Transformation 26

1137 Words
Sekembalinya ke dalam dinding, Yeona tidak lagi mengantar Mila ke rumah kecil yang pernah mereka tinggali bersama tapi langsung membawanya ke rumah mewah tempat dia dan Qiu Shen tinggal. Tentu saja, sebelum itu, Yeona berupaya sangat keras untuk membujuk kekasihnya agar setuju. "Demi tuhan, jadi rumah ini milikmu?" Saat pertama kali masuk, Mila hampir lupa menutup mulutnya jika saja Yeona tidak menegurnya. Yeona hanya membalas dengan senyuman. "Ayo masuk." "Tidak, aku masih ingin melihat tampilan luarnya. Astaga, berapa banyak uang yang kau keluarkan untuk rumah ini?" Mila membuka lebar-lebar matanya, seolah berharap matanya punya sistem rekaman untuk mengabadikan pemandangan di depannya. "Katanya, bahkan pemilik distrik seratus satu tidak bisa membelinya." "Jangan bercanda." "Aku tidak bercanda." "Dia benar." Mila dan Qiu Shen menyahut bersamaan hingga menyebabkan kecanggungan selama beberapa saat, tapi Yeona bisa memecahkan itu dengan cepat. "Bagaimana kau tahu?" tanya Yeona pada Qiu Shen. Qiu Shen hanya mengarahkan telunjuk ke kepalanya dan Yeona langsung mengerti bahwa pria itu mencuri dengar isi kepala pemimpin distrik. Jika seperti itu, Yeona tidak bisa ragu lagi. "Jadi, apakah sekarang aku orang terkaya di distrik ini?" Yeona sedang bercanda, tapi dua orang yang bersamanya tidak bercanda. "Karena kau berhasil membeli rumah termahal di distrik ini dan masih bisa hidup dengan baik, maka kau pasti yang terkaya." Mila bergeser dan memeluk lengannya. "Jadi katakan, sebenarnya apa pekerjaan keluargamu di distrik dua?" Ini pertama kalinya Mila bertanya tentang keadaan Yeona di distrik dua, yang artinya dia sudah tidak bisa menahan rasa penasaran. Yeona tersenyum tipis dan menariknya masuk ke rumah. "Umm, pebisnis." "Bisnis apa?" Mata Mila berbinar. "Minyak? Tekstil? Hiburan?" Yeona menarik tangan Mila dan memencet Chipcard di pergelangan tangan. "Kau sedang memakai produk perusahaan keluargaku." "Ah!" "Berisik." "Maaf." Mila hanya membungkuk sekali pada Qiu Shen sebelum fokus kembali ke Yeona. "Yang benar? Bisnis digital?" "Yup." "Yeona, jadi kau Yeona itu. Yeona Tha ... Thalassa?" "Kau tahu nama keluargaku?" "Tentu saja, siapa yang tidak kenal saat semua produk kalian tersebar di semua distrik. Tapi ... " Mila menatap hati-hati. "Bukankah yang memimpin distrik dua adalah Thalassa? Atau ada marga Thalassa lain?" "Tidak, mendiang ayahku memang pemimpin distrik dua." Saat mendengar kata mendiang dan pemimpin distrik, Mila sadar bahwa saatnya untuk menutup mulut. Lagipula dengan mengetahui tentang nama keluarga Yeona saja, hampir semua orang tahu tentang kematian pemimpin distrik dua dan tentang mengapa si sulung Thalassa diasingkan. Selanjutnya, karena rasa bersalah telah menggali luka sahabatnya sendiri karena rasa ingin tahunya yang melewati batas, Mila mengambil semua pekerjaan dan mendorong Yeona untuk beristirahat saja. Yeona tentu menolak, tapi entah kemana perginya Mila yang lemah lembut setelah dua tahun. Karena gadis itu kini bisa berargumen melawannya, bahkan berakhir memenangkan perdebatan. Jadi mau tak mau, Yeona kembali ke kamarnya untuk tidur. Di sore hari, Yeona dibangunkan oleh teriakan menggelegar Mila. Yeona melompat turun dari ranjang dan berlari keluar. "Ada apa?" Di ruang tamu, Mila sedang memakai celemek dan memegang spatula yang diarahkan ke sofa. "I ... Itu, ada monster," katanya dengan suara bergetar. Ketika Yeona mengikuti arah telunjuk gadis itu dan menemukan Qiu Shen dalam wujud Onix duduk santai memenuhi sofa, Yeona ikut terkesiap. Tapi bukan takut seperti Mila, melainkan karena terkejut Qiu Shen mau memperlihatkan wujud serigalanya di depan orang lain. "Umm, tenang Mila. Dia bukan monster." "Bukan monster dari mananya? Lihat saja tubuhnya, bisa memenuhi satu sofa panjang sendirian. Ukuran anjing biasa tidak sebesar itu." Tepat saat Mila mengatakan anjing, kepala Onix sudah terangkat, lengkap dengan mata birunya yang berkilau tajam. "Dia bukan anjing." Yeona berlari dan menutup tampilan buas Onix. "Dia serigala." Mulut Mila terbuka lebar dan justru semakin histeris. "Justru lebih berbahaya lagi, bagaimana bisa dia masuk ke dalam rumah? Bukankah rumah ini memiliki sistem keamanan yang sangat canggih? Tidak, tidak. Bukan itu masalahnya sekarang, Yeona ... "Dia peliharaanku." Demi membungkam Mila, Yeona pada akhirnya harus mengatakan itu meski sekarang Onix sudah menggeram marah tak karuan di belakangnya. "Peliharaanmu?" tanya Mila tak yakin. "Ya." Yeona membelai leher Onix yang terus menatapnya tajam. "Dia memang sering datang di sore hari untuk menemaniku makan." "Tapi kenapa dia terlihat kejam seperti itu?" "Tidak, wajahnya memang seperti itu." Yeona menempelkan wajahnya ke wajah Onix untuk memperlihatkan kedekatan. "Lihat, dia tidak marah." Setelah berpikir beberapa menit dan memperhatikan bahwa si serigala memang tidak menyerang, barulah Mila percaya dan mau kembali ke dapur. Tepat saat sosok itu tidak terlihat, Onix langsung membuka mulut dan menggigit pelan leher Yeona. "Apa? Peliharaan?" "Lalu aku harus bilang apa? Kekasih?" Onix diam, karena dia juga tidak mau predikatnya sebagai kekasih manusia Yeona digantikan oleh sosok serigalanya. "Lagipula, kenapa kau berubah jadi seperti ini saat Mila ada?" "Tidak sengaja." "Hah?" Onix berbaring kembali ke sofa. "Mimpi buruk." Seperti yang pernah Yeona jelaskan, saat emosi Qiu Shen tidak stabil dan tidak bisa dia kontrol, dia biasanya langsung berubah ke sosok serigalanya. "Lagi?" "Hn." Yeona mendesah pelan, mendekati Onix dan menyadarkan kepalanya ke sisi kepala serigala itu. Mengenai mimpi buruk, Qiu Shen memang sering mengalaminya semenjak Yeona menghilang. Meskipun sekarang agak berkurang, tapi tetap datang sesekali. Dan mungkin perlu waktu yang lama untuk berhenti. *** Yeona dan Qiu Shen menghabiskan waktu lebih dari dua bulan dia luar dinding sebelum bertemu Mila dan pulang, jadi kali ini keduanya sepakat untuk tetap di dalam dinding untuk sementara waktu. Dengan adanya Mila sebagai personel tambahan dalam rumah, kediaman itu jadi sedikit lebih hidup, karena gaya bicara Mila yang lembut ternyata hanya dipermukaan saja. Saat di dalam rumah, gadis itu setara dengan ibu-ibu rumah tangga yang tidak tahan dengan debu dan rumah yang berantakan. Bahkan, pernah sekali Onix kena omelan karena bulunya yang berserakan di sofa, hingga Yeona harus membujuknya satu jam agar Mila tidak diterkam. Lalu, suatu hari, ketika Yeona sedang berjalan pulang dari mini market sendirian, dia bertemu dengan beberapa orang pria yang familiar. Ralph. Rumah Yeona dan Basecamp sangat dekat dan bisa di lihat hanya dengan naik ke lantai dua. Tapi setelah dibuang, Yeona tidak tertarik untuk mengamati guild lamanya itu. Meski begitu, bukan berarti dendamnya pada beberapa orang di dalam guild itu telah reda. Tidak. Yeona hanya menunggu kesempatan dan tidak benar-benar ingin fokus pada dendam yang bisa dilakukan kapan saja. Seperti Raya, Yeona menunggu saat takdir mempertemukan mereka lagi dan balas dendam. Hari ini, sepertinya giliran Ralph. "Hey, bukankah ini Silver Spider?" Teman yang berjalan bersama Ralph menyipitkan mata untuk menatap penampilan Yeona dengan seksama. "Aku dengar dia kuat." "Ya, kuat karena berhasil menaklukkan Lonewolf." Bagi yang belum pernah melihat kemampuan Yeona, memang banyak yang beranggapan bahwa dia terkenal karena berpacaran dengan Qiu Shen saja, bahkan ketika animasinya di pajang dan penggemarnya meningkat, tentu saja rumor buruk tidak akan ketinggalan. Melihat pria-pria itu menatapnya dengan tatapan lapar, Yeona menutup mulut, mundur selangkah dengan ketakutan dan mengeluarkan suara lemah. Tapi, sebenarnya sedang tersenyum tipis tanpa diketahui. Mangsa yang melompat sendiri ke dalam sarang pemangsa tanpa umpan, tentu saja hadiah yang harus disambut dengan sangat baik. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD