"Perkenalan Tentang Raisya"
Aku terbangun di pagi hari ketika jam menunjukan pukul 04.00 pagi. Seperti biasa, ini sudah menjadi didikan kedua orang tuaku dengan keras. Sekeras hati si dia yang tidak pernah melihat kearah ku. Ah sudahlah, pagi-pagi curhat.
Tapi untuk pagi aja aku rajin bangun. Setelahnya, aku malas. Sangat-sangat malas. Aku tipikal seorang gadis yang simpel. Gak suka ruwet apalagi repot. Ah satu lagi. Aku suka hal-hal yang simpel. Tidak berbelit-belit sehingga hal itu membuatku malas untuk bisa melakukan hal-hal proses yang begitu lama.
Dan soal ibadah kepada Allah. Alhamdulillah aku tidak malas. Karena bagiku itu adalah kewajiban dalam hidupku apalagi meninggal dalam keadaan tidak beriman.
Ya aku tau, malas adalah sifat yang tidak baik dan aku butuh proses untuk membiasakan diri supaya tidak malas. Ntah itu kapan hehehehe. Doakan saja.
Aku segera menuju kamar mandi dan menyalakan shower dengan mengatur suhu airnya hangat-hangat kuku dan setelah itu, aku mandi dengan segar. Bahkan setelah mandi, aku memilih mengaji dan dilanjutkan sholat subuh begitu adzan berkumandang.
Setelah menyelesaikan sholat, akupun memilih membuka ponselku dan seperti yang sudah-sudah, Aku suka kepo in orang melalui i********:. Mau itu para cowok-cowok atau cewek-cewek disekolah yang sedang eksis. Sedang di bully, sedang galau ataupun sedang naik kembang. Baik dari mantan cowok yang kusukai tapi tidak pernah tergapai sampai mantan yang bikin aku ilfil dan sampai sekarang terus mendekatiku.
"Sya!! Sya!!!"
BUG BUG BUG
Suara gedoran pintu terdengar. Aku pun membuka pintu ketika papah dokter kini terlihat didepan mataku.
Karena sejak lahir aku sering melihatnya sebagai dokter, aku memanggilnya dokter. Tapi karena ia orang tuaku, maka aku memanggilnya papa juga.
"Papa dokter baru pulang dinas?"
Bukannya menjawab, papa dokter malah menarik pergelangan tanganku dan menuju dapur. Sesampainya disana papa dokter berkacak pinggang.
"Tu liat mama kamu. Pagi-pagi gini sudah berkutat didapur. Masak, Siapin sarapan. Daripada kamu bermain ponsel yang tidak penting apalagi unfaedah itu mending kamu bantu mama kamu deh!"
Mama menoleh ke arahku dan menyuruhnya untuk membantunya sekarang juga.
Aku mendengus kesal dan protes. "Pa, aku lelah."
"Lelah dari mana? Kerja juga enggak! Cepat sana! Anak gadis jangan malas apalagi cerewet!"
Ah, seperti yang aku bilang. Malas adalah penyakit menahun yang sulit aku hilangkan. Padahal jam masih menunjukkan pukul 05.00 lewat 15 menit. Tapi apa daya, seorang gadis nan cantik jelita yang baru saja menipedicure agar kuku ku tetap kuat terawat tanpa rapuh harus berkutat dengan sayur-sayuran, cabe-cabean, pisau dan.. bumbu-bumbu dapur lainnya. Ah jangan lupakan bila kuningnya rempah-rempah kunyit membuat ujung-ujung jariku ikut menguning.
***
"Pulang sekolah nanti jam berapa?" tanya Papa dokter yang kini dengan baik mengantarkanku kesekolah apalagi satu jam yang lalu papa dokter baru saja pulang dinas dari rumah sakit.
"Hari ini aku pulang jam 2 siang. Tapi ada kegiatan extrakulikuler jadi pulangnya sore."
"Hubungin mama atau papa kalau sudah pulang ya. Jangan pulang sendirian selagi asisten antar jemput kamu belum balik dari kampung. Kamu Mengerti?"
"Iya papa dokter."
"Kalau uang jajan habis cepat hubungin papa. Nanti papa transfer. Jangan ngutang di warung."
"Iya papa dokter ganteng."
"Kalau tiba-tiba sakit gak enak badan cepat ke UKS. Jangan malas bergerak untuk kesana."
"Iya papa dokter baik."
"Dan satu lagi.."
Aku sudah hampir keluar dari mobil papa dokter setelah aku mencium punggung tangannya ketika papa kembali mencegahku.
"Apa?"
"Jangan main ponsel ketika jam pelajaran tiba. Jangan malas hanya untuk memperhatikan semua penjelasan dari guru."
"Iya iya iya papa dokterrrrr... Aku masuk dulu. Sebentar lagi upacara akan segera berlangsung."
Aku sudah keluar dari mobil papa dokter hingga suara papa yang menurunkan kaca mobilnya kembali terdengar.
"Jangan lirik-lirik cowok ya! Kamu masih kecil. Gak boleh pacaran. Harus fokus sekolah atau papa akan menggantungmu di pohon durian!"
Aku hanya mendengus kesal. Buah durian adalah kesukaan Papa. Jadi apapun ancamannya, papa selalu bilang menggantungmu di pohon durian dan durian.
Papa memang begitu. Selalu menasehati ku ini itu. Selalu memberitahuku hal ini itu. Selalu memberi wejangan apapun padaku karena aku adalah seorang gadis yang wajib dijaga oleh papa dan mama selagi belum bertemu dengan pangeran tampan yang akan menghalalkanku suatu saat. Siapa lagi kalau bukan kak bejo. Kakak kelas yang saat ini duduk dibangku kelas 12. Hanya melihat kak bejo yang hitam manis itu membuatku terkesima.
Jika diluar sana banyak cewek-cewek yang mengidamkan ketua OSIS yang tampan, pemain basket yang juara dan si pintar peraih olimpiade karena sudah mengharumkan nama sekolah atau si cowok cuek, sok cool bahkan ngeselin bernama Raihan Raihan itu, kali ini berbeda denganku yang lebih menyukai cowok hitam manis adem ayem apa adanya bernama kak Bejo.
Hatiku berdebar-debar apalagi saat ini aku sedang melihat kak bejo mengunyah makanan favoritnya, Batagor Made in bang Tigor yang begitu mempesona.
***
Raihan & Raisya akan di update seminggu sekali ya.
Tapi terganggu sikon sih, kalau emang pembaca antusias dan excited dari view dan komentar meskipun ini cerita baru .. insya Allah bisa jadi kedepannya saya akam lebih semangat untuk sering update kisah ini.