.
Raisya berhenti. Dia meringis dan menatap tajam ke arahku bahkan tanpa diduga ia melemparkan sepatu ke arah kolam ikan yang ada disampingnya.
Apa? Kurang ajar dia!
Aku mempercepat langkahku kearahnya dan kini kami berhadapan saling menatap sengit.
"Kamu keterlaluan ya!"
"Kamu yang benar-benar keterlaluan! Suka ikut campur urusan aku!"
"Jangan kepedean! Aku cuma-"
"Cuma apa? Melarang aku ini itu? Kamu siapa? Guru bukan! Penjaga perpustakaan juga bukan! Kepala sekolah juga buk-"
"Tapi aku seorang siswa yang berusaha mencegah siswi tidak sopan seperti mu dengan mengambil buku perpustakaan tanpa meminjamnya terlebih dahulu!" potongku lebih cepat.
Masa bodoh. Tapi memang benar kan? Dia sudah dewasa. Berumur 17 tahun. Seharusnya dia tau yang mana yang baik dan yang mana yang benar. Apalagi mengambil buku perpustakaan tanpa meminjamnya terlebih dahulu.
Dengan cepat aku merampas buku tersebut dan melihatnya. Sebuah buku tentang Tata Surya kemudian aku menatapnya tajam. Aku harus melakukan sesuatu padanya. Sesuatu yang tidak terbantahkan bahkan merupakan sifatnya sejak lahir.
"Akui saja kalau kamu mengambil buku ini tanpa meminjamnya dengan petugas perpustakaan kan?!" ucapku dengan telak.
Raisya terlihat terdiam. Terkejut bahkan diam seribu bahasa. Aku menyeringai licik dan menatapnya dengan sinis.
"Bahkan dengan caramu seperti ini kamu bisa dikenai sanksi hukuman karena meminjam buku tanpa izin Sya!"
"Aku-"
"Ngaku aja deh kalau aku benar. Iya kan?!"
"I-itu aku-"
"Ck, sudah aku duga!" Aku tersenyum sinis kearah Raisya yang terlihat kebingungan dalam menjawab pertanyaanku.
Inilah salah satu cara untuk menghentikan semuanya. Raisya itu tidak bisa berbohong dengan siapapun termasuk disituasi sekarang.
"Kembalikan Raihan!"
Raisya berusaha mengambilnya dan aku menolak dengan keras. "Sebenarnya kamu kenapa sih sampai rela mengambil buku ini tanpa izin?!"
"Aku-"
"Terserah!" potongku dengan cepat dan aku membalikan badan untuk meninggalkan Raisya. "Aku akan mengadukan hal ini pada petugas perpustakaan!"
Raisya terlihat tidak terima. "Raihan! Tidak! Tunggu. Jangan lakukan itu!"
Aku mengabaikannya bahkan ia terus saja berjalan cepat di belakangku. Aku sendiri tidak tahu mengapa sejak kecil untuk masalah kecil begini saja dengan Raisya selalu dibesar-besarkan. Contohnya saat ini.
"Raihan!"
"Kembalikan Raihan!"
"Raihan!"
"Tidak akan Sya!"
"Tapi-"
"Aku tidak perduli!"
"Apakah kamu tidak kasihan sama aku?!"
"Tidak!"
"Raihan!"
"Masa bodoh!"
"Aku cuma mau menarik perhatian Kak Bejo."
Aku menghentikan langkahku dan menoleh kebelakang. Raisya sudah berhenti dan raut wajahnya kini berubah sedih. Tidak ada nada bicara ketus apalagi sikap cerewetnya.
"Kak Bejo suka dengan cewek yang membaca buku tata Surya. Karena tata Surya adalah pelajaran favoritnya. Saat ini dia sedang latihan basket di lapangan. Aku cuma ingin duduk di bangku taman sekolah sambil membaca buku itu walaupun aku bodoh dan tidak pintar supaya kak Bejo suka dengan aku."
Aku menatap Raisya tanpa berkedip. Aku merasakan nada bicaranya yang getir.
"Aku suka sama kak Bejo. Aku suka sama dia."
"Tolong kembalikan Raihan. Sekali saja. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Plish.. aku suka sama dia Raihan."
Kedua mata Raisya sudah berkaca-kaca. Aku tau Raisya tidak mungkin berbohong. Aku bisa membedakan yang mana saat dia terlihat keras kepala dan terlihat terpuruk. Dan aku begitu benci dengan diriku sendiri yang begitu lemah melihat seorang gadis bersedih.
***
Ada-ada aja ya si Raisya. Suka sama kak Bejo yang hitam manis biasa-biasa aja gak terkenal sampai rela berebut buku perpus dengan Raihan cuma karena demi si Bejo tercinta.
Ya mudahan aja Raihan mau bermurah hati mengembalikan buku tata Surya itu. Tapi kalau dipikir sih terserah Raihan kali ya, kan dari awal Raisya juga salah