Bab 27

1148 Words
Eden termenung menatap langit kamar bergambar rubah. Di mana mata melihat, disitulah terdapat potret rubah merah. Sesekali, ia mendesah ringan karena terlalu bosan dengan pemandangan yang akan dilihatnya nanti setiap hari. Karena menurutnya sangat bosan. Ada rasa kesepian yang menjalar di dalam hati Eden ketika menyadari cerewetnya Kelly tak ada habisnya. Gadis itu selalu membawa kemeriahan sendiri dengan cara bicara, dan tingkah lakunya. Ia pun menggeleng kepala secepatnya supaya bayangan mengenai kelly terhapus dengan cepat. “Huh, kenapa aku jadi merindukan rubah busuk itu?” Eden bangun, melirik ke arah jendela. Bayangan orang pun terlihat jelas di sana, dan langsung beranjak dari ranjang untuk memastikan sesuatu. “Apa yang kau lakukan?” tanya Eden berdiri di depan jendela. Siluman yang ketahuan mengintip itu tersentak kaget dengan wajah kikuk sedikit canggung. “Kenapa kau berdiri di sana? Masuklah.” Mendapatkan persetujuan dari Eden, siluman berwajah koala itu masuk begitu saja, dan memilih berdiam diri di depannya. “Ada apa?” “Emmm... itu... aku hanya ingin memberitahumu.” Dia mendekati Eden dengan wajah gelisah bukan main. “Katakan, apa yang ingin kau bicarakan.” Eden terus menatap gelagat aneh yang terlihat jelas di matanya. Seperti perasaan takut ketahuan oleh orang lain karena menyembunyikan sesuatu. “Nanti malam, tutup pintu dan jendelamu rapat-rapat. Jangan pernah keluar meskipun hanya selangkah saja,” bisik siluman itu terlihat serius. “Jika kau melanggarnya, nyawamu bisa melayang. Kau harus mengikuti perkataan ku.” Eden menatap siluman berwajah koala itu dengan santai. Berarti nanti malam akan ada sesuatu hal yang sangat dinanti. Tentu saja ia tak akan melewatinya, dan memilih berada di garis depan. “Terimakasih, karena sudah memberitahuku.” “Aku pergi dulu, ingat perkataan ku. Besok, kau harus pergi ke dapur pagi-pagi sekali untuk menyiapkan hidangan, karena orang kepercayaan ratu telah tiba.” Siluman berwajah koala berjalan dengan hati-hati tapi pasti, takut ketahuan oleh seseorang. Eden memasang telinganya dengan tajam karena merasa ada yang mengawasinya. “Huh, tikus kecil yang butuh hukuman.” Di kerajaan, ia mengandalkan dirinya sendiri, tentu insting berburunya harus digunakan. Lemah bukan berarti keterampilannya sebagai pemburu siluman hilang. Justru dengan adanya permasalahan, Eden bisa belajar untuk mengandalkan dirinya sendiri. Di waktu yang sama, Kelly masih berhadapan dengan siluman misterius. Pertarungan mereka seimbang, sampai gadis itu berubah wujud tetap saja siluman bertopeng tak gentar sedikitpun. “Ngomong-ngomong, bentuk transformasi mu sangat indah dan cantik.” Bagaimana tidak indah, di dahi Kelly terdapat berlian biru yang sangat cantik. Itulah yang membedakan dia antara siluman rubah merah lainnya, bahkan ratu sekalipun. “Tutup mulutmu! Kembalikan Robert padaku!” geram Kelly berlari zig zag menyerang siluman itu dengan buas. Tombaknya pun terlempar-berputar-putar. Terlihat jelas di sana Robert yang masih berdiri dengan tatapan wajah kosong. Kelly yang melihat Robert pun menghentikan aksinya, dan menatapnya nanar penuh kesedihan. Tujuannya ke ibu kota adalah untuk membantu Eden, bukan membuat Robert celaka seperti ini. Sungguh ia menyesal karena tak mamatuhi perintah Mike. Gadis itu berubah wujud menjadi manusia dengan linangan air mata yang terus membasahinya. Robert, pria yang dicintai harus mengalami hal pahit seperti itu. Bagaimana bisa dia akan bertahan. “Kau sudah melihatnya, bukan? Dia ada di tanganku. Aku akan melepaskannya asalkan kau menjadi milikku.” Siluman bertopeng itu terbang mendekati Kelly. “Ingat, keputusan ada di tanganmu.” Tangan nakal itu pun terulur, hendak mengelus pucuk rambut elok milik kelly, sayang seribu sayang, tangan itu terkena benda tajam dari arah belakang. Yaitu pisau lipat. “Singkirkan tangan kotor mu dari kekasihku?” teriaknya membuat Kelly menoleh seketika, dan langsung berteleportasi memeluknya. “Aku takut kehilanganmu, Rob.” Tangis gadis itu pecah memenuhi keheningan yang ada di tempat itu. Robert mengepalkan tangan kuat karena siluman itu lancang membuat Kelly bersedih. “Cih, ternyata kau bisa lari dari ilusiku.” Siluman bertopeng itu mengeluarkan ekornya yang berjumlah enam. Tentu Robert tahu bahwa dia bukanlah siluman biasa. Namun, ia juga bukan siluman lemah yang tak punya kekuatan sama sekali. “Kita pergi dari sini, jangan melawannya, Rob.” Sebisa mungkin kelly membujuk Robert karena siluman itu sangat kuat. “Tenang saja. Aku bisa mengatasinya. Tolong percaya padaku.” Robert mengeluarkan cahaya biru di tepak tangannya untuk diarahkan ke kelly. Sebuah tameng terlihat jelas di sana. “Apa yang kau lakukan, Rob? Keluarkan aku dari sini.” Gadis itu memukul-mukul dinding transparan berulang kali, berharap Robert mau mengeluarkannya, tapi teriakan itu tak di dengar oleh pria itu. “Sial! Buka ini!” Kelly hanya bisa menatap pertempuran mereka berdua. Bunyi dentuman keras terus saja terjadi. Rumput yang semula indah menjadi rusak. Tak hanya itu para hewan-hewan yang ada di sekitar langsung pergi menyelamatkan diri. Pertempuran mereka terlihat seimbang. Robert tak kalah mengeluarkan jurus andalan untuk menghadapi siluman bertopeng itu. Ia berlari kencang,terbang di udara untuk mengangkat kedua tangannya. Tiba-tiba tanaman sulur keluar bergerak melilit tubuh siluman bertopeng. “Jangan kira deng trik murahan ini kau bisa melawanku.” Ditangannya mengeluarkan cahaya biru berbetuk seperti pedang. Dengan kekuatan magis yang dimiliki, dia bisa memotong sulur itu dengan mudah. Sayangnya, sulut tersebut telah diracuni. “Aku tak bodoh meskipun trik ku bisa di baca.” Jangan lupa, Robert adalah ahli ramuan. Berbagai obat dan juga racun telah di teliti. Si siluman bertopeng langsung batuk darah. “Tunggu pembalasanku.” Dia menghilang begitu saja, membuat Robert lega. Beruntung sekali ia tak bertransformasi menjadi rubah. Melihat kekasihnya menang atas pertempuran, tubuh Kelly merosot ke tanah. Gadis itu merasa lega, tapi khawatir akan semuanya. Seperti yang dikatakan Mike, seharusnya ia tak datang ke ibu kota. “Apakah kau baik-baik saja?” Robert memeluk Kelly begitu erat, mencium aroma tubuh gadis itu. Sungguh ia tak bisa kehilangannya begitu saja. “Trik itu bisa aku patahkan dengan mudah. Jadi, jangan menyalahkan dirimu.” Kelly menangis sesenggukan, bukan karena ketakutan. Akan tetapi karena menyesal atas sifat keras kepala yang dimiliki. “Maafkan aku, Rob. Kita pulang saja. Itu jauh lebih baik.” Robert tersenyum lembut, lalu mereka berdua menghilang kembali berteleportasi ke rumah pohon. Di tempat itu, hal yang tak terduga terjadi. Pasangan yang baru sampai terkejut melihat Mike berdiri di wajah merah padam. “Dari mana saja kalian?” Dia terlihat curiga dengan mereka. Sempat juga dahinya berkerut-menatap penuh selidik. Pasangan itu salah tingkah-bingung harus alasan apa. Mike pun semakin mendekat. “Kenapa diam?” sentak nya dengan keras. Kelly menelan ludah kepayahan, merasa bahwa siluman yang berjalan itu persis seperti monster. “Kami hanya jalan-jalan,” jawab Robert asal. Mike semakin menaruh curiga dengan pakaian yang dikenakan oleh mereka. Terdapat beberapa noda kotor berwarna merah seperti darah. Hidungnya mengendus berulang kali, yakin bahwa noda itu benar-benar darah. “Jangan bilang kalau kalian pergi ke ibu kota.” Skacmat. Mereka langsung menutup mulutnya dengan rapat, seolah tak mau menjawab tuduhan itu. Dan iya, Mike tahu bahwa keduanya telah bekerja sama untuk mengawasi Eden. ‘Dasar teman laknat! Kenapa dia tak bisa mengatakan tidak untuk Kelly.’ Raut wajah menggelap itu seakan menelan tubuh mereka berdua. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD