Romantis

765 Words
Selamat Membaca Malam itu, di sebuah kamar yang luas dengan cat dinding dominan warna hitam putih, menandakan bahwa pemilik kamar ini adalah seorang laki laki. Aqira sedang duduk di ujung tempat tidur, sambil menangis tersedu sedu. Tangannnya meremas kuat gaun pengantin berwarna putih yang dikenakannya saat mengucap janji suci beberapa saat lalu. Ya, tadi sore pernikahannya dengan Brian diadakan dengan sederhana dan hanya dihadiri beberapa orang saja, tidak ada pesta sama sekali. Sesuai permintaan Brian yang tidak ingin pernikahannya diketahui publik. Orangtua Brian telah berhasil meyakinkan Aqira, yang sebelumnya tidak menyetujui pernikahan ini. Dengan segala bujuk rayu yang dilakukan orangtua Brian juga tidak membuat Aqira luluh, tetapi setelah disangkut pautkan dengan kematian mereka sebelum menimang cucu, membuat Aqira iba kepada kedua orang tua itu. Aqira menangisi nasibnya, entah bagaimana nantinya pernikahan ini, pernikahan yang tanpa didasari cinta akan seperti apa jadinya. Gadis itu sendirian di kamar ini, pria yang kini sudah menjadi suaminya pergi entah kemana. Ditinggalkan suami di malam pertama, sungguh miris bukan? Pernikahan yang seharusnya menjadi hal yang didamba dambakan semua wanita di dunia ini, tetapi tidak bagi Aqira, pernikahan ini hanya sebuah kesalahan baginya, kesalahan yang tidak akan tersesalkan kelak. Aqira menyudahi tangisannya, walaupun pernikahan ini tidak dia inginkan, akan tetapi dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga rumah tangga ini dan melayani suaminya dengan baik. Aqira segera bergegas ke kamar mandi di kamar itu untuk membersihkan kamar ini. Lagi lagi Aqira kagum melihat kemewahan kamar mandi itu, tapi segera ditepisnya pikirannya itu, sekarang bukan waktunya untuk mengagumi itu semua. Yang penting sekarang adalah membersihkan badan dan segera tidur, berharap besok pagi pikirannya menjadi sedikit tenang. Setelah mandi Aqira membuka lemari pakaian, Aqira memperhatikan sejenak, itu bukan bajunya yang dia bawa pertama kali ke rumah ini, yang dia lihat adalah berbagai macam pakaian wanita tergantung rapi dan banyak lagi baju lain tersusun di lemari itu. Ini semua di siapkan ibu mertuanya tentu saja. Dipilihnya salah satu baju tidur yang cukup tertutup bila dipakainya. Sekilas matanya menangkap sebuah gaun yang cukup seksi, lalu meraih gaun itu, gaun itu tembus pandang berwarna merah menyala, kalau dipakai mungkin hanya akan menutupi bagian bagian tertentu saja. Aqira meringis membayangkan jika dia memakai gaun itu memalukan pikirnya . Segera disimpan kembali gaun itu dan berlalu ke kamar mandi untuk memakai baju, takut kalau suaminya tiba tiba datang dan melihat tubuh telanjangnya. ••••• Sudah dua minggu berlalu, Aqira menjalani kehidupannya dengan tenang. Aqira tidak lagi bekerja di rumah itu, hanya sesekali membantu Bi Ane memasak, itupun sudah berkali kali Mommy Risa melarangnya. Kalian bertanya kemana Brian? Ya, semenjak hari pernikahannya, Brian tidak pulang ke rumah, tidak tau kemana perginya. Mommy dan Daddy merasa bersalah pada Aqira, terbersit rasa penyesalan dalam benak mereka. Mereka yang memaksa Aqira menikah dengan anaknya, tapi Brian malah tidak mempedulikannya. Saat Aqira dengan keluarga Brian sedang sarapan, tiba tiba mereka dikejutkan dengan suara bariton dari arah pintu ruang makan. "Ehm .... kalian makan tanpa diriku"? Aqira begitu terkejut dengan kedatangan suaminya itu dia sangat gugup sekarang, jujur saja Aqira masih takut dengan suaminya itu. Dia bingung akan bersikap bagaimana nanti. Brian berjalan menuju gadis yang kini sudah menjadi istrinya, dikecupnya kening gadis itu. "Bagaimana kabarmu istriku"? Maafkan aku langsung pergi di malam pernikahan kita dan tidak mengabarimu selama dua minggu ini, tiba tiba ada urusan kantor yang tidak bisa di wakilkan dan harus pergi saat itu juga." ucapnya tersenyum lembut menatap Aqira. Aqira terkesiap akan tindakan suaminya itu, dia mencium keningnya dan lagi "istriku" Aqira sungguh bingung, kemarin dia memaki sekarang dia begitu lembut, apa yang terjadi dengan lelaki ini pikirnya. "K..kabarku baik." "Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, urusan kantor memang harus cepat diatasi." ucap Aqira terbata bata. Dia canggung dengan situasi ini. Orangtua Brian tersenyum senang melihat sikap putranya, ternyata putranya itu bisa menerima pernikahan ini meskipun diawali dengan paksaan. Brian langsung duduk di samping istrinya . "Maukah kau menyiapkan makananku"? tanya Brian lembut. "T ..tentu saja." jawab Aqira tersenyum kepada suaminya itu . Meski hatinya bertanya tanya Aqira mencoba melakukan apa yang diminta suaminya saat ini. "Jangan gugup, aku ini kan suamimu, untuk ke depannya kau harus terbiasa." ucap Brian tersenyum lembut lalu mengelus kepala istrinya itu. Lagi lagi Aqira terkesiap dengan sikap suaminya itu. Wajahnya bersemu merah malu malu, jujur saja ini pertama kalinya diperlakukan seorang pria seperti itu. Aqira memang gadis cantik dan manis, tetapi dia belum pernah berpacaran sama sekali. Bukannya tidak ada yang mau, hanya saja dia tidak mau hal itu akan mengganggu belajarnya dan juga dia harus membantu mendiang ibunya berjualan makanan cepat saji setiap pulang sekolah, jadi dia tidak sempat untuk itu. Daddy senang melihat pemandangan di depannya ini romantis pikirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD