Jarum jam tanpa terasa sudah menunjukkan pukul 7 malam, seharusnya Lidia dan Laura menjaga Xena hingga besok pagi. Akan tetapi, Helios bersikeras meminta kedua wanita paruh baya itu untuk pulang saja ke rumah dan membiarkan dia menjaga Xena lagi malam ini.
Helios sengaja melakukan itu karena takut Ibu dan Bibinya akan terkena serangan jantung apabila menyaksikan fenomena mengerikan yang ia dan Xena alami. Sebelumnya Lidia sudah meminta pihak rumah sakit untuk mengganti kamar Xena, tapi pihak rumah sakit berkata bahwa ruangan pasien sedang penuh sehingga mereka tidak bisa memindahkan Xena.
Sebagai gantinya, pihak rumah sakit meminta petugas listrik mengecek aliran listrik di kamar Xena. Namun, petugas listrik tidak menemukan adanya keanehan dan berkata bahwa aliran listrik di kamar itu baik – baik saja.
Baik Helios dan Xena juga tidak dapat menjelaskan peristiwa kemarin secara logika sehingga mereka tidak memaksa petugas listrik untuk mengecek lebih jauh.
“Kamu yakin tidak lelah?” tanya Lidia seraya melihat ada dua lingkaran hitam di bawah mata putranya.
Helios mengangguk cepat. “Aku hanya menjaga Xena dan bisa tidur di sofa bila lelah, mama tidak perlu khawatir. Lagipula, mama sudah menjaga Xena selama beberapa hari ini, beristirahatlah di rumah dan kembali besok pagi saat Xena membuka perbannya.”
Lidia akhirnya tidak membantah dan pergi bersama Laura. Tepat setelah Lidia menutup pintu, Helios langsung duduk di samping Xena dan berkata, “Xena, jika makhluk – makhluk itu datang lagi malam ini, aku jamin mereka pasti tidak dapat mengganggu kita.”
Xena, “Makhluk – makhluk itu … apakah mungkin hantu?”
Helios tidak langsung menjawab, dia mengambil banyak lembaran kertas kuning dari saku kemejanya. Pada permukaan kertas tersebut, terdapat sederetan huruf – huruf aneh yang di torehkan menggunakan tinta berwarna merah. “Saat sedang beristirahat di studio, aku membagikan cerita tadi malam ke sosial media sebagai anonim dan ada seseorang yang memberikan saran di kolom komentar, dia berkata bila sebaiknya aku mencari seorang Shaman pengusir hantu agar kita tidak lagi diganggu.”
Alis Xena berkerut, “Shaman pengusir hantu? Memangnya ada pekerjaan seperti itu?”
“Awalnya juga aku berpikir itu adalah pekerjaan yang konyol. Tapi, ternyata benar – benar ada! Aku bertanya kepada si pemberi komentar melalui pesan pribadi dan dia memberikanku kontak seorang Shaman pengusir hantu yang katanya sedang berada di London minggu ini. Jadi, tadi siang aku pergi bertemu dengan Shaman itu dan dia memberikanku beberapa jimat penghalau roh jahat.”
Kerutan pada kening Xena semakin tercetak jelas. Walau dia tidak dapat melihat, dia yakin bahwa Helios sedang menampakkan wajah yang antusias dengan nada suara menggebu – gebu seperti itu. “Bagaimana mungkin kamu langsung percaya kepadanya? Helios, ada banyak penipu ulung di dunia ini. Jimat yang kamu terima mungkin palsu dan Shaman yang kamu temui mungkin saja adalah orang yang memberikan saran di kolom komentar.”
“Tidak. Tidak. Aku yakin ini asli.”
“Kenapa seyakin itu?”
“Karena dia sama sekali tidak memungut biaya sepeser pun.”
“Apa? Kenapa bisa?” tanya Xena heran.
Helios tertawa, “Dia berkata bahwa dia adalah penggemar beratku dan juga merasa bersalah belum bisa mengusir hantu yang menggangguku karena masih ada banyak kasus yang harus dia tangani hari ini. Sehingga dia berinisiatif untuk memberiku jimat penangkal roh jahat dan kesialan untuk menjaga kita hari ini.”
Ingatan Xena lantas terlempar kepada seseorang yang pernah memberikannya secarik jimat kuning di acara penghargaan tiga bulan yang lalu. Pria itu juga tidak meminta bayaran kepada Xena dan memberikannya secara cuma – cuma. Dia berkata bahwa jimat itu adalah jimat penangkal kesialan, tetapi Xena tidak percaya dan akhirnya membuang jimat tersebut keluar dari mobil. Siapa yang menyangka kecelakaan dengan cepat menghantamnya setelah dia membuangnya.
Selama beberapa hari setelah kecelakaan, Xena hampir percaya bahwa jimat itu benar – benar mempunyai pengaruh yang kuat dalam menangkal kesialan. Akan tetapi, Xena tidak mmpu mempercayai hal aneh seperti itu secara penuh dan akhirnya memutuskan untuk menganggap bahwa peristiwa tersebut hanyalah sebuah kebetulan semata. Lagipula, bagaimana mungkin nasibnya bergantung kepada secarik kertas yang rapuh.
“Kamu yakin itu berguna?”
Helios menatap lembaran kertas kuning di tangannya. Huruf – huruf asing di atas kertas itu ditulis dengan sangat rapih sampai Helios yang tidak dapat membacanya saja tahu bahwa orang yang menulisnya pasti dipenuhi kehatian – hatian. Jika memang hanya menipu, seharusnya dia tidak perlu menuliskan setiap lembarnya dengan sangat teliti.
“Tidak ada salahnya mencoba. Lagipula kita tidak rugi apapun bila memang tidak berguna.” Kata Helios seraya menggendikan bahu.
Xena terdiam beberapa saat sebelum berkata, “Jika tidak berguna, artinya kita akan mengalami kejadian semalam lagi …”
Seketika Helios merasa angin dingin merayap di punggungnya. “Mari tidak berpikiran buruk terlebih dahulu. Jika memang tidak berguna, kita hanya harus berlindung di bawah selimut seperti kemarin.”
Mereka sudah berhasil melewati satu malam dan melewati semalam lagi pasti tidak akan begitu sulit untuk mereka. Lagipula, besok siang Xena juga sudah bisa meninggalkan rumah sakit sehingga mereka hanya perlu bertahan semalam lagi.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Helios mulai menempelkan kertas jimat itu di beberapa tempat seperti di pintu lemari, belakang pintu masuk, di sisi – sisi samping tempat tidur, dan pada dinding di belakang tempat tidur. Kertas jimat yang di pegang oleh Helios hanya bersisa satu dan dia memutuskan untuk memegangnya karena berharap bisa meningkatkan proteksi diri.
Setelah itu, Helios turut berbaring di samping Xena seraya memegang secarik jimat yang tersisa dengan kuat. Walau tidak mengucapkan apapun, keduanya sama – sama enggan untuk tidur terpisah saat ini. Beruntung tempat tidur di kamar VIP cukup luas untuk menampung mereka berdua sehingga masih terasa nyaman.
“Siapa nama Shaman yang kamu temui?” tanya Xena penasaran.
Helios menatap ke arah langit – langit kamar, menatap deretan lampu yang menyala begitu terang. “Namanya Xie Jia, para Shaman biasanya menggunakan panggilan Master di depan namanya, jadi aku memanggilnya Master Xie. Dia pria yang sangat ramah, Master Xie bahkan memberikanku kopi gratis sebelum kita berpisah.”
Xie Jia?
Namanya terdengar seperti nama dari negara Tiongkok. Walau hanya melihat sekilas, Xena yakin pria yang ditemui oleh Xena tiga bulan yang lalu juga memiliki sedikit fitur wajah Asia. Wajahnya sangat menarik, mempunyai perpaduan antara tampan dan cantik yang pas sehingga sangat sulit untuk di lupakan.
Mungkinkah Xie Jia adalah orang yang juga memberikan Xena jimat penangkal kesialan?
“Bagaimana penampilannya?”
Helios dan Xena sama – sama berasal dari dunia hiburan, wajar bila mereka mampu menilai penampilan orang dengan sangat baik. Bahkan detail sekecil apapun juga tak luput dari pandangan mereka.
“Dia terlihat masih sangat muda, mungkin berusia sekitar 18 atau 19. Wajahnya lumayan menarik dan manis, dia juga mempunyai senyuman yang ccerah. Master Xie pasti sangat cocok menjadi model dalam majalah musim panas remaja.”
Xena tertawa kecil saat mendengarnya. “Kamu selalu memuji Master Xie ini dari awal, apakah kamu tertarik kepadanya?”
Helios berdecak, “Dia adalah seseorang yang memberikan solusi atas masalah yang sekarang kita hadapi. Wajar bila aku terus memujinya.”
Helios berkata bila wajah Xie Jia lumayan menarik, artinya pria yang ditemui oleh Xena bukanlah Xie Jia. Karena, pria itu sama sekali tidak dapat di kategorikan sebagai lumayan. Seandainya pria itu ikut terjun ke dalam dunia model, mungkin popularitas Helios akan langsung terjun dalam waktu beberapa minggu.
Keduanya berbincang cukup lama untuk membunuh waktu dan akhirnya menutup mulut begitu waktu memasuki tengah malam. Xena melingkarkan tangannya pada lengan Helios, diam – diam merasa takut akan menghadapi makhluk – makhluk yang semalam menyentuh tangan dan kakinya.
Detik jam bergerak dengan begitu lambat di saat mereka berharap waktu berlalu dengan cepat. Helios menatap lemari dengan pandangan yang lekat dan berharap bahwa tangan pucat tidak lagi keluar dari sana.
Duk … Duk … Duk …
Keduanya langsung merasa tegang begitu suara ketukan kembali terdengar dari dalam lemari. Helios memegang jimat di tangannya dengan kuat, bahkan hampir membuat permukaan kertasnya sobek.
Tangan di dalam lemari tampaknya berusaha membuka pintu lemari, akan tetapi tulisan di jimat yang tertempel pada permukaan lemari mulai memancarkan cahaya redup dan mengunci lemari sehingga makhluk di dalam sana tak mampu membukanya.
Ketukan perlahan berubah menjadi dobrakan kasar, menimbulkan suara bising yang memekakkan telinga. Beberapa saat kemudian, pintu lemari berhenti didobrak cahaya pada jimat juga berhenti berpendar.
Helios menghela napas lega. “Tampaknya jimat ini benar – benar berguna.”
Jimat itu memang berguna untuk menangkal roh jahat. Tetapi, sama sekali tidak mengusirnya. Kumpulan roh – roh itu masih ada di dalam ruangan ini, memperhatikan mereka dari kejauhan tanpa mampu mendekat. Helios mungkin tidak bisa mendengar suara apapun lagi, namun Xena masih mampu mendengarkan suara bisikan dari kejauhan.
“Siapa yang meletakkan jimat di tempat ini!”
“Rasanya panas sekali! Bagaimana caranya kita bisa memakan dia bila mendekatinya saja tidak bisa?!”
Tidak mau lagi mendengarkan suara – suara itu, Xena mengubur dirinya di dalam selimut dan berusaha untuk tidur. Sepanjang malam yang tersisa, Xena kembali bermimpi buruk, lebih menakutkan dari mimpi yang ia dapatkan semalam. Di dalam mimpi itu, ada banyak tangan kering yang memegang kaki Xena, berusaha menariknya masuk ke dalam sebuah makam berisikan tulang – belulang.
Xena berusaha untuk berteriak meminta tolong, namun suaranya tercekat di dalam tenggorokan dan membuatnya bisu.
Tampaknya, jimat penangkal roh tidak mampu menangkal mimpi buruk.
• • • • •
To Be Continued
3 Agustus 2021