TUJUH

981 Words
Tatapan mata X langsung berubah menyendu, hal itu membuat Calista merasa sedih. Nyonya Anggita merasa sangat tidak tega melihat cucunya begitu, tapi mau bagaimana lagi ia dan suaminya sudah ada janji dengan klien penting yang sangat jarang sekali bisa ditemui. Tuan besar Davies juga merasa bersalah pada Axton, meskipun tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa. Mata Calista menuju pada Revano yang masih asyik makan dengan dunianya sendiri seolah tidak ada orang lain diruang makan ini. Dengan keberaniannya dan demi Axton, Calista harus bisa membuat setidaknya ayah kandung Axton tidak ikut mengecewakan anak itu juga. "Bagaimana dengan Tuan Revano? Apa anda punya waktu sedikit untuk menemani Axton di acara piknik sekolah, lusa?" Kini fokus Revano tidak lagi tertuju pada makanannya, ia beralih menatap Calista lalu pada Axton yang sekarang menatap dirinya dengan penuh harap. "Lusa kami berdua memang akan mengambil cuti, tentu saja Revano bisa menemani Axton ke acara sekolah itu." Ewan langsung ambil bicara saat Revano tidak mengeluarkan sepatah katapun. "Benarkan Van?" "Daddy bisa ikut? Yeayy!!" Sorakan penuh girang dari Axton memotong pertanyaan Ewan. Sedangkan Calista dapat menebak bahwa pria itu tidak mau ikut jika saja Ewan tidak ambil bicara lebih dulu. Axton sudah begitu senang saat tahu ayahnya bisa menemani dirinya ke acara piknik sekolah lusa, bahkan tanpa persetujuan anak itu sudah turun dari kursi makannya dan berlari menuju sang ayah untuk memeluknya seraya mengucapkan terimakasih. "X senang sekali Daddy bisa ikut menemani X dan juga Mimi." Axton tampak lebih senang saat kepalanya diusap pelan oleh sang ayah. Calista melihat itu dengan pandangan sinis, pria yang menjadi ayah kandung Axton itu tampak sangat terpaksa melakukannya dan itu sangat menyebalkan bagi Calista. "Lis, mohon bantuannya ya. Lagi-lagi kami hanya bisa mengandalkan kamu." Nyonya Anggita menarik perhatian Calista dari tatapan sebelumnya pada ayah dan anak diruangan tersebut. "Sudah menjadi kewajiban saya bu." Dengan sopan Calista membalas senyum Nyonya Anggita. Seusai makan malam, Calista segera membawa X ke kamarnya. Karena terlalu senang mengetahui ayahnya akan menemaninya ke acara sekolah, X jadi lebih susah tidur. Calista harus lebih lama lagi menunggu anak itu sampai benar-benar tertidur. Pukul sepuluh lewat hampir setengah jam barulah Calista bisa meninggalkan X. Besok sekolah X libur karena harus mempersiapkan apa-apa saja keperluan untuk piknik, Calista berencana untuk membawa X ke minimarket siang hari besok. Segera saja Calista menuju ke kamarnya dan langsung tidur. Suara deburan air terdengar ditelinganya, cukup membuat tidur Calista terusik. Sepertinya itu berasal dari kolam renang yang ada dihalaman belakang. Kamar tidur para pekerja terhubung dengan dapur utama, dari kamar itu mereka hanya bisa melewati dua jalan yaitu dapur utama dan gerbang belakang. Sedangkan dibalik tembok tempat mereka tidur adalah halaman belakang yang luas dengan kolam renang, lapangan kecil dan taman bunga. Calista mendengus kesal, siapa pula yang malam-malam begini berenang. Selama Calista bekerja dirumah itu tidak pernah ada yang berenang dimalam hari begini. Pikiran Calista langsung tertuju pada ayah kandung X juga sahabatnya, pastilah diantara dua orang itu pelakunya. Mencoba untuk tidur sepertinya cukup sulit untuknya sekarang, jadilah ia memilih untuk minum sesuatu yang manis juga memakan beberapa camilan. Saat melihat isi kulkas didapur utama, tidak ada makanan dan Calista yg teringat dengan camilan miliknya dan Axton. Besok Calista dan Axton akan membeli keperluan untuk piknik jadi sekalian saja mereka membeli beberapa stok camilan. Beberapa lampu dimatikan, membuat suasana yang memang sepi menjadi sedikit menyeramkan. Dengan pelan Calista berjalan menuju kulkas yang ada didapur bersih, mengambil sisa camilan yang ada disana untuk mengganjal perutnya. Setelah berhasil memegang semua camilannya, Calista berbalik untuk segera menuju ke kamarnya tetapi alangkah kagetnya ia saat melihat ada bayangan hitam di pintu kaca penyambung antara dapur bersih dengan halaman belakang. Revano disana dengan bathrobe, sepertinya suara berisik tadi berasal dari pria itu. Mereka sempat bertatap mata sebentar sebelum akhirnya Calista segera menyingkir darisana. Kalian tahu kan seberapa tidak sukamya Calista pada pria dingin itu? Sampai rasanya ia tak sanggup berlama-lama bersamanya. Calista takut ia kehilangan kontrol dan jadi menasehati pria itu panjang lebar perihal Axton. Kembali ke kamarnya dan menghabiskan camilan ditemani drama korea yang sudah Calista download sebelumnya membuat perasaan Calista lebih baik. Sudah tidak ada suara berisik lagi dan ia bisa tidur dengan nyenyak sekarang. Keesokan paginya, Calista bangun seperti biasa. Meskipun ia terlambat tidur tetapi alarm selalu menjadi penyelamatnya. Axton tampak bersemangat pagi ini karena rencana mereka berburu keperluan piknik. Makan pagi dilakukan dengan hikmat dan formasi lengkap, Calista berdiri didekat kursi X untuk mengawasi anak itu makan. "Oh iya Lis, hari ini kalian mau belanja untuk keperluan besok kan?" "Iya bu, rencananya nanti jam 10 kami berangkat." "Bagaimana kalau Revano yang antar kalian?" Nyonya Anggita memberi usulan yang tidak disukai Calista tetapi disukai oleh Axton. "Hari ini aku ada rapat." "Ah iya, kamu baru ambil cuti besok ya.." Revano tampak acuh dan mengusap mulutnya dengan tisu pertanda pria itu mengusaikan makan paginya. "Saya bisa antar Calista dan Axton." Ewan menyusup dalam pembicaraan secara tiba-tiba. "Terimakasih Tuan Ewan nanti kami bisa diantar Kang Danu. Tidak perlu repot-repot, Anda pasti sibuk." Dengan sigap Calista menolak. Hari ini ia hanya ingin benar-benar menghabiskan waktu berdua dengan Axton. Waktu-waktu berbelanja begitu pasti akan sangat dirindukan oleh Calista jika ia sudah tidak bersama Axton lagi. Calista harus menepis pergi semua pengganggu. Syukurlah setelah penolakan itu Ewan tidak memaksa untuk mengantar. Selepas makan pagi Calista dan Axton memilih untuk duduk-duduk di halaman belakang, melihat beberapa pekerja mengerjakan tugasnya. Hampir setengah jam bersantai sebelum melakukan pemanasan dan olahraga pagi, Callista memilih untuk mengajari Axton bermain badminton. Setidaknya setelah lelahnya kegiatan sekolah dan otak penat karena belajar, tubuh Axton juga harus bugar dan sehat diikuti makan-makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Calista memberi pengertian pada Axton betapa pentingnya menjaga tubuh agar tetap sehat sedari kecil. Karena setelah dewasa anak itu akan mengerti jika tubuh sehat dan bisa melakukan apapun yang dimau adalah hal yang sangat penting. Kesehatan itu sangat mahal dan selagi masih diberi sehat maka kita harus menjaganya. Vote and Comment guys!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD