Pembukaan Hati Elsa

1055 Words
Langit sore mulai memerah, seolah ikut menjadi saksi pergolakan hati Elsa. Ia masih memandangi dokumen dan rekaman di hadapannya. Setiap gambar, setiap pesan, semuanya seperti menusuk hati yang sudah terlanjur rapuh. Tangannya gemetar, namun ia tak sanggup mengalihkan pandangan. Abizar berdiri tak jauh darinya. Pria itu tak mengatakan apapun, hanya membiarkan Elsa mencerna bukti-bukti yang ia bawa. Wajahnya keras, namun ada rasa cemas yang tak bisa disembunyikan. "Aku tak tahu harus berkata apa," suara Elsa akhirnya pecah, hampir seperti bisikan. Air mata yang sejak tadi ia tahan kini mengalir perlahan. "Semua ini... terlalu banyak." Abizar melangkah mendekat, meski ragu-ragu. Ia tahu ini bukan saatnya memaksakan apa pun, tetapi hatinya tak sanggup melihat Elsa seperti ini. "Aku tahu aku tak layak meminta maaf lagi," ucap Abizar pelan, matanya menatap Elsa lekat-lekat. "Tapi kau harus tahu, aku tak pernah ingin menyakitimu. Semua ini—jebakan Natasya—adalah sesuatu yang aku bahkan tak pernah bayangkan." Elsa mengangkat pandangannya, menatap Abizar dengan mata yang basah. "Kenapa kau baru sekarang membawa bukti ini? Setelah semuanya berantakan?" Abizar menghela napas panjang. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan waktu itu. Foto itu... aku bahkan tak tahu bagaimana menjelaskannya padamu. Dan saat aku sadar, kau sudah pergi menjauh." Elsa mengalihkan pandangannya ke taman. Matanya kosong, seperti mencoba memahami semuanya. Hatinya yang sudah terlanjur hancur kini dipenuhi oleh keraguan yang tak berujung. Ia ingin percaya pada Abizar, tetapi luka itu terlalu dalam. "Elsa..." Abizar memanggilnya dengan suara yang hampir bergetar. "Aku tak peduli seberapa sulitnya ini. Aku hanya ingin kau tahu aku mencintaimu. Dan aku akan melakukan apa pun untuk membuktikan itu." Elsa menggenggam dokumen di tangannya erat-erat. "Kau bilang mencintaiku, tapi selama ini kau selalu menutup dirimu dariku. Kau selalu menjauh, membuatku merasa aku hanya seorang asing di hidupmu. Bagaimana aku bisa percaya itu cinta?" Abizar terdiam. Kata-kata Elsa seperti tamparan keras yang membangunkannya dari semua kebodohannya. Ia ingin menjelaskan, tetapi tak tahu harus mulai dari mana. --- Di sisi lain kota, di sebuah lounge mewah Natasya memutar gelas anggurnya dengan gerakan santai, menikmati setiap detik kemenangannya. Senyum puas tak pernah lepas dari wajahnya. Baginya, Abizar sudah kalah, dan Elsa sudah membuktikan dirinya lemah. Namun suasana berubah ketika pintu lounge terbuka. Sosok Abizar muncul dengan langkah cepat, wajahnya penuh amarah. Natasya yang semula tersenyum kini tampak sedikit tegang. Ia tahu kedatangan Abizar berarti satu hal: semuanya sudah terbongkar. "Aku tak akan lama," Abizar membuka percakapan dengan nada dingin. Ia langsung duduk di depan Natasya tanpa basa-basi. "Kau tahu kenapa aku di sini." Natasya tersenyum tipis, mencoba menutupi kegugupannya. "Kenapa? Apa ini soal Elsa lagi? Dia tidak cukup kuat untukmu, Abizar. Kau tahu itu." Abizar mengetukkan jarinya di meja, ekspresinya semakin gelap. "Berhenti berpura-pura, Natasya. Aku tahu semuanya. Rekaman, bukti p********n, pesan—semuanya sudah ada di tanganku." Untuk sesaat, Natasya terlihat terkejut, tetapi ia segera kembali dengan sikapnya yang angkuh. "Kalau kau tahu, lalu apa? Apa kau pikir Elsa akan langsung memaafkanmu? Aku hanya membuatnya sadar bahwa kau bukan pria yang pantas untuknya." Kemarahan Abizar memuncak, tetapi ia berusaha menahan diri. "Kenapa kau melakukan ini? Apa kau begitu ingin menghancurkan hidupku?" Natasya tertawa pelan, nada suaranya penuh ejekan. "Hidupmu? Tidak, Abizar. Aku hanya ingin membuat Elsa sadar bahwa dia lebih baik tanpamu. Dia terlalu lemah untuk menghadapi dunia ini. Dan kau? Kau terlalu bodoh untuk menyadari itu." Abizar berdiri, tatapannya penuh kebencian. "Kau boleh bermain sejauh ini, Natasya, tapi aku pastikan kau tak akan menang. Aku akan mengembalikan kepercayaan Elsa, dan aku akan membuatmu membayar untuk apa yang telah kau lakukan." Natasya menatapnya dengan senyum sinis, tetapi di matanya terlihat bayangan kekhawatiran. Abizar sudah melangkah keluar sebelum ia sempat menjawab. Namun, sebelum pintu tertutup, Natasya berbisik dengan nada penuh kebencian, "Aku akan memastikan kau tak pernah mendapatkannya." --- Di mansion Elsa Hari mulai gelap ketika Elsa memandangi bintang-bintang dari balkon. Hatinya masih tak menentu. Setiap kata yang Abizar ucapkan tadi masih terngiang di kepalanya. Namun, keraguan masih membayangi setiap pikiran logisnya. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Livia, yang muncul membawa selimut untuk Elsa. Elsa menghela napas panjang. "Aku tak tahu, Liv. Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tak ada akhirnya." Livia duduk di sebelah Elsa, memeluk bahunya dengan lembut. "Aku tahu kau sakit hati. Tapi kau harus bertanya pada dirimu sendiri—apakah kau masih mencintainya?" Elsa terdiam lama sebelum menjawab. "Aku tidak tahu. Ada bagian dariku yang ingin percaya padanya, tetapi aku takut. Aku takut dia akan melukaiku lagi." Livia tersenyum tipis. "Cinta selalu datang dengan risiko, Elsa. Tapi kau yang harus memutuskan apakah risiko itu sepadan." Elsa menatap Livia, mencari jawaban di mata sahabatnya. Namun ia tahu, hanya hatinya yang bisa memberikan jawaban itu. --- Keesokan harinya, di mansion Elsa Abizar kembali. Kali ini ia membawa salinan rekaman dan dokumen yang telah ia salin. Ia tahu kunjungannya mungkin tidak disambut baik, tetapi ia tak peduli. Ia harus mencoba. Livia yang membukakan pintu. Kali ini, wajahnya tidak terlalu dingin, tetapi tetap penuh kewaspadaan. "Elsa belum membuat keputusan," katanya tegas. "Aku tidak memintanya membuat keputusan sekarang," jawab Abizar. "Aku hanya ingin berbicara dengannya." Livia menatap Abizar sejenak sebelum mempersilakannya masuk. Elsa muncul dari ruang tengah, dan ekspresinya tak bisa ditebak. Ia terlihat ragu, tetapi tidak mengusir Abizar. "Apa yang kau inginkan, Abizar?" tanyanya pelan. Abizar menyerahkan salinan dokumen dan rekaman itu. "Ini salinan semua bukti yang kutemukan. Aku ingin kau tahu bahwa aku akan terus berjuang untuk membersihkan namaku dan memenangkan kembali kepercayaanmu." Elsa memandang dokumen itu tanpa mengambilnya. "Apa kau pikir semua ini akan membuatku langsung memaafkanmu?" "Tidak," jawab Abizar, suaranya tegas. "Aku tidak berharap kau langsung memaafkanku. Aku hanya ingin kau tahu kebenarannya. Apa pun keputusanmu, aku akan menghormatinya." Elsa terdiam lama, lalu akhirnya mengambil dokumen itu. "Aku akan memikirkannya," katanya singkat. Abizar mengangguk, lalu melangkah keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi. Saat pintu tertutup, Elsa merasa hatinya semakin berat. Ia tahu keputusan ini akan mengubah segalanya. --- Di sisi lain kota Natasya duduk di ruangannya, mencoba menyusun rencana baru. Ia tahu Abizar tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan kembali Elsa. Dan itu berarti ia harus mengambil langkah yang lebih ekstrem. "Pastikan semuanya sudah disiapkan," katanya pada pria kepercayaannya. "Aku tidak peduli berapa banyak yang harus kau keluarkan. Aku ingin ini selesai." Pria itu mengangguk dan pergi. Natasya kembali duduk, kali ini dengan senyum penuh misteri. "Kau pikir kau bisa menang, Abizar? Kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD