ENAM

1022 Words
Sudah dua hari Revano dan Ewan tinggal dirumah Keluarga Davies, tetapi mereka berdua tidak pernah muncul saat waktunya makan. Pulang selalu hampir tengah malam dan berangkat setelah Axton pergi sekolah. Makan pagi pun selalu dua orang itu lewatkan dan sebagai gantinya Nyonya Anggita meminta Rina untuk antarkan sarapan pagi ke kamar dua orang itu. Calista tidak peduli sungguh, tetapi wajah sedih Axton cukup mengganggunya. Anak kecil itu berharap setelah pertemuan pertama dengan ayahnya, mereka bisa bertemu lagi bahkan bisa menghabiskan waktu bersama meskipun hanya diwaktu makan. Yang Calista bisa hanya memberi pengertian pada X bahwa ayahnya sibuk bekerja. Sedangkan untuk menghibur X dengan memberi cokelat atau es krim tentu tidak ada dalam pilihannya, jadwal makan X tetap berjalan. "Mimi, apa Daddy ada dirumah?" Pertanyaan tiba-tiba itu cukup mengejutkan Calista, saat ini mereka sedang ada dalam perjalanan pulang dari sekolah Axton. "Mimi tidak tahu. Mimi pergi ke kampus tadi." Kenyataannya memang begitu, ia hari ini sempat mendatangi kampus jadi ia tidak memperhatikan orang-orang dirumah selain Axton tentu saja. "Ada apa memangnya?" "Ada acara piknik disekolah." Axton berkata demikian seraya mengangsurkan selembar kertas padanya berisikan pemberitahuan untuk para orangtua agar bisa ikut berpartisipasi dalam acara piknik sekolah. "Oh begitu..." Calista mengambil alih surat tersebut dan membacanya dengan seksama. "Nanti sesampainya dirumah, kita bicarakan dengan Oma dan Opa ya?" "Kenapa tidak bicarakan dengan Daddy?" Pertanyaan itu spontan saja Axton lemparkan pada Calista yang sudah memikirkan kemungkinan terburuk jika berhubungan dengan ayah kandung Axton yang tak berperasaan itu. "Iya kita bicarakan juga dengan Daddy X ya. Bagaimana baiknya nanti dibicarakan, tapi jangan kecewa kalau hasilnya tidak memuaskan perasaan X." Axton dengan patuh menganggukkan kepalanya setuju. "X sangat berharap Oma, Opa dan Daddy bisa ikut semua." Usapan lembut Calista sampirkan dirambut tebal Axton, tak lupa senyum manisnya agar tidak merusak suasana hati X yang sedang baik. Dalam hati Calista berharap bahwa perkiraan buruknya meleset. Tak tahu akan sesedih apa Axton jika semua anggota keluarganya sibuk. Sesampainya dirumah kesepian menampak seperti biasanya, semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Calista membawa X ke kamarnya dan melakukan rutinitas seperti hari biasa setelah pulang sekolah. "Oma dan Opa tidak ada dirumah." Tangan Calista berhenti bergerak dan menatap Axton yang sudah siap untuk tidur siang diatas ranjangnya. Calista berusaha memberikan senyumnya, dengan pelan ia mengatakan "sore nanti juga semuanya akan pulang, setelah makan malam nanti baru dibicarakan ya. Sekarang waktunya X tidur siang, nikmati tidur siangmu sebelum nantinya sulit mendapatkan waktu untuk istirahat seperti ini." "X berharap sekali semuanya bisa ikut." Gumaman dalam tidur Axton sedikit mencubit hati Calista. Anak ini sangat ingin diperhatikan keluarganya, sayang sekali keluarganya sibuk. Keluarga ini memang punya uang banyak tetapi tidak ada waktu untuk seorang anak, tetapi memikirkan hal lain Axton masih termasuk anak yang beruntung. Diluar sana masih banyak anak yang sudah kekurangan kasih sayang lalu kekurangan materi pula, contohnya adalah Calista sendiri. Menjadi anak broken home yang miskin, sangat menyedihkan. Bahkan dulu dirinya sering sekali merasa hidupnya tidak ada arti sama sekali, menyesali bahwa ia hidup sampai sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tapi itu dulu, sekarang meskipun tidak punya tujuan hidup yang benar-benar ingin dicapai olehnya, Calista sudah menyusun rencana untuk menata hidupnya menjadi lebih baik karena Calista yakin Tuhan memiliki sesuatu yang terbaik untuknya meskipun tidak tahu kapan. Selama Axton tidur, seperti biasa Calista menggunakan waktunya untuk mengerjakan urusannya sendiri seperti makan dan lainnya. Sesaat baru ingin masuk ke area dapur utama, ia berpapasan dengan Ewan. Pria itu melemparkan senyum padanya dengan masih mengenakan pakaian ala orang kantoran, sepertinya Ewan baru kembali. "Selamat siang Calista." "Selamat siang. Apa ada yang bisa saya bantu?" Ewan tampak kebingungan berdiri diarea dapur bersih, seperti mencari sesuatu. "Hahaha terimakasih sudah mau membantu, apa kamu bisa membuatkan segelas minuman dingin untukku?" Calista segera mengangguk, menunda keinginannya memasuki dapur utama dan mendekati Ewan. "Apa yang ingin anda minum?" Tanya Calista sembari membuka pintu kulkas. "Tolong jus buah saja." Dengan cekatan Calista menuangkan jus buah jadi dari dalam kulkas kesebuah gelas untuk Ewan yang sudah mengambil duduk dikursi yang ada disana. Suasana cukup hening sampai Ewan kembali bertanya, "apa Axton sedang tidur siang?" "Iya, X sedang tidur siang sekarang. Ini jus anda." Calista dengan sopan menaruh gelas berisi jus itu dimeja tepat dihadapan Ewan. "Kalau begitu saya permisi." Dengan senyum hangat Ewan mempersilahkan Calista, tetapi belum dua langkah pergi Calista sudah membalikkan tubuhnya lagi menatap Ewan. "Maaf jika lancang, tapi apakah anda baru saja kembali bekerja?" "Ya, hari ini aku sengaja kembali lebih cepat. Ada apa?" "Apakah tuan Revano juga akan kembali lebih awal?" Ewan menaikkan sebelah alisnya bingung, kenapa Calista menanyakan Revano sedangkan Ewan tahu bahwa wanita muda ini tidak terlalu menyukai ayah kandung Axton tersebut. "Aku tidak tahu, tetapi kemungkinan besar iya karena pekerjaannya sudah hampir terselesaikan setelah lembur kemarin-kemarin." Calista menghela nafas lega seraya mengangguk. "Terimakasih informasinya, saya akan kembali ke dapur." Dengan cepat Calista menghilang dari pandangan Ewan. Setidaknya informasi yang ia dapatkan bisa membuat perasaan Axton lebih baik nanti. Waktu berjalan semestinya, Axton dengan disiplin mengikuti kegiatan hariannya ditemani Calista seperti biasa sampai waktu makan malam tiba. "Mba Rina tadi bilang Oma dan Opa X sudah pulang sejak jam lima sore tadi, dan Ayah X baru saja tiba." Senyuman terukir indah diwajah kecil tampan milik Axton. "Ingat, bicarakan semuanya perlahan dan jangan terlalu berharap jika tidak ingin sedih karena kecewa. Mimi akan selalu ada untuk X." Axton mengangguk dengan semangat, rona cerah diwajahnya sangat tampak. Dengan lembut Calista menggandeng Axton menuju ke ruang makan, ternyata disana sudah ada Tuan dan Nyonya Davies juga Ewan. Dengan sopan Axton menyapa orang-orang yang lebih tua darinya itu sebelum mengambil duduk dikursi makan miliknya. Tak lama dari itu Revano datang dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa membuat suasana menjadi kaku. Nyonya Anggita mencoba mencairkan suasana dengan mengajak cucunya mengobrol, menanyakan tentang sekolah Axton dan lainnya. "Oma, Opa, Daddy, Axton mendapatkan undangan untuk membawa keluarga dalam acara piknik di sekolah." Nyonya Anggita melirik suami juga anak sulungnya, melihat respon dari kedua pria dewasa tersebut. "Axton sangat berharap kita bisa pergi bersama-sama kesana." "X maafkan Oma, bukannya Oma tidak mau. Tetapi sejak besok sampai empat hari Oma dan Opa sudah ada janji untuk melakukan perjalanan bisnis." Vote and Comment guys!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD