Survival 31

1227 Words
Keesokan harinya, Yeona bangun dengan rasa sakit yang berdenyut di kepalanya, bahkan tidak memperhatikan sekitarnya sebelum merangkak ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Saat keluar, barulah dia menyadari bahwa ada sosok lain di sofa ruang tamunya -yang memang tidak terletak jauh dari kamar mandi rumah itu- dan menatap ke arahnya. Sedangkan saat itu, Yeona hanya memakai handuk yang hanya sanggup menutup dad* hingga pangkal pahanya. Yeona sekuat tenaga menahan teriakan yang hampir lolos dari tenggorokannya dan berlari cepat menyembunyikan tubuhnya di balik sofa panjang tempatnya tadi berbaring. "Kenapa kau di sini?" Sejak pertama kali melihatnya, Qiu Shen sama sekali tidak mengubah raut datarnya, bahkan ketika Yeona berlutut di belakang sofa untuk menyembunyikan diri, dia hanya mengikutinya dengan tatapan. "Tidak. Itu tidak penting sekarang." Wajah Yeona sudah sepenuhnya merah padam. "Kau, tutup matamu." Qiu Shen mengangkat alis. "Tutup matamu!" pintanya lagi, tapi begitu sadar bahwa dia baru saja meninggikan suara pada Qiu Shen, Yeona menelan ludah gugup dan menambahkan kata tolong dengan suara yang lebih pelan. Qiu Shen memutar mata dan mendengus sebelum menuruti permintaan gadis itu. Yeona dengan cepat memeluk erat handuknya dan berlari ke kamar, membanting pintu dan mencari pakaian tak kalah cepatnya. Selesai berpakaian, Yeona berdiri di depan cermin dan akhirnya melihat matanya yang bengkak, tapi dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi tadi malam setelah menegak alkohol di gelas kedua. "Ah! Itu tidak penting." Dia mengikat rambutnya asal-asalan, tak peduli dengan kondisinya yang masih basah lalu berjalan keluar. Saat itu, Qiu Shen sepertinya baru selesai mandi, karena rambutnya agak basah dan sedang melangkah ke pintu. "Kau sudah mau pulang?" Qiu Shen berhenti sejenak dan menoleh. "Hn." "Sarapan dulu," tawar Yeona. "Tidak perlu." Qiu Shen berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya. "Aku kemarin beli daging segar." Langkah kaki Qiu Shen tampak melambat sedikit. "Setebal 2,5 Senti, sangat cocok untuk steik." Langkah Qiu Shen sepenuhnya berhenti tepat di depan pintu. Diam untuk beberapa saat sebelum menoleh. "Berapa lama?" Yeona tersenyum hingga lesung pipinya keluar. "Tidak lebih dari tiga puluh menit." Qiu Shen akhirnya berbalik dan duduk kembali ke sofa, bersedekap dan memejamkan mata. "Kita tidak makan di sini, ayo ikut aku." Qiu Shen membuka matanya kembali dan mengerutkan kening, tanpa mengeluarkan suara pun, Yeona bisa tahu bahwa pria itu mulai sebal. Tapi semua peralatan masak dan bahan makanan Yeona ada di bawah, jadi mereka harus ke sana jika ingin memasak. "Ayo." Yeona memanggil lagi sebelum berbalik. Dia tidak terlalu cemas Qiu Shen akan menolak ikut, karena setelah beberapa saat menjadi koki rahasia pria itu, dia tahu betapa sukanya Qiu Shen pada daging. Mengapa Yeona tahu? Karena setiap kali Yeona mengirimkan daging untuk sarapan, saat Qiu Shen tertidur di lantai dua. Entah sadar atau tidak, Qiu Shen selalu menggoyang-goyangkan pergelangan kakinya. Kemudian, setelah beberapa kali pengamatan, Yeona menyimpulkan bahwa itu adalah cara pria yang terkenal dingin dan irit kata ini mengungkapkan rasa senangnya. Benar saja, setelah Yeona menuruni beberapa anak tangga, suara langkah kaki Qiu Shen di belakangnya juga terdengar. Basemen rumah itu sudah Yeona ubah sedemikian rupa hingga tampak seperti hunian sederhana, lengkap dengan dapur dan ruang baca, tapi yang paling menarik perhatian Qiu Shen adalah berbagai macam senjata api yang Yeona gantung di dinding. Yeona bisa melihat ketertarikannya dan sama sekali tidak keberatan ketika pria itu mendekat dan bahkan menyentuh senjata itu satu persatu. Sedangkan dirinya sendiri mulai sibuk membuat sarapan. "Kenapa kau menjadi penyintas?" tanya Qiu Shen, yang saat ini sudah duduk di meja makan sembari memperhatikan punggung Yeona di dapur. Yeona tidak menghentikan gerakan tangannya dan menjawab, "jika aku tidak menjadi penyintas dan masuk guild, aku tidak bisa menggunakan fasilitas bela diri dan senjata." "Apa kau tahu seperti apa penyintas itu?" Yeona membalik daging di atas pan dan menindihnya dengan lembut. "Pemburu monster?" "Kau pernah melihat monster?" Yeona menggeleng. "Zombie?" "Tidak pernah." "Mutan?" Yeona menoleh. "Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" "Bukankah Ben kuat?" Yeona berbalik dan melanjutkan pekerjaannya. "Ya," jawabnya. Ben adalah Mutan beruang, bertubuh besar dan sangat kuat. Pernah sekali Yeona melihatnya melawan lima Average sekaligus dan membuat mereka babak belur tanpa mampu membuat perlawanan. "Beberapa minggu yang lalu, dia hampir dimakan habis oleh segerombolan kelinci Zombie," ujar Qiu Shen. "Kau pasti juga menyadarinya, saat itu dia kembali dalam keadaan luka parah." Yeona ingat, hari itu basecamp BeeOne sangat bising, yang ketika Yeona cari tahu, ternyata karena anggota baru yang Ben bawa keluar hampir semuanya mati, sedang dirinya sendiri terluka parah. "Apa kau sedang menakutiku?" Yeona menurunkan masakannya ke piring. "Ya, pilihan pertamamu untuk menjadi pekerja dalam dinding dan bersikap transparan sudah benar." Qiu Shen menatap keseluruhan basemen itu yang bahkan sama baiknya dengan kamar di basecamp BeeOne Guild. "Jika kau tetap seperti itu hingga masa pengasinganmu selesai, kau bisa kembali ke distrik dua tanpa resiko apapun." Yeona menghela napas dan membawa makanan yang sudah selesai ke hadapan Qiu Shen. "Sayangnya, masa pengasinganku tidak akan selesai, karena aku diasingkan seumur hidup." Dia menarik kursi dan duduk di hadapan Qiu Shen. "Jadi untuk menjadi penduduk distrik seratus satu yang sempurna, aku harus menjadi kuat, sedangkan pekerjaan dalam dinding tidak mengakomodasi itu." Qiu Shen diam. Saat itu, untuk pertama kalinya, Yeona melihat ada emosi lain selain tatapan datar dan marah dari mata kelam Qiu Shen. Yeona tersenyum tipis. "Selamat makan." Percakapan mereka berakhir dengan kesunyian yang aneh. Karena Qiu sadar Yeona tidak ingin melanjutkan percakapan itu lagi, sedang Yeona tahu bahwa Qiu Shen tidak mau bertanya lagi. *** Qiu Shen ke basecamp lebih dulu dari Yeona dan langsung naik ke ruangannya. Saat itu, masih tidak begitu banyak member yang datang. Semuanya pasti karena mereka semua mabuk tadi malam. Tapi, saat Yeona datang. Ruang tamu basecamp sudah ada beberapa member. dua diantaranya adalah Iyan dan Ben, dan keduanya langsung menatap Yeona aneh. Yeona langsung menunduk untuk melihat penampilannya sendiri, memastikan dia tidak sengaja membawa sesuatu yang menarik perhatian, tapi tentu saja dia tidak menemukan apapun. "Selamat pagi Nona Muda." Karen datang dan langsung merangkul Yeona. "Bagaimana semalam? Siapa yang mengantarmu pulang?" Yeona melirik semua orang di dalam ruangan dan berharap semalam tidak ada yang melihatnya pulang dengan Qiu Shen. "Aku tidak tahu," jawabnya. "Dan jangan memanggilku Nona Muda." "Tidak tahu? Bagaimana bisa tidur tahu? Ah! Atau jangan-jangan ... " Karen menatap Yeona dulu lalu orang-orang di ruang tamu. "Seseorang yang tidak bisa dikatakan?" "Berisik sekali." Qiu Shen turun tangga dan menatap Karen dengan malas. "Bukankah kau bilang mau rapat pagi ini?" "Kau benar, aku hampir saja lupa." Karen menepuk jidatnya dan menarik Yeona masuk. "Ayo, panggil semua member ke ruang rapat." "Member yang lain belum datang," ujar Iyan. Karen tidak menghentikan langkahnya. "Tidak apa-apa, kalian bisa memberitahu mereka nanti." Karena sekarang basecamp tidak mampu memuat semua member, selain basecamp yang sekarang, BeeOne punya satu basecamp lagi di blok lain, tapi hanya sebagai tempat tinggal untuk member yang tidak punya tempat tinggal. Untuk rapat, semua member tetap harus datang ke basecamp utama. Begitu tiba di dalam ruangan, Karen akhirnya melepaskan Yeona dan maju ke hadapan semua anggota timnya. "Baiklah, aku tidak akan terlalu panjang berbasa-basi karena aku tahu kita semua butuh istirahat." Saat Karen mulai serius, maka aura kepemimpinannya akan sangat mendominasi. Matanya menatap tajam kerumunan. "Hari ini, aku hanya akan menyampaikan bahwa, semua anggota baru bulan ini, sebaiknya berlatihlah dengan sungguh-sungguh. Dua minggu dari sekarang, kalian akan keluar dinding untuk menjalankan misi." Yeona mendongak dan bertemu pandang dengan Qiu Shen, namun hanya sejenak sebelum pria itu kembali mengalihkan tatapannya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD