Akibat mengalami mimpi buruk yang terasa begitu nyata, Xena menjadi lebih diam di pagi hari dan mengabaikan ucapan orang lain yang berusaha berbincang dengannya.
Sampai dia akhirnya mendengar sebuah kabar bahagia datang. “Xena, hari ini perbanmu akan segera di buka oleh dokter. Apa kamu senang?”
Seluruh ketakutan Xena langsung runtuh dalam hitungan detik. Dia mengangguk kepada Lidia dan menyunggingkan senyuman kecil, “Aku sudah bisa melihat lagi?”
Lidia mengelus pucuk kepala putri bungsunya itu. “Kamu bisa melihat lagi.”
Benar, tidak ada gunanya memikirkan mimpi buruk semalam. Lagipula Xena juga akan meninggalkan rumah sakit siang ini sehingga tak akan lagi terganggu oleh makhluk – makhluk yang terus menghantuinya selama dua malam belakangan.
Demi menyambut penglihatan baru Xena, Adryan dan Helios mengkosongkan jadwal mereka hari ini dan menemani Xena di rumah sakit. Walau Adryan tidak bisa menemani putrinya di rumah sakit selama ini, dia selalu memastikan bahwa rumah sakit menyediakan fasilitas terbaik untuk Xena. Bahkan dokter yang menangani Xena pun di pilih secara khusus oleh Adryan Archer.
Setelah melakukan pemeriksaan singkat, dokter memutuskan untuk segera membuka perban Xena. “Nona Archer, ketika saya membuka perban tolong jangan membuka mata terlebih dahulu sampai saya meminta Anda melakukannya.”
Xena mengangguk, “Saya mengerti.”
Seorang perawat menyerahkan gunting kepada dokter. Kemudian dokter itu segera menggunting perban yang melilit kepala Xena secara perlahan. Seusai melepas perban dan kapas yang menghalangi mata Xena, dokter berkata, “Bukalah mata Anda pelan – pelan. Pada awalnya penglihatan Anda akan terlihat buram karena masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina, tapi beberapa saat kemudian pasti akan terlihat jelas.”
Xena mengikuti perkataan dokter, dia perlahan membuka kedua kelopak matanya. Sesuai dengan perkataan dokter, penglihatannya masih tampak buram dan hanya mampu melihat bayangan dari orang – orang yang ada di sekitarnya.
Tapi, kenapa bayangan orang di hadapannya tampak begitu banyak?
“Mama, memangnya ada orang lain di ruangan ini selain keluarga kita?”
“Eh?” Lidia merasa bingung dengan pertanyaan Xena. “Tidak ada. Hanya ada mama, papa, Helios, dan bibimu Laura.”
“Benarkah? Kenapa sepertinya aku melihat lebih banyak?”
Dokter buru – buru menjelaskan. “Tidak apa, tampaknya mata Anda masih menyesuaikan diri.”
Awalnya Xena juga berpikir demikian, tapi lama – kelamaan dia merasa bahwa bayangan itu bukanlah hasil duplikasi dari bayangan keluarganya. Dia seolah melihat terdapat begitu banyak bayangan memenuhi ruangan ini, menyesakkan Xena sampai dia kesulitan bernapas.
Xena akhirnya menutup mata beberapa saat, lalu membukanya kembali lebar – lebar. Penglihatannya yang kabur lambat laun menjadi semakin jelas, dia mulai bisa melihat wajah sanak keluarganya yang tengah memandangnya dengan senyuman.
“Bagaimana Xena?” tanya Adryan penuh antusias.
Xena tercekat, kedua bola matanya tak mampu bergerak tatkala ia melihat sesuatu yang tak pernah dia bayangkan. Ruangan yang seharusnya hanya berisikan keluarganya saja ternyata dipenuhi oleh sekumpulan sosok asing, mungkin ada sekitar lima belas atau tujuh belas sosok. Beberapa dari mereka berdiri, beberapa duduk, dan bahkan ada beberapa yang berjongkok di samping tempat tidur seraya menatap wajah Xena.
Jantung Xena berdetak kencang, seolah akan segera keluar dari tempatnya. Keringat dingin membasahi punggungnya dan seketika kata – kata tak mampu keluar dari mulutnya. Sementara Xena masih berusaha mencerna situasi yang ia lihat, seorang wanita berambut panjang yang berdiri di samping Lidia tiba – tiba menatap kedua mata Xena.
“Kamu bisa melihatku?”
Seketika Xena merasa aliran darahnya membeku saat mendengar suara yang begitu dingin dan melihat wajah wanita itu dengan sangat jelas.
Wajahnya benar – benar mengerikan!
Permukaan kulit wanita itu begitu pucat, hampir mendekati kebiruan. Sepasang bola matanya yang tak memiliki pupil mengalirkan darah seolah wanita itu sedang menangis. Kulit wajah pucatnya itu tampak retak, memperlihatkan daging kemerahan yang dipenuhi oleh belatung menjijikan. Dan ketika wanita itu tersenyum, sudut bibirnya sudah robek sehingga Xena bisa melihat seluruh giginya yang telah busuk dengan sangat jelas.
‘Hantu! Aku baru saja melihat hantu!’ teriak Xena di dalam hati.
Penampakan yang terlihat jelas itu telah membuat ketakutan memenuhi diri Xena, menghancurkan sisa – sisa kewarasannya yang tak mampu memikirkan alasan logis untuk menjelaskan sosok itu.
“Dia bisa melihat kita!”
“Tidak hanya mendengar, tapi dia bisa melihat kita!”
“Menarik, manusia ini menarik! Dia bahkan memiliki energi Yin melimpah yang membuatnya terlihat lezat.”
KRAK!
Sesosok hantu pria yang berdiri dihadapan pintu memiringkan kepalanya, menimbulkan suara retak yang begitu jelas di telinga Xena. Belum sempat Xena mengucapkan kata, sosok itu langsung menempelkan tangan dan kakinya ke atas permukaan lantai kemudian merangkak cepat menuju tempat tidur Xena.
“Dia milikku! Aku akan memakannya terlebih dahulu!”
“Tidak! Darahnya adalah milikku!”
“Kalau begitu aku akan mencabik dagingnya.”
“Sisakan tulangnya untukku.”
Satu, dua, tiga, sepuluh makhluk mengerikan itu bergerak dengan cepat. Memperlihatkan taring dan cakar mereka di hadapan Xena. Wanita itu ingin berteriak, tapi suaranya seolah dikunci oleh rasa takut yang memuncak. Seluruh tubuhnya membeku selama beberapa detik sebelum dia tiba – tiba bereaksi dengan mengambil jimat yang tertempel pada dinding di belakangnya.
“PERGILAH! JANGAN MENDEKATIKU!” Xena berteriak dengan sekuat tenaga, membuat seluruh keluarga serta dokternya terkejut.
“Xena, ada apa denganmu?” Lidia tampak panik saat melihat putrinya histeris seperti itu.
Jimat di tangan Xena memancarkan cahaya yang begitu terang, menyilaukan mata seluruh makhluk yang berusaha menggapai Xena. Cakar mereka tepat berada di depan mata Xena, tetapi tak mampu menyentuh wanita itu karena terhalangi oleh jimat yang di pegang oleh Xena.
“Itu jimat dari seorang Shaman.”
“Shaman sialan! Lagi – lagi aku tak mampu memakan manusia dengan Yin melimpah.”
“PERGI! PERGI! PERGI!”
Adryan dan Lidia segera memegangi tubuh Xena yang bergetar hebat. Mereka tanpa henti bertanya, “Xena, ini kami. Mengapa kamu menyuruh kami pergi?”
Dengan air mata ketakutan yang mengalir, Xena berbisik lembut dengan suara serak. “Bukan kalian, tapi mereka. Tolong usir mereka.”
Kedua orang tuanya tidak mengerti, tapi Helios tampaknya mengerti siapa ‘mereka’ yang di maksud oleh Xena. “Ayah, Ibu. Sebaiknya kita membawa Xena pulang ke rumah sekarang.”
• • • • •
To Be Continued
5 Agustus 2021