Slice 71

2054 Words

"Ya Allah ... Nduk ... astaghfirullah ...." Supartun langsung naik ke atas ranjang demi melihat bagaimana kondisi putrinya. Cahaya penerangan dari lampu dop warna kuning, menjadi satu-satunya penerangan di kamar ini. Memperlihatkan bagaimana setiap inci kulit Marsinah, dipenuhi oleh peluh akibat rasa sakit yang menghujamnya tanpa ampun. "Buk ... ngh ... Ibuk ... perut aku sakit ...." Marsinah berusaha memberi tahu sang ibu apa yang ia rasakan. Supartun langsung mengangguk. Tiba-tiba air matanya lolos begitu saja tanpa diminta. Siapa yang tidak sakit melihat putri kecil kesayangannya, harus merasakan apa yang seharusnya belum ia rasakan. Terlebih orang yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Marsinah ini, malah kabur ke negeri seberang. "Iya, Marsinah. Ibuk paham. S

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD