Selamat membaca
Seminggu sudah berlalu sejak kejadian di meja makan. Keluarga Charles melakukan aktivitas mereka seperti biasa.
Begitu juga dengan Aqira, gadis cantik itu sudah tidak ketakutan lagi akan ancaman dari tuan muda Brian.
Semenjak saat itu Aqira tidak pernah menampakkan diri ke hadapan Brian, takut takut tuan muda Brian akan menyakitinya.
Ya, Brian seakan lupa ancaman yang dia layangkan kepada gadis mungil itu.
Entah kenapa, mungkin karena terlalu sibuk atau tidak mau berurusan dengan gadis yang dia anggap tengil itu.
Baru kali ini Brian melepaskan orang yang melawannya. Entah kenapa Brian seakan tidak tega untuk menyakiti gadis kecil itu.
Melihat badan gadis itu yang begitu mungil, sekali Brian menjentikkan jari pasti gadis itu sudah berhadapan dengan malaikat mautnya.
Padahal dalam kamus Brian, siapa yang berani melawan berarti sudah siap mati.
Tapi kenapa gadis ini bisa menghancurkan prinsip Brian. Hah siapa yang peduli.
Yang penting jangan sampai gadis kecil itu berulah lagi di depannya.
••••••
Sore itu keluarga Charles sedang berkumpul di ruang keluarga.
Brian heran kenapa orangtuanya mengumpulkan mereka disini, seperti ada masalah serius saja tapi apa pikirnya.
Yang paling tidak habis pikirnya Aqira, si gadis tengil juga ikut duduk berkumpul tepat di hadapannya di samping Mommynya yang memegang tangan gadis itu.
Sama halnya dengan Brian, dia bingung kenapa dia ikut berkumpul disini, padahal dia hanyalah pelayan, untuk apa dia ikut berkumpul di sini, pikirnya.
"Daddy langsung saja ke intinya, jangan ada yang mencela saat Daddy bicara." ucap Darman dengan wajah seriusnya.
Kini semua menatap Darman, menunggunya melanjutkan ucapannya.
"Daddy dan Mommy telah sepakat untuk menikahkan Brian dengan Aqira." ucapnya tegas.
Semua yang ada di ruang keluarga itu begitu terkejut setelah mendengar ucapan sang Daddy kecuali Risa tentunya.
Hampir saja Aqira meneteskan air liurnya akibat mulutnya terlalu lama menganga setelah mendengar tuturan Darman.
Berbeda dengan Aqira, Brian malah tertawa terbahak bahak mendengar ucapan sang ayah.
"Hahah hahhha.....apa aku tidak salah dengar Dad? Apa maksud daddy"? tanyanya merubah wajahnya serius.
"Ya, Daddy dan Mommy ingin kau menikah dengan Aqira."
Darman terdiam sejenak
"Aqira gadis yang baik, jika dia menikah denganmu Daddy yakin kau pasti bisa merubah sifat burukmu itu dan bisa melupakan gadis sial*n itu."
"Jangan memanggil dia seperti itu Dad, dia punya nama, namanya Jessi, aku mencintainya dan dia juga mencintaiku."
"Dan tidak akan ada yang pernah menggantikannya di hatiku." menatap Aqira tajam seakan ingin menerkam gadis itu.
Sedangkan yang ditatap pun langsung menundukkan kepalanya. Dia juga syok akan ini semua, mimpi apa dia semalam, pikirnya yang masih bingung dengan keadaan ini.
"Kalau dia memang mencintaimu, lalu mengapa dia pergi meninggalkanmu dengan pria lain." timpal Risa.
Brian terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan sang Mommy.
"Sadarlah nak, buka hatimu pada wanita lain,
kau juga harus melanjutkan hidupmu dengan baik, pikirkan masa depanmu Son." lanjut Risa.
Tiba tiba Brian menghampiri Aqira dan mencengkeram kedua bahunya menatap tajam Aqira yang hanya menundukkan kepala.
"Hei gadis licik, apa yang kau katakan pada orang tuaku sampai mereka mau aku menikahimu, huh"!!! bentak Brian.
Aqira meringis kesakitan tidak menjawab Brian, tangannya dicengkeram begitu kuat oleh Brian.
"Apa yang kau lakukan Brian, dia tidak salah, ini adalah keputusan Mom dan Dad, jadi jangan menyalahkannya." ucap Risa menarik Aqira dari cengkeraman Brian.
Aqira sudah meneteskan air matanya yang sudah dia tahan dari tadi kesal dengan tuduhan Brian.
"Tidak ada salahnya kau menikah dengan Aqira, dia gadis baik baik Brian dia masih polos."
"Mommy bilang gadis ini baik dan polos?
Jangan tertipu dengan kepolosannya itu, aku tau kalau gadis seperti ini hanya berpura pura, dia hanya ingin uang aku tau itu."
"Dasar gadis tidak tau diri." memandang rendah Aqira.
Kini air mata Aqila sudah beranak sungai, dua kali dirinya dihina separah ini membuat dadanya terasa sesak .
Rasanya dia ingin mengoyak mulut pria ini, tapi apa daya dia yang hanya seorang pelayan.
"Cukup Brian, berhenti menghinanya, kau tidak boleh menolak keputusan kami, mau tidak mau, suka atau tidak, kau harus menikah dengan Aqira." ucap Darman tak terbantahkan.
"Dan jangan lupa, tempo hari kau sudah memutuskan tidak akan menolak wanita manapun yang kami pilih."
Brian tidak habis pikir bagaimana bisa orangtuanya membuat keputusan seperti itu.
Memang tempo hari dia sudah pasrah akan keinginan orangtuanya itu, tapi bukan berarti dia mau menikahi pelayan ini pikirnya.
Brian yakin pasti gadis picik ini sudah menghasut orangtuanya supaya dia bisa menjadi nyonya di rumah ini.
Dasar tidak tau diri, rendahan, lihat saja dia berpura pura menangis, dia kira aku akan percaya, hah aku malah makin membencinya gumam Brian menatap tajam Aqira yang sedang menangis.
Tiba tiba terlintas sebuah rencana di pikiran Brian.
"Baiklah, aku akan menikah dengannya."
ucapan Brian sontak membuat tubuh Aqira menegang.
Bagaimana tidak, pria kejam yang sudah berkali kali menghinanya ini akan menjadi suaminya, membayangkan saja dia tidak pernah.
Orangtua Brian lega dan wajah mereka terlihat sumrigah senang mendengar jawaban putranya, sedangkan Sasa yang hanya menonton perdebatan orangtua dan kakaknya itu heran dengan keputusan kakaknya.
Bagaimana mungkin kakaknya ini mau menikahi gadis seperti Aqira, bukannya mau merendahkan, tapi setaunya Aqira berbeda jauh dengan selera kakak laki lakinya itu.
Wanita wanita cantik dan sexi yang selalu menjadi santapannya hampir setiap malam berbeda dengan Aqira yang memiliki tubuh mungil layaknya anak remaja pada umumnya. Tidak mungkin Brian tertarik dengan gadis seperti itu.
Sebenarnya Sasa senang kalau Aqira akan menjadi kakak iparnya, tapi dia takut ada sesuatu yang buruk direncanakan oleh kakaknya itu.
Semoga saja yang ditakutkannya itu tidak benar gumamnya.
Setelah mengatakan itu Brian segera berlalu dari ruang keluarga, pergi entah kemana.