Dua Puluh Satu

1561 Words

Lili tidak merasakan apa-apa, tidak juga berpikir tentang apa-apa. Ia terbangun dengan tubuh yang terasa sakit nyaris di sekujur tubuhnya. Matanya terasa tebal, dan sulit rasanya untuk dibuka. Lili ingat, dirinya menangis, ya, menangis di sepanjang malam hingga ia tak ingat lagi jam berapa ia terlelap dala tidur. Menghembuskan napas dengan begitu keras, berharap jika bayangan isi pesan yang dikirimkan Dean terhapus dengan sendirinya dari kepala Lili, tapi tidak. Ponsel Lili bergetar. Nama William muncul di layar yang berubah terang. Lili merasa dirinya masih ingin menangis.   “Aku tahu kau terluka. Aku tahu kau hancur, Lili,” gumam William dari dalam kafe yang berada tepat di seberang apartemen tempat tinggal Lili. William juga mendapati lampu kamar Lili terus menyala sepanjang malam.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD