15. Pembalasan Haden pada Vector.

1110 Words
"Aku tidak menyangka kau menikah lebih dulu dariku Lovly." Haden tersenyum bahagia melihat dua sejoli di depannya itu. Bibir Catalina melengkung kebawah dengan bergetar. "Panggilan itu." Lirihnya. Dia pun memeluk leher sang suami dan menangis di ceruk leher Vector dengan lirih. Vector menghela napas, ia mengelus punggung sang istri yang bergetar. "Kau mengingatnya, Lovly?" Haden margelus belakang kepala Catalina dengan sayang. "Dia benar kakakmu?" bisik Vector. Catalina menatap Vector dengan tatapan kesalnya dan sialnya itu terlihat sangat menggemaskan. "Dia Kakakku!!" marahnya. Digigitnya bibir bawah Vector dengan kesal membuat sang empu memekik kecil. Namun tak lama kemudian Catalina mengelus bibir Vector yang sedikit berdarah. Lalu dikecupnya dengan lembut dan ia menyender manja ke bahu Vector. Haden tersenyum melihat hal itu, dia tidak tahu jika sang adik yang diketahuinya adalah seorang wanita bar-bar bisa bertingkah manis seperti itu. "Aku tahu kau sedang mengejekku Kak." sindir Catalina. Tawa renyah pun keluar dari bibir tipis Haden. "Ah, benar. Kau masih ada urusan denganku adik ipar." Tatapan Haden berubah menjadi dingin dan datar. Vector mengangkat satu alisnya tidak mengerti maksud dari ucapan kakak iparnya tersebut. "Kau membuat adikku hidup sendirian beberapa bulan ini. Aku tidak akan melupakannya dengan mudah." seringaian muncul di bibir Haden. Wajah Vector terlihat sedikit berubah. Dia menghindari tatapan Haden, bukan karena takut -namun karena ia merasa bersalah mengenai kejadian tempo itu. "Mampus kau, Jade." bisik Catalina. Vector memicing tajam ke arah sang istri namun yang didapatkannya adalah wajah mengejek sang istri. "Kakak ku sangat ahli dalam mematahkan tulang seseorang," ujar Catalina membuat Vector mendengus jengkel. Tak Lama Catalina tertawa kecil dan turun dari pangkuan sang suami. "Mau kemana?" tanya Vector tidak sabaran. "Memberi waktu untuk kalian berdua." Catalina melambaikan tangannya santai lalu keluar dari sana. Tak ada respond yang berarti dari Vector. Dia menatap Haden dengan mata tajamnya dan wajah datarnya. BRAK!! Vector dikejutkan dengan tendangan tiba-tiba dari Haden di kepalanya. Vector mengeraskan rahangnya menatap membunuh ke arah Haden. "Kau melawan sama saja menyerahkan adikku kepadaku." ancam Haden. Jujur saja dia sangat marah dan geram dengan Vector karena sudah membiarkan sang adik hidup sendirian di awal kehamilannya. "Lakukan sesukamu." Vector mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Dengan cepat Haden menarik tangan Vector dan mematahkannya dengan mudah. Vector memekik tertahan merasakan sakit luar biasa pada tangan kirinya. Tak lama pun Haden menendang perut Vector dengan keras membuat sang empu mundur beberapa langkah. Kaki Haden melayang tepat mengenai kepala Vector dan membuatnya terjatuh. Haden menarik kaki Vector dan memutarnya dengan santai hingga terdengar suara tulang retak. "Sial!" umpat Vector. Keringat dingin membasahi wajah Vector karena ia menahan sakit luar biasa di bagian tulang kaki dan tangannya. Dan akhirnya penyiksaan itu berakhir ketika Catalina datang membawakan makanan untuk Haden. . "Apa sangat sakit?" tanya Catalina khawatir kepada Vector. "Ini bukan apa-apa." Vector tersenyum tipis. Bibir Catalina mengerucut lucu, ia memeluk pinggang Vector lalu menyenderkan kepalanya di d**a bidang Vector. Dikecupnya puncak kepala Catalina dengan pelan. "Aku tidak tahu jika Kak Haden masih mempunyai kemampuan itu." ujarnya pelan merasa bersalah. Tangannya mengelus pelan perut kotak-kotak milik Vector. Iya benar Vector tidak memakai atasan. Hanya boxer ketat yang membungkus area bawahnya. "Dia hebat." puji Vector. Catalina mendongak cepat dan mendapat kecupan ringan di bibirnya. "Dia lebih hebat dari itu Tuan. Bahkan-aku mendapat kemampuan seperti sekarang ini karena ajaran darinya." mata Catalina berbinar penuh puja. Mata Vector membulat sesaat karena terkejut. Okay, dia berjanji tidak akan membuat istrinya menangis karena ia masih sayang nyawanya. "Dia menjadi seperti itu karena dunia yang sangat kejam. Aku dan dia hanya hidup berdua sejak aku kecil-" Catalina terlihat berpikir. "Ah, aku lupa saat itu aku dan dia umur berapa. Orang tua kami meninggal karena wabah penyakit di desa. Dan sejak itu dia yang merawatku, dan tanpa kuketahui-dia masuk ke dalam sebuah kelompok pembunuh bayaran. Dari uang hasil membunuhlah ia menghidupiku." Catalina menerawang masa lalunya. Masa lalu di mana awal mula ia dan sang kakak menjadi pembunuh bayaran dan berkembang menjadi penjahat profesional. "Dan dia membawaku ikut serta masuk ke dalam kelompok itu. Dia yang mengajariku cara membunuh, memakai pisau, membuat racun, merakit bom, dan banyak hal lain. Sejak itu-kemampuan kami semakin tidak tertandingi dan akhirnya kami lepas dari kelompok itu dan bertemu dengan orang terkahir yang menyewa jasaku. Selesai." Catalina tersenyum pahit setelah selesai bercerita. Dengan tangan kanannya yang baik-baik saja, Vector mengelus sayang kepala Catalina karena ia merasa khawatir dengan perubahan wajah sang istri yang terlihat menyakitkan. "Aku tak apa. Hidupmu pasti lebih kejam dan menyakitkan dari hidupku." Catalina mengelus rahang tegas Vector dengan sayang. Matanya menyelami mata kelam Vector yang terlihat sangat dingin dan tak tersentuh. "Itu sudah resiko menjadi penerus keluarga mafia. Nantinya-anak kita akan merasakan apa yang kurasakan Tak apa?" tanya Vector ragu. Hanya senyuman tulus yang diberikan deh Catalina. Ditariknya tengkuk Vector dan dilumatnya bibir sang suami dengan mesra penuh cinta. "Tak apa. Anakku pasti kuat sepertimu. Aku mencintaimu Tuan Mafia." bisik Catalina dengan senyuman manisnya. Dan Vector tak bisa menahan senyuman di bibirnya. Di satukan kembali bibirnya ke bibir Catalina, dilumatnya dengan rakus bibir kesukaannya tersebut. Dihisap rasa manis dari bilah bibir Catalina. Sang istri membalasnya tak kalah semangat, mereka saling berbagi saliva dengan cara yang menggairahkan dan sexy. Cpk! Ciuman mereka terputus karena Catalina kehabisan napas. Bibir mereka terlihat memerah dari biasanya dan membengkak. "Bisa kuminta jatah malam pernikahan yang belum kita lakukan?" tanya Vector dengan suara rendahnya. Dan gelengan kepala didapatkan oleh Vector membuat pria tersebut memasang wajah tidak bersahabat. "Kaki dan tanganmu patah Tuan, bagaimana bisa kau bergerak, hm?" Catalina marotasi bola matanya malas. Vector menyeringai, menarik wajah sang istri dan membuat jarak tipis di antara bibir keduanya. Bibir mereka sudah bersentuhan dan Vector dengan sengaja berbicara dengan keadaan seperti itu. "Ada kau yang masih bisa bergerak sendirian sayang." Vector menghisap bibir bawah Catalina dengan kuat tanpa mengalihkan tatapannya. Catalina melenguh nikmat. Mata mereka saling menatap, tangan nakal Catalina mulai mengelus gundukan di balik boxer ketat tersebut. "Ride me Baby girl." geram Vector dengan suara rendahnya. "Sure Sir!!" Catalina tersenyum miring. Dan terjadilah permainan yang sangat hebat dan panas saat itu. . "Berhenti bergerak." Catalina memukul pelan lengan Vector. Sedari tadi Vector menciumi pipi Catalina yang sedang mengganti perban di tangannya. "Baby aku sudah tak apa. Lepas semua ini." keluh Vector. Mata bulat Catalina memicing tajam ke arah sang suami. "Aw!" jerit Vector saat Catalina dengan sengaja memukul tangannya yang patah. "Baby kau ..--" "Apa?! Bukankah sudah baik?!" sindir Catalina kesal. Vector menghela napasnya lelah, dia lelah harus memakai gips kemana-mana. dan menggunakan tongkat kruk sebagai alat bantu ia berjalan. Sudah 2 minggu lamanya pergerakan Vector terhalangi karena ulah kakak iparnya tersebut. Namun Vector tidak mau menyalahkan Haden karena bagi dia ini juga tidak setimpal dengan apa yang telah ia lakukan terhadap Catalina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD