Ceraikan aku

860 Words
Selamat membaca?? Ajak yang lain juga yaa Besoknya Aqira dan Brian sedang berpamitan dari orangtuanya. "Kami pergi dulu Mom." pamit Brian. "Iya son, jaga istrimu dengan baik jangan menyakitinya, walaupun kau belum mencintainya setidaknya hargai dia." "Apa yang Mom katakan, bagaimana mungkin aku tega menyakiti istriku." ucap Brian langsung merangkul bahu Aqira. "Kuakui akting tuan muda ini sangat hebat dia pantas mendapatkan piala oscar" batin Aqira. "Aku akan menjaganya Mom, Dad Aqira sudah menjadi tanggung jawabku." lagi lagi Brian berakting agar orangtuanya percaya. Mungkin orangtua Brian percaya dengan akting Brian, tapi tidak dengan Sasa. Ada yang tidak beres gumamnya dalam hati. "Baiklah kami percaya, jagan kecewakan kami." ucap Daddy. "Aqira sayang jaga Brian baik baik ya, kalau dia macam macam beritahu kami ya biar nanti kami yang menghukum anak nakal ini." ucap Risa pada menantunya itu lalu memeluk Aqira. "Iya Mom." "Aku akan sering sering pulang ke sini Mom" Bergantian dengan Sasa memeluk Aqira "Jaga diri baik baik ya kak, kalau ada apa apa telfon aku, aku akan membantumu."bisik Sasa. Sasa memang sudah mengetahui bagaimana sikap Brian terhadap Aqira di belakang orangtuanya. Beberapa kali ia mendengar bentakan Brian kepada Aqira saat lewat dari kamar mereka. Sasa sudah menebak itu sebelum pernikahan Kakaknya, dia tau betul bagaimana sifat kakaknya. Brian tidak mudah menerima seseorang begitu saja. "Kakak pergi dulu gadis kecil, jangan nakal di sekolah." ucap Brian memeluk Sasa. "Apa yang kakak rencanakan?"tanya Sasa tidak menyahut ucapan Brian tadi. "Apa yang kau katakan gadis kecil jangan terlalu banyak berpikir." mencubit hidung Sasa. "Baiklah Mom Dad kami pergi dulu."pamit Brian "Mommy, Daddy, Sasa kami berangkat."Aqira "Hati hati di jalan jangan lupa membuatkan kami cucu." ucap Daddy tersenyum. Pipi Aqira memerah menahan malu, bagaimana bisa ayah mertuanya berkata segamblang ini. Aqira hanya menanggapi ucapan mertuanya dengan tersenyum manis. Dan segera masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil hanya keheningan yang ada diantara dua insan itu. Aqira sedikit gugup duduk satu mobil dengan Brian, dia hanya menatap ke samping lewat kaca mobil sedangkan Brian fokus mengemudi. Brian teringat sesuatu "Apa yang kau katakan pada Sasa gadis licik." Aqira tersentak kaget mendengar ucapan Brian. "Apa maksud tuan, saya tidak mengatakan apa apa pada Sasa." "Tidak usah berpura pura, aku tau rencanamu, kau merebut hati semua keluargaku untuk menjalankan aksimu bukan?" "Tunggu tuan, saya tidak tau apa anda bicarakan, rencana apa yang tuan maksud, saya tidak punya rencana apapun tuan." Aqira tidak terima dengan tuduhan Brian. "Sudahlah, tidak ada gunanya berpura pura, semakin kau berpura pura semakin aku membencimu, lebih baik tunjukkan sifat aslimu" "Maaf tuan muda Brian yang terhormat." ucapnya penuh penekanan. "Dari awal anda selalu salah paham pada saya, menuduh saya dengan hal yang tidak saya lakukan. Anda pikir saya menginginkan pernikahan ini? Tidak sama sekali, saya hanyalah korban, korban keegoisan anda yang tidak menuruti orang tua anda sendiri." Aqira menghela napas berat.Air matanya tidak terbendung lagi. "Kalau bukan karena orangtua anda yang sampai menangis membujuk saya, saya tidak akan mau menikah dengan Anda." "Tapi biarpun saya tidak menginginkan pernikahan ini, saya akan tetap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri. Tidak seperti anda yang memperlakukan istri bak seperti sampah....bahkan tidak mengakuinya" ucapnya terisak. "Dan satu lagi, saya tidak pernah menginginkan harta anda sepeser pun, ingat itu." teriak Aqira meluapkan segala beban yang beberapa hari ini menghantam hatinya. Ciiitt... Ban mobil Brian berdecit akibat dihentikan tiba tiba. Tiba tiba Brian mengayunkan tangannya menarik rambut Aqira. "Beraninya kau membentakku, kau tau sampai mulutmu berbusa membela diri di hadapanku pun aku tidak akan percaya? Dasar tidak tau diri." bentak Brian menahan amarah setelah mendengar luapan Aqira. "Ceraikan aku..." Air mata Aqira beranak sungai terdengar isakan memilukan dari Aqira. "Apa kau bilang?" "Ceraikan aku, aku tidak tahan lagii....kau monster." teriak Aqira. "Jangan harap, aku akan membuangmu setelah satu tahun, jadi biarkan aku menyiksamu dulu, mengerti?" Brian semakin menarik rambut Aqira, membuat Aqira menangis sejadi jadinya. "Apa salahku, sehingga kau memperlakukan aku seperti ini, apa salahku?" tangis Aqira. "Salahmu adalah karena kau menyetujui pernikahan ini." "Ya, aku memang monster jadi aku akan bersikap seperti monster seharusnya, aku akan menyiksamu, jadi nikmatilah hari hari menyenangkanmu." Brian tersenyum menyeringai. "Turun" "Hah...?" "Kubilang turun.....!!!" bentak Brian. Aqira langsung turun dari mobil Brian, dia tidak tahan lagi berdekatan dengan manusia kejam ini. Mobil Brian melaju kencang meninggalkan Aqira. Sekarang Aqira bingung mau kemana, rumah peninggalan orangtuanya jauh dari sini, dia juga tidak kenal daerah ini, kemana dia harus pergi dan tempat ini juga sepi jarang kendaraan lewat. Aqira memutuskan menyusuri pinggir jalan sembari sesekali menoleh ke belakang melihat kendaraan lewat. Sudah 20 menit Aqira berjalan tapi tidak ada satupun kendaraan yang melintas di jalan itu. Ini memang kompleks perumahan elit jadi jarang taxi atau kendaraan lai lewat sini. Aqira menatap langit yang mulai gelap, meratapi nasibnya memohon pada sang kuasa agar selalu diberi kekuatan mengahadapi suaminya itu. Gerimis mulai berjatuhan di wajah Aqira bercampur dengan air mata Aqira yang merembes melewati pipinya. Kini hujan semakin deras, tapi tidak membuat Aqira beranjak mencari tempat untuk berteduh. Dia masih terisak di bawah guyuran hujan yang deras. Menangis sejadi jadinya, kenapa hidupnya seperti ini, apa dosa yang dia perbuat di masa lalu. Sampai sebuah mobil berhenti di samping Aqira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD