Jangan Harap

571 Words
Selamat membaca Ajak yang lain juga ya? Sepanjang dari gerbang menuju rumah Aqira berjalan pikirannya dipenuhi kejadian malam ini, hatinya hancur. Dia menangis tersedu sedu, di tengah tangisannya tiba tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depannya. Muncul siluet laki laki yang membuat hatinya sakit malam ini. Badan Aqira gemetar, dia takut pada sosok ini. Lelaki itu mencengkeram tangan Aqira, menghalangi Aqira yang akan masuk ke dalam mansion. "Jangan pernah sekali kali kau membuka mulutmu di hadapan orangtuaku tentang kejadian tadi." tukas pria itu. Apa maksudnya, apa dia menyuruhku berpura pura seolah tidak terjadi apa-apa? Ya Tuhan betapa kejamnya lelaki ini benak Aqira. "Bersikaplah seperti biasa, awas saja kalau kau membuka mulut, aku tidak akan melepaskanmu." sorot mata Brian yang menajam makin membuat badan Aqira gemetar ketakutan. "Kau mengerti?" Aqira hanya mengangguk untuk menjawab Brian, lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sepatah kata pun. "Jawab aku kalau sedang bicara." bentak Brian. "B..baik." "Bagus, sekarang masuklah!!" perintahnya. Aqira segera masuk ke dalam mansion yang diikuti Brian di belakangnya. Untunglah Daddy dan Mommy tidak di rumah sehingga dia tidak perlu mencari alasan mengapa mereka cepat pulang. Aqira segera naik ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terkena tumpahan minuman di pesta tadi. Hah mengingat itu membuat hati Aqira sakit lagi. Dia harus melupakannya dan bersiap untuk menerima kejutan kejutan yang akan dilakukan oleh suaminya itu. Tuhan apa aku bisa bertahan dalam pernikahan ini? Tolong kuatkanlah aku, ratap Aqira. Aqira keluar dari kamar mandi dan langsung bertatapan dengan sang suami yang menatapnya dingin, Aqira menundukkan kepalanya tidak berani menatap Brian. Setelah Brian masuk ke kamar mandi, Aqira segera menyiapkan baju tidur untuk Brian. Walaupun Brian bersikap kasar padanya dia akan berusaha menjadi istri yang baik dan berharap suatu saat nanti Brian bisa menerimanya. Saat Brian keluar dari kamar mandi dia sudah mendapati bajunya di atas tempat tidur lalu menatap tajam Aqira yang sedang duduk di sofa kamar itu. "Jangan bertingkah seolah kau adalah istri yang baik, aku tau maksud dan tujuanmu masuk dalam keluargaku." perkataan Brian membuat Aqira terkejut di tengah lamunannya. Apa lagi ini, pikirnya. "Ingat dalam waktu setahun aku akan menceraikanmu." ucap Brian lantang. "Kau tidak usah khawatir, aku akan memenuhi keinginanmu, kau ingin hartaku bukan? Aku akan memberikannya." lanjutnya lagi Dasar wanita rubah!!" hardik Brian. Untuk kedua kalinya hati Aqira hancur akan perkataan pria ini. Pria yang sudah menjadi suaminya, pria yang harusnya melindungi dan menyayanginya. Aqira tidak mengharapkan cinta dari Brian, tapi setidaknya dia menghargainya sebagai seorang istri dan tidak merendahkannya seperti ini. Aqira tidak terima dikatakan begitu, "Aku tidak pernah sekalipun menginginkan hartamu bahkan berpikir pun tidak pernah tuan muda." ucap Aqira yang sudah menangis. "Hah jangan menangis di hadapanku, kau pikir aku akan tertipu? Kau salah, malah aku semakin membencimu, jadi simpan air mata palsumu itu." segera berlalu dari hadapan Aqira menuju walk in closet tidak mau mendengar Aqira bicara lagi, lalu membuang baju yang Aqira siapkan berserakan di lantai kamar itu. Tubuh Aqira seketika merosot di pinggiran sofa, dia menangis sejadi jadinya. Apa dosa yang dia perbuat hingga harus mengalami ini semua. Brian akan tidur di ranjangnya dan tiba tiba teringat sesuatu "Satu lagi, dalam satu tahun ke depan jangan berharap tidur seranjang denganku, jangan pernah berpikir aku akan menyentuhmu, aku tidak sudi!!" ketus Brian. "Terserah kau mau melakukan apa pun aku tidak akan peduli tetapi jangan pernah sekalipun kau mengganggu urusanku." sarkas Brian. Lagi lagi Aqira terluka karena lelaki ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD