Awalnya Xena berpikir bahwa makhluk – makhluk menyeramkan itu hanya berada di rumah sakit sehingga saat pulang ke rumah dia tidak akan melihat mereka lagi.
Akan tetapi, dugaan Xena salah besar.
Karena kemanapun Xena melangkahkan kaki, pasti selalu ada makhluk menyeramkan yang mengikuti jejaknya. Bahkan mereka ada terlalu banyak hingga Xena terkadang tidak mampu membedakan manusia dengan hantu.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya, Xena hanya bisa menundukkan kepala dan tidak mengucapkan sepatah kata pun ke keluarganya. Hatinya selalu berdetak cepat dan terkadang dia kesulitan bernapas. Lidia terlihat sangat mengkhawatirkan Xena dan Laura tiada henti menawarkan makanan ringan kepadanya.
Kedua tangan Xena yang gemetar memegang jimat dengan kuat, berharap bahwa jimat ini mampu mengusir hantu yang kini sedang menempel di langit – langit mobil. Makhluk itu terlihat seperti seekor laba – laba yang memiliki kaki dan tangan yang begitu kurus kering, kepalanya berputar 180 derajat dan pupil matanya tampak mengecil saat melihat Xena.
Air liur mengalir keluar dari mulut makhluk itu, menetes ke lantai mobil dan kadangkala mengenai tangan Xena. Dari gelagatnya, Xena yakin makhluk itu juga ingin memakan Xena seperti makhluk yang lainnya. Namun, dia tak mampu menggapai Xena karena wanita itu memiliki jimat penangkal roh jahat.
“Kikikik … Kamu pikir jimat itu dapat membantumu selamanya? Suatu saat jimat itu akan hancur dan kamu akan menjadi santapan lezat bagi kami.”
Xena memejamkan matanya dan menulikan telinga, berusaha mengabaikan makhluk itu. Ketika sampai di rumah, jumlah hantu berkurang secara drastis. Mungkin karena hantu lebih menyukai tempat yang gelap dan lembab sehingga mereka mengabaikan tempat yang di huni oleh banyak manusia.
Namun, berkurang bukan berarti sama sekali tidak ada. Terdapat setidaknya sepuluh hantu di dalam rumah Xena, mereka tersebar di seluruh ruangan dan menatap Xena dengan pandangan kosong. Dibandingkan dengan hantu di luar rumah, mereka cenderung lebih pendiam dan tidak agresif.
Xena juga tidak mengerti alasan mereka tidak ingin menyerangnya seperti yang lain.
Lidia mengantarkan Xena ke kamarnya yang sudah dibersihkan. “Xena, mama sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi kepadamu.”
Xena mengangkat kepalanya, kemudian menatap kedua mata Lidia. “Apakah mama percaya kepada hantu?”
Lidia seketika bungkam, dia mengerutkan keningnya dan melihat Xena dengan pandangan yang sulit di artikan. “Mengapa tiba – tiba membicarakan hantu?”
“Tidak jadi, aku hanya sedang melantur.” Xena dengan cepat masuk ke dalam selimutnya dan menutupi seluruh wajahnya sehingga tidak lagi bisa melihat hantu yang berdiri di sudut ruangan.
Dia tidak bisa menceritakan hal yang ia lihat kepada Lidia sekarang. Karena pasti Ibunya akan menganggap ia mengalami halusinasi parah dan menjadi panik.
Xena yakin apa yang ia lihat bukanlah halusinasi semata. Karena mereka terlalu nyata untuk dianggap sebagai ilusi.
Lidia menghela napas, ia tidak mampu mendapatkan jawaban dari putrinya sehingga memutuskan untuk meninggalkan Xena sendirian. “Jangan lupa untuk meneteskan obat ke matamu setiap dua jam sekali. Panggil mama jika kamu membutuhkan sesuatu.”
“Mhm.” Gumam Xena kecil.
Begitu Lidia keluar dari kamar, Xena langsung menempelkan jimat yang sudah kusut ke tepian tempat tidur kemudian mengirimkan pesan kepada Helios.
[Kirimkan kontak Master Xie kepadaku. Jimat ini pasti tidak akan bertahan lama.]
Helios lantas memberikan kontak Xie Jia kepada Xena. Dia tidak dapat menemani Xena untuk sementara karena manajernya tiba – tiba meminta Helios mengulangi sesi pemotretan yang kemarin masih butuh beberapa polesan.
[Mereka mengganggumu?]
[Hingga saat ini tidak ada bahaya di rumah]
Helios mengirimkan sticker emoji lega. [Aku akan menemanimu saat pulang]
Xena tidak membalas lagi karena dia sedang berusaha menghubungi Xie Jia. Selama beberapa saat mendengar nada dering, panggilan itu di alihkan kepada suara operator yang berkata bahwa nomor panggilan sedang sibuk.
Satu kali, dua kali, sampai lima kali Xena mencoba menghubungi Xie Jia. Namun, selalu suara operator wanita yang terdengar dari seberang telepon. Tampaknya Xie Jia sedang tidak memegang teleponnya sehingga Xena memutuskan untuk mengirimkan pesan.
[Master Xie, saya adalah adik dari Tuan Helios Archer yang kemarin mendapatkan jimat dari Anda. Jimat Master Xie sangat ampuh dan saya sangat tertolong, karena itu saya sangat ingin bertemu dengan Master Xie di lain waktu. Apakah Master Xie memiliki waktu luang?]
Tak butuh waktu lama, sebuah notifikasi balasan pesan dari Xie Jia muncul di layar Xena. Mungkinkah dia baru membalas saat Xena membawa nama Helios? Master Xie ini tampaknya benar – benar penggemar Helios.
[Anda Nona Xena Archer?! Yaampun, saya tidak menyangka bisa di hubungi oleh dua selebritas besar dalam satu hari. Nona Archer, apakah Anda memiliki masalah terkait hantu?]
Dengan cepat Xena membalas, [Sejak beberapa hari yang lalu saya tiba – tiba mampu melihat hantu – hantu yang mengerikan dan mereka tanpa henti ingin menyerang saya. Apa Master Xie bisa membantu saya untuk menghilangkan kemampuan ini?]
Butuh waktu lama bagi Xie Jia untuk membalas lagi, [Ada banyak dugaan tentang kemampuan baru Anda. Bisa saja akibat kebocoran Energi Yin, tapi bisa juga Anda memang sudah memiliki kemampuan itu sejak lahir dan baru muncul sekarang. Masalah bisa menghilangkannya atau tidak … Sejujurnya saya tidak mampu menghilangkan kemampuan seperti itu, tapi mari bertemu terlebih dahulu agar saya bisa memeriksanya.
Saya sedang tidak berada di London sekarang dan baru bisa ke London dua minggu kemudian. Jimat yang saya berikan setidaknya bisa bertahan selama satu bulan, jadi sepertinya tidak masalah.]
Kata – kata tidak mampu menghilangkan kemampuan untuk melihat hantu membuat hati Xena tenggelam pada keputusasaan. Namun, dia cukup puas saat Master Xie berkata akan menemuinya.
[Baiklah, mari bertemu dua minggu lagi.]
• • •
Selama dua minggu terakhir, kehidupan Xena berubah drastis. Dia menjadi orang yang pendiam dan jarang keluar dari kamar sampai Lidia harus menarik Xena untuk makan di ruang makan. Xena bertingkah seperti itu karena pada bagian ruang tamu masih sering ada hantu berwajah seram yang berlalu lalang, sedangkan di kamarnya hanya ada satu hantu wanita yang kulitnya pucat tapi wajahnya tidak rusak.
Hantu wanita itu melakukan aktifitas seperti manusia, dia terkadang akan berjalan – jalan di dalam kamar Xena dan seringkali berdiri di hadapan cermin. Xena tidak begitu perduli dengan tingkah lakunya, selama hantu itu tidak mengganggunya maka Xena tidak masalah.
Lingkaran hitam tercetak jelas di bagian bawah mata Xena. Sepanjang malam, dia tidak lagi mampu tidur dengan jejak dan mendapatkan mimpi buruk. Suatu ketika, dia bahkan mendengar ada sesuatu menggedor jendela kamarnya dengan keras dan saat Xena menyibak gorden, dia mampu melihat sosok tinggi berkulit hitam tengah menyerigai ke arahnya.
Karena gangguan – gangguan di malam hari itulah yang menyebabkan Xena kekurangan tidur dan mudah lelah sepanjang hari.
Hari ini adalah hari di mana dia akan bertemu dengan Xie Jia. Awalnya Xie Jia hendak berkunjung ke rumah Xena untuk memeriksa. Namun, Xena meminta Xie Jia untuk datang ke cafe di depan gedung Eryx Management karena Xena harus bertemu dengan Presiden Direktur Eryx Management untuk membahas kontrak kerjanya yang sempat tertunda.
Dengan keadaan Xena yang sekarang, dia ragu bisa kembali ke dunia entertainment dalam waktu singkat. Sehingga memutuskan untuk mengajukan hiatus sementara kepada Presiden Direktur.
[Nona Archer, kebetulan ada salah seorang Shaman yang lebih hebat dari saya sedang berkunjung ke Eryx Management. Lebih baik Anda bertemu dengannya, karena dia jauh lebih berpengalaman dalam mengurusi Energi Yin.]
Xena sebenarnya tidak mengerti dengan ‘Energi Yin’ yang selalu Xie Jia bahas. Tapi, sepertinya memang itu adalah sesuatu yang sulit untuk di urus.
[Baiklah, siapa nama rekan Anda?]
[Zenon Dominic. Setelah dia menyelesaikan urusannya, dia akan menemui Anda di café.]
Xena menyampaikan terima kasih, kemudian segera keluar dari rumah. Felix Bailey yang menunggu di luar mobil melambaikan tangannya kepada Xena. “Xena, bagaimana penglihatanmu? Sudah lebih baik?”
Xena tersenyum kepada Felix. “Sudah tidak apa – apa. Felix, bagaimana dengan kakimu?”
Felix mengangkat sedikit kakinya. “Kakiku masih dalam tahap penyembuhan, mungkin akan pincang hingga bulan depan.”
Setelah kecelakaan, Xena belum sempat menghubungi Felix lagi karena terlarut dalam kesedihan. Dia hanya tahu bahwa kaki Felix terluka tapi tidak tahu sampai separah apa.
Melihat Felix yang agak pincang membuat Xena merasa bersalah. “Maaf, aku sudah lama tidak menghubungi kamu.”
Felix tertawa. “Jangan kaku begitu. Kita tidak bertemu baru beberapa bulan, tapi kenapa bicara seperti kepada orang asing?”
Xena hendak berbicara, tapi di urungkan saat melihat ada beberapa hantu mulai mendekatinya. Dengan cepat Xena langsung masuk ke mobil. “Ayo berbicara di mobil saja.”
Beruntung kali ini tidak ada hantu yang menempel di langit – langit mobil sehingga Xena bisa menghela napas lega.
“Xena, kamu sudah hampir pulih. Tapi, mengapa ingin mengajukan hiatus kepada manajemen?” tanya Felix serius.
Xena tidak ingin dianggap tidak waras karena membicarakan hantu sehingga dia menjawab, “Aku masih merasa lelah dan ingin beristirahat selama beberapa bulan lagi.”
Felix mengangguk paham. “Aku mengerti, para penggemar juga pasti berpikir bila kamu masih mengalami trauma dan tak mungkin langsung kembali ke layar lebar.”
“Ya, tampaknya traumaku masih terlalu dalam.”
Sesungguhnya, Xena masih takut untuk pergi menggunakan mobil. Ingatan akan mobilnya yang tergelincir dan menabrak pembatas jalan masih terekam sempurna di dalam benaknya. Bahkan tangan Xena sampai mengeluarkan keringat dingin setiap kali duduk di dalam mobil. Hanya saja dia tidak mau membuat orang di sekitarnya khawatir sehingga lebih memilih untuk diam.
Sesaat kemudian, mobil berhenti di lampu merah. Xena mengalihkan pandangannya keluar jendela, melihat mobil – mobil lain turut berbaris di hadapan lampu merah.
Sepertinya hantu jarang sekali muncul saat matahari masih begitu tinggi di langit. Terlihat hanya ada beberapa hantu yang berdiri di tengah jalan seraya menatap ke arah Xena.
Awalnya Xena tidak terlalu menanggapi mereka, tetapi hantu – hantu itu perlahan mulai bergerak menuju Xena seraya menunjukkan taring mereka.
Xena mendesis di dalam hati, ia lantas mencari – cari jimat di dalam tasnya. Namun, seketika Xena membeku tatkala tidak menemukan jimat pemberian Xie Jia.
“Sial, aku melupakannya.”
Felix bertanya, “Apa yang kamu lupakan?”
“Jalankan mobilnya …”
Supir menatap Xena dari kaca tengah, “Maaf, Nona. Tapi lampu masih merah, kita tidak mungkin jalan sekarang.”
Xena mulai merasa gelisah, dia sangat takut mereka akan masuk ke dalam mobil dan menyentuhnya seperti tempo lalu. Napasnya memburu, kemudian ia mencengkram pakaiannya sendiri dengan kuat.
“Jalankan saja!” pekik Xena histeris saat melihat beberapa hantu berlari menuju mobil.
“Energi Yin-nya sangat melimpah!”
“Dia milikku!”
Begitu lampu lalu lintas berwarna hijau, Xena menjerit, “JALANKAN MOBILNYA!”
Secara spontan supir menginjak gas, melaju begitu cepat sehingga para hantu itu kehilangan jejak Xena. Walaupun sudah tidak melihat hantu, napas Xena masih terasa sesak dan ia harus memukul dadanya beberapa kali supaya bisa bernapas dengan normal.
Felix menampakkan ekspresi khawatir, “Xena! Xena! Ada apa?! Rumah sakit, cepat pergi ke rumah sakit!”
“Tidak.” Xena memegang tangan Felix seraya mengatur napasnya yang memburu. “Tidak perlu ke rumah sakit, aku ingin pergi ke gedung manajemen.”
Rumah sakit adalah tempat yang paling Xena hindari karena hantu cenderung berkumpul di rumah sakit. Sekarang dia tidak memegang satu pun jimat, pergi ke rumah sakit sama saja seperti menceburkan dirinya ke dalam bahaya.
• • •
Tanpa memegang jimat, Xena merasa dirinya menjadi santapan empuk bagi para predator liar. Air liur menetes dari mulut para makhluk yang tampak menyeramkan itu, mereka menjilat bibir mereka sendiri setiap kali Xena melewati mereka. Sebelum Xena melangkah keluar dari mobil, dia menghela napas dalam – dalam seraya mencengkram lengan Felix.
Tampaknya, selama Xena berada di dekat manusia lain. Para hantu itu tidak akan menyerang Xena, namun tetap saja mereka berdiri sangat dekat dengan Xena sampai wanita itu mampu mencium aroma busuk menguar dari tubuh mereka yang menyeramkan.
Ketika hendak memasuki lobi, Felix menerima telepon dari seorang aktor di bawah naungannya. Keningnya berkerut saat mendengar suara dari seberang telepon. “Apa?! Bagaimana bisa kamu minum alkohol padahal akan shooting hari ini! Dimana kamu?”
Felix berdecak kesal, “Tunggu aku di sana. Aku akan segera mendatangimu.”
Xena semakin menguatkan cengkraman tangannya pada lengan Felix. “Kamu ingin pergi?”
Felix memijat pelipisnya yang terasa sakit, dia hanya satu orang tapi mengapa harus mengurus banyak aktor yang bermasalah. “Hari ini Gerald harus melaksanakan shooting layar lebar, tapi dia malah minum banyak alkohol tadi malam dan berakhir mabuk sekarang. Dia berkata tidak bisa pergi sendirian dan memintaku untuk menjemputnya.”
Wajah Xena berubah panik. “Tidak bisakah orang lain yang menjemput?”
“Aku harus memastikan dia tidak mengacau lagi. Xena, kamu hanya perlu naik ke lantai atas dan bertemu Presiden Direktur. Aku sudah menyerahkan semua berkasmu kepada Presiden dan kamu hanya perlu menanda tangani kontrak hiatus.”
Dengan berat hati Felix melepaskan tangan Xena dan segera berlari pergi dari lobi.
Dalam sekejap mata, bayang – bayang makhluk mengerikan mulai berdatangan, seperti sekelompok semut yang berkerumun akibat melihat gula. Pikiran Xena menjadi linglung, dia tidak tahu harus bergerak kemana di saat ada banyak wajah mengerikan sedang melingkari tempatnya berdiri.
Keringat dingin membasahi punggung dan tangannya, napasnya juga mulai kembali sesak. Dia terlalu malu untuk berteriak minta tolong sehingga suaranya terkunci di tenggorokan.
Di antara manusia yang berlalu lalang, Xena berjongkok di tengah lobi seraya menutupi kedua telinganya yang berdengung akibat mendengar suara bisikan.
Xena memejamkan mata, berusaha keras agar tidak melihat makhluk – makhluk itu. Namun, walau dia sudah menutup mata, dia masih bisa melihat bayangan mereka terus – menerus menghampirinya.
Tangan – tangan pucat menghampirinya, berusaha meraih Xena yang sedari tadi hanya bisa berbisik. “Pergilah. Pergilah. Mengapa selalu menggangguku?”
“Sialan, dia datang.”
“Padahal aku belum sempat menyentuh manusia ini!”
“Memangnya kenapa kalau dia datang?”
“Dia bisa menghancurkan inti jiwamu bodoh! Kamu tidak akan bisa bereinkarnasi!”
“Lebih baik aku pergi daripada bertemu dengannya!”
Siapa yang datang?
Xena tidak tahu siapa yang sedang dibicarakan oleh para hantu itu, tapi lambat laun hantu – hantu di sekitarnya mulai menjauh dan tak lagi berbisik di samping Xena.
Seorang pria yang mengenakan mantel panjang berwarna hitam berjalan melintasi hantu – hantu yang masih berusaha menyentuh Xena. Tangan kanannya memegang sebuah payung hitam yang tertutup, bagian bawah payungnya akan menimbulkan bunyi ketukan setiap kali dia melangkah.
Kemudian pria itu berhenti tepat di hadapan Xena, kedua manik biru aqua lantas menatap Xena yang sedang berjongkok di lantai. Tubuh wanita itu bergetar dan dia masih tidak mau membuka matanya.
Pria itu mengetukkan payungnya dua kali ke atas permukaan lantai, menyebabkan para hantu langsung berhamburan menjauh dari tempatnya berdiri.
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Padahal posisimu sangat bahaya tadi, mengapa hanya diam saja?” kata pria itu seraya ikut berjongkok di hadapan Xena.
Suara pria itu mengalun lembut, tidak menghantarkan hawa dingin seperti bisikan hantu. Sehingga Xena tanpa ragu membuka matanya dan terkejut saat melihat pria yang pernah ia temui di acara penghargaan beberapa bulan yang lalu tengah tersenyum cerah kepadanya.
“Namamu Xena Archer, kan?”
Xena sempat terpaku sebentar sebelum akhirnya mengangguk. “Ya.”
Senyuman di wajah pria itu semakin lebar sampai gusinya yang kemerahan terlihat. “Namaku Zenon Dominic, Shaman yang akan menggantikan tugas Xie Jia. Apakah kamu tidak mau mengucapkan terima kasih? Kamu bisa saja mati beberapa detik yang lalu bila aku tidak mengusir mereka.”
Kedua mata Xena membulat. “Mati? Hantu bisa membuatku mati?”
Zenon mengarahkan pandangannya pada asap berwarna hitam yang bergumul di sekitar Xena. “Padahal Xie Jia bilang kamu hanya mengalami kebocoran Energi Yin. Tapi, ternyata Energi Yin – mu terlalu besar untuk dikatakan kebocoran.”
“Aku tidak mengerti.” Bingung Xena.
Zenon menopangkan salah satu tangannya ke dagu. “Aku akan menjelaskannya secara singkat. Di dunia ini terdapat dua energi, yaitu Energi Yin dan Yang. Energi Yin dan Yang merupakan perpaduan energi yang ada di alam semesta, dimana energi Yin digambarkan sebagai energi yang lembut dan negatif, sedangkan Yang digambarkan sebagai energi yang lebih maskulin dan positif. Kedua energi ini harus seimbang, atau akan mendatangkan bencana.
Pada umumnya, hanya hantu yang mempunyai Energi Yin melimpah. Tapi, ada beberapa kasus di mana manusia juga mempunyai Energi Yin melimpah. Seperti kamu dan para Shaman, ketika Energi Yin dari seseorang terlalu banyak, dia mampu terhubung dengan dimensi para hantu sehingga wajar jika kamu bisa melihat hantu. Dan karena kamu terhubung dengan dimensi hantu, antara kamu dan para hantu bisa saling menyentuh.”
Sebelum Xena menjawab, Zenon sudah melanjutkan. “Tapi, kamu agak berbeda. Energi Yin – mu terlalu melimpah bahkan sampai membuat para hantu ingin menyantapmu.”
Tubuh Xena menggigil. “Kenapa mereka ingin memakanku?”
Zenon, “Karena semakin besar Energi Yin dari hantu, maka kekuatan mereka juga akan semakin besar dan mereka bisa mendapatkan wujud padat. Jadi, Xena adalah mangsa mereka sekarang.”
Bila seandainya Zenon melangkah pergi dan meninggalkan Xena sendirian tanpa jimat, maka sudah dipastikan bahwa Xena akan dicabik – cabik oleh para hantu sampai mati.
“Tidak. Tidak. Aku tidak mau mati. Kamu harus melakukan sesuatu, bukankah kamu seorang Shaman? Hilangkan saja Energi Yin di tubuhku.”
Zenon mengerjapkan bulu matanya yang lentik, kemudian tersenyum seolah menganggap masalah Xena bukanlah hal yang serius. “Aku hanya bisa menekan Energi Yin, tapi tidak bisa menghilangkannya.”
Hati Xena mencelos saat mendengarnya. “Kenapa tidak bisa? Aku pasti akan membayarmu dengan harga tinggi.”
“Nona, walau kamu membelikanku sebuah pulau sekalipun aku tetap tidak bisa menghilangkannya karena Energi Yin dan Yang terikat dengan jiwa manusia. Bila aku menghilangkan Energi Yin-mu, maka kamu bisa mati.”
Setelah lama berjongkok, Zenon merasa kakinya mulai kebas sehingga dia berdiri. Baru sadar mereka sedang menjadi pusat perhatian, Xena buru – buru ikut berdiri dan menarik Zenon ke tempat yang lebih sepi.
“Apa maksudmu aku harus hidup seperti ini untuk selamanya?” tanya Xena dengan panik.
Zenon mengangguk beberapa kali, membuat rambutnya yang terurai panjang sedikit berantakan. “Ya, kamu akan melihat mereka sampai kamu mati.”
Dan bahkan setelah mati pun juga akan bertemu hantu.
• • • • •
To Be Continued
7 Agustus 2021
Author’s Note :
Innovel baru saja meluncurkan fitur baru di aplikasi, yaitu fitur di mana para pembaca bisa memberikan hadiah kepada Author. Kalian hanya tinggal mengklik lambang kado yang terletak di bagian bawah pada halaman chapter atau bagian atas di menu utama n****+.
Fungsi dari hadiah ini adalah untuk memberikan semangat dan apresiasi kepada penulis, bagi yang berkenan silahkan tinggalkan hadiah untuk cerita ini.
Terima kasih.