Pindah

684 Words
Selamat Membaca Aqira langsung tertidur beberapa menit setelah ucapan suaminya itu. Dia begitu lelah, terlalu banyak kejadian yang dialaminya hari ini. Pagi menjelang Aqira membuka kedua matanya, lalu duduk menoleh ke arah ranjang, suaminya masih tidur. Tiba tiba sekelebat kejadian kemarin malam terlintas di pikirannya. Hah Aqira menghela napas panjang. Segera masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Keluar dari kamar mandi Aqira masih mendapati sang suami masih terlelap. Dia ingin membangunkan Brian, tapi dia juga takut mengingat perkataan suaminya semalam.Melihat jam yang sudah hampir jam tujuh Aqira memberanikan diri membangunkan Brian takut nanti terlambat ke kantor. "Tuan muda, bangun ini sudah jam tujuh." ucap Aqira. Brian tidak bergeming, masih setia dalam mimpinya. "Tuan, bangun ini sudah jam tujuh." Aqira mengeraskan suaranya sambil mengguncang bahu Brian pelan. Merasa terganggu mata Brian mengerjap, pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah sang istri yang bersinar akibat sinar matahari, wajahnya yang cantik natural seakan menghipnotis Brian. Dia berlama lama memandang wajah sang istri cantik gumamannya yang masih dapat didengar Aqira. "Apanya yang cantik Tuan." Aqira membuyarkan lamunan Brian. "Hah..." Brian kaget. Kenapa gadis ini begitu cantik di pagi hari Apa yang kupikirkan, dia itu gadis licik Brian sadarlah batin Brian. "Tidak ada, minggir sana. Mengganggu saja." ketus Brian mendorong pelan tubuh Aqira menyingkir. Dan berlalu ke kamar mandi. Aqira terjatuh di tempat tidur Kuatkan aku Ya Tuhan gumamnya. Aqira masuk ke walk in closet untuk menyiapkan baju kerja suaminya, walau nanti dimarahi atau tidak dipakai dia tidak peduli, yang penting dia melakukan kewajibannya sebagai istri. Setelah itu Aqira turun ke bawah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga Charles. Brian keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Dia mendapati baju kerjanya sudah siap di atas tempat tidur, "Dasar gadis pembangkang, aku tidak sudi memakainya." geram Brian mencampakkan baju yang sudah disiapkan Aqira ke lantai dan segera masuk walk in closet. Di ruang makan, seperti biasa anggota keluarga Charles sarapan dengan tenang. Aqira melayani sang suami seperti perintah Brian, kalau di depan orangtuanya mereka harus terlihat suami istri yang bahagia. Brian memecah keheningan "Mom, Dad aku ingin memberitahukan kalau besok aku dan Aqira akan pindah ke rumah yang kupersiapkan tempo hari." Aqira tersentak lalu menatap pria di sampingnya. "Kenapa mendadak sekali?" tanya Risa. "Kamikan sudah sudah menikah, jadi aku dan Aqira butuh waktu berdua Lagi pula kami sudah membicarakannya semalam." ucap Brian tersenyum hangat pada Aqira lalu menggenggam tangan Aqira yang berada di atas meja. Pintar sekali tuan muda ini berpura pura dan sejak kapan kami membahasnya pikirnya. "Begitukah, baiklah Mommy setuju tapi secepatnya kalian harus memberi kami cucu." ucap Risa senang. "Tentu Mom kami akan memberi kalian cucu secepatnya." menatap Aqira lagi. "Ok Mommy akan tunggu, mmm... supaya lebih cepat bagaimana kalau kalian bulan madu saja?" Aqira tersentak, B**ulan madu?Yang benar saja "Tidak bisa Mom jadwalku penuh akhir akhir ini, mungkin kalau aku tidak terlalu sibuk kami akan berbulan madu." jawab Brian. "Baiklah tidak apa apa. Kalau begitu nanti Mommy akan mengirimkan obat penyubur kandungan ke rumah baru kalian. Biar nanti Aqira segera hamil." ucap Risa dengan mata berbinar. Siapa yang akan meminumnya, diminum dua kilo pun aku tidak akan hamil, orang masih perawan gini. Berikan saja pada anakmu itu Mom, biar dia saja yang hamil batin Aqira kesal Aqira hanya tersenyum manis menanggapi ucapan ibu mertuanya itu. "Iya terserah Mommy saja." "Baiklah aku mau berangkat ke kantor" Pamit Brian lalu mengecup kening Aqira "Aku berangkat ya sayang, bereskan barang barang kita, besok kita akan pindah." tubuh Aqira menegang merasakan nafas hangat sang suami, walau dia tau ini hanya pura pura tapi hatinya menghangat akan tindakan Brian yang terasa nyaman. Ingin sekali rasanya berlama lama dalam kehangatan ini. "I..ya suamiku." jawab Aqira gugup. Lalu Brian meninggalkan ruang makan itu. Sekitar jam tiga sore Aqira memasukkan baju bajunya dan baju suaminya ke dalam koper, seperti yang diminta suaminya tadi pagi. Pikirannya masih menerka nerka apa tujuan Brian membawanya pindah dari sini, apakah tujuannya baik atau buruk Aqira berusaha menerka, tapi yang dia tebak adalah pasti supaya suaminya bebas menyiksanya. Ya, itu sudah pasti agar dia lebih leluasa menyiksanya, dasar laki laki licik pikirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD