Bab 15

1176 Words
Kelly tak bisa berkutik sama sekali, dan banyak berharap keajaiban datang. Seandainya Robert tahu kalau ia menguping pasti dia akan marah besar. Apalagi kalau berhubungan dengan Veronica. Oh god! Veronica wanita licik yang menggoda begitu banyak pria. Kenapa pria itu bisa tergoda padanya? Gadis itu tak mengerti dengan jalan pikiran Robert sama sekali. Ia memilih bergeser perlahan tapi pasti untuk pergi dari tempat yang dipijak dengan sangat hati-hati. Tak lupa bibirnya berkomat-kamit, berharap ada seseorang yang membantunya, dan orang itu adalah Eden. “Konsentrasi mu buyar hanya karena tikus, Rob.” Eden tahu bahwa di luar sana ada Kelly yang menguping, pasti hatinya hancur karena mendengar ucapan mereka berdua. Oh.., kasihan Kelly. “Aku hanya ingin melihatnya.” Robert bukan tak tahu kalau itu Kelly, ia hanya takut jika gadis itu salah paham mengenai pembicaraan mereka. Kelly yang bersembunyi langsung pergi menjauh secepat mungkin. Tak aman baginya untuk menguping pembicaraan mereka berdua. “Aku tak menyangka, Robert masih begitu mencintai Veronica.” Kelly berjalan keluar pondok-menatap bulan yang bersinar terang. Pemandangan indah itu nyatanya tak bisa mengobati rasa sakit yang ada di hatinya. Tak dapat dipungkiri, bahwa ia mencintai Robert. “Besok, aku akan mengajak Eden pergi dari tempat ini.” Kelly berkata mantap, dari pada hatinya sakit terus-terusan, lebih baik menghindar. Salahnya ia datang kepada Robert hari ini, salah ia juga karena mendengar perkataan yang menyakitkan. “Oh s**t!” geramnya tertahan menahan luka hatinya. Setelah Kelly pergi, Robert memilik wajah murung dan kurang bersemangat. Pertengkaran mereka berubah menjadi keheningan yang tak ada kejelasannya. Pria itu terduduk lesu menatap kosong ke arah jendela. “Kau sangat bodoh,” ejek Eden dengan senyum semirik nya. Robert menatap wajahnya dengan dingin. Bukan maksudnya menyakiti Kelly, tapi ia hanya ingin melihat reaksi dari gadis itu. “Aku hanya.” Perkataan Robert menggantung seperti gantungan baju. Eden terkekeh melihatnya sangat buruk dalam cinta. “Hanya ingin melihat dia cemburu. Kau sengaja membawa Veronica dalam kehidupan pribadimu.” Eden tahu kalau Robert dan Veronica tak pernah menjalin hubungan. Dan pertengkaran mereka adalah sandiwara. Bagaimana bisa? Robert memberi kode kepada Eden agar mengikuti arus pembicaraan mereka. Tentu ia mau melakukan itu karena rubah coklat bodoh cinta itu adalah sahabatnya. Mereka pernah bertemu, dan tinggal bersama di panti asuhan. “Aku rasa, kau harus melakukan pendekatan maksimal, Rob.” Eden menaruh jubahnya hendak berbaring di ranjang, tapi Robert memindahkan ranjang itu. “Jangan membuatku murka, aku lelah.” Gertakan lembut itu tak membuatnya jera sama sekali. “Aku yakin Kelly besok akan pergi. Bantulah aku, Ed.” Robert memasang wajah memelas agar Eden mau membantunya. “Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?” “Gampang. Hampiri dia. Kejar dia.” Eden bicara tanpa beban, dan inilah yang disukai oleh Robert. Pria itu pun berlari tanpa pikir panjang mencari keberadaan Kelly. Ia melihat gadis itu sedang berada di halaman rumah. “Kelly!” panggilnya sedikit berteriak. Kelly yang sedang menatap bulan sontak menoleh. Sejujurnya, rasa malas yang di dapat ketika melihat wajah Robert, tapi ia tak punya pilihan lain lagi. “Ada apa?” jawab Kelly lumayan dingin. Robert tahu bahwa gadis itu mulai memasang tameng lagi, seperti sebelumnya. Tak ingin menunda, dan membuang waktu, ia langsung memeluknya begitu saja. Kelly terkejut dengan bola mata besar melotot hendak keluar. Jantungnya berpacu keras, seperti kuda liar yang lari. Rasanya tak bisa di gambarkan, dan hanya di rasakan saat bersama Robert saja. “Aku mencintaimu. Aku tak pernah ada hubungan dengan Veronica. Aku hanya sandiwara saja. Aku ingin membuatmu cemburu. Aku tak ingin kau meninggalkanku.” Masih banyak kata-kata yang keluar dari mulut Robert membuat pikiran Kelly buntu seketika. Dan ia masih dalam kondisi syok tak percaya atas apa yang di dengarnya. Karena tak mendapatkan respon, Robert melepas pelukan itu-menatap kedua manik milik Kelly dengan penuh cinta. Tangan miliknya terangkat begitu saja, memegang pipi merah cabi menggoda. “Apakah kau mendengar pengakuanku, Kel?” Kedua mata mereka saling pandang satu sama lain, menyiratkan cinta masing-masing yang sudah lama terpendam. “A-aku bingung harus menjawab apa.” Perasaan bahagia yang dirasakan Kelly bertumpu jadi satu di hatinya. Ia tak menyangka bahwa Robert memiliki perasaan padanya. “Apakah kau tak memiliki perasaan yang sama kepadaku?” Ia was-was jika gadis itu menolaknya. Kelly menunduk meski tangan lembut milik Robert menyentuh pipinya. “A-aku...emmm, beri aku waktu.” Ia langsung lari begitu saja meninggalkan pria itu sendirian yang masih terbengong dengan sikapnya. “Dia menggemaskan,’ batin Robert tak berhenti tersenyum menatap ke arah punggung Kelly. Eden yang menyaksikan pernyataan cinta pria itu mengulas senyum tipis. Setiap kali menatap rembulan, jantungnya berdebar kencang. Ia pun memilih menutup jendela, merebahkan diri di ranjang. Eden merasa semua yang terjadi padanya sudah di atur. Dan juga mengenai kutukan itu tidaklah benar. Mata pria itu menatap ke langit-langit kamar. Gambaran tentang pertarungannya bersama James terlihat jelas di sana. James, pria itu. Bagaimana kondisinya? Rasa khawatir akan sahabat sekaligus bawahan setia itu tak pernah hilang sedikitpun. “Apakah dia baik-baik saja?” Eden beralih posisi menjadi miring ke kanan, dan terus memikirkan tentang James. Sementara orang yang dipikirkan sedang berada di hutan keramat, menatap kosong ke arah bekas pertempuran antara Louis dan siluman pohon tua. Setelah insiden itu, ia tak beranjak sedikitpun dari tanah. Para siluman yang melihat kondisi James sedikit iba, tapi mereka tak berani mendekatinya-memilih memantau dari jauh. Perlahan tapi pasti, pria itu bangkit dari duduknya, berjalan dengan tertatih melihat bekas kertas mantra milik Louis. Beberapa jam yang lalu, mereka berdua masih bersama. Dan sekarang semuanya sudah berakhir. Louis tiada, dan ia sendirian, menjadi pemburu iblis. Tanpa keberadaan Louis, semuanya sia-sia belaka. “Apakah kau mau mencarinya?” Salah satu siluman datang mendekat ke arah James. “Kutukan yang dilayangkan kepadanya adalah kutukan pelebur raga.” James menoleh dengan pandangan tajam. Sang siluman tersentak kaget. “Aku berkata benar. Karena aku pernah melihat hal serupa.” “Katakan.” James berucap dnegan sangat dingin, sedikit tak mempercayai perkataan siluman itu. “Kau harus menemukan jiwanya terlebih dahulu.” Siluman itu semakin mendekati James. “Waktumu tak banyak. Bisa saja jiwanya sudah dimakan oleh siluman pemakan jiwa.” James mengepalkan tangannya dengan kuat, hendak melayangkan rantai yang sudah di pegang nya. “Jangan menyakitiku. Aku tak berbohong. Carilah orang bermarga Tang. Dia akan membantumu.” Siluman itu menghilang, setelah mengucapkan kata-kata aneh menurut James. “Hanya kau yang bisa membantunya.” Suara itu mengelegar di seluruh hutan, membuat James menatap ke penjuru arah. “Sial! Jangan mempermainkan ku!” James murka, merasa di permainkan oleh siluman itu. “Kemana kau pergi, b*****t? Cepat keluar!” “Lebih baik kau cari Tang, dia ada di tenggara, tak jauh darimu.” Cahaya putih menyilaukan mata terlihat jelas oleh James. Pria itu menatap dengan seksama, dan mulai mengerti dengan cahaya itu. “Sial! Kenapa harus Louis?” James berlari menuju ke arah tenggara. Ia terbang dibantu oleh rantai yang ada di tanah. Tugasnya adalah menemukan Tang untuk mencari keberadaan Louis sebenarnya. Meskipun cahaya putih itu sulit dipercaya, tapi perkataannya membuatnya penasaran. ‘Tunggu aku, Louis. Aku akan segera menemukanmu,’ batinnya mantap. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD