Transformation 25

1346 Words
Saat pertama kali Mila mendengar Silver Spider bicara, dia sudah mematung dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Suara familiar yang tidak mungkin bisa dia lupakan itu adalah suara seorang gadis yang pernah menariknya dari jurang kegelapan. Lalu ketika sosok berpakaian putih itu melepaskan topengnya, untuk sesaat napas Mila tercekat selagi air mata yang tidak pernah lagi mau dia teteskan berkumpul di pelupuk matanya. Meski beberapa poin dari tubuhnya telah berubah, tapi yang berdiri tak jauh di depannya itu memang Yeona. "Bagaimana Mila? Mau pulang denganku?" Mila tidak menjawabnya dengan kata-kata, tapi langsung melesat untuk memeluk Yeona dengan erat dan mulai menangis keras. "Maaf, kau pasti sangat khawatir." Yeona membalas pelukan sama eratnya, sembari sesekali menggosok punggung gadis itu agar lebih tenang. Tapi, seperti air yang telah lama terbendung akhirnya meluap, Mila sama sekali tidak bisa menghentikan tangisannya, bahkan ketika Yeona telah membawanya ke mobil. "Mau minum?" Yeona sudah mengeluarkan kemasan tissue kedua dan Mila masih menangis, jadi dia khawatir gadis itu dehidrasi. Lihatlah, matanya bahkan sudah bengkak parah. Mila hanya bisa mengangguk dan meneguk air mineral hingga setengah botol sebelum lanjut menyeka air dari mata dan hidungnya. "Maaf ... Aku tidak bisa menahan diri." Mila berupaya untuk bicara di tengah-tengah segukan. "Aku mau berhenti, tapi air mataku tidak mau berhenti." "Tidak apa-apa." Yeona menepuk bahu gadis itu dengan lembut. "Aku hanya khawatir kepalamu jadi sakit." "Kepalaku sudah sakit," sahut Mila. "Baiklah-baiklah, umm ... Apakah ini bisa menghibur?" Mila menurunkan Wyn yang sedang bermalas-malasan di atas kepalanya dan memperlihatkannya di depan Mila. "Apa ... Ini?" "Laba-laba." Yeona mengetuk-ngetuk kepala Wyn untuk membangunkannya, tapi laba-laba pemalas itu malah bergerak semakin menyamankan dirinya, pura-pura tidur. "Sangat imut." Yeona tersenyum tipis dan memindahkan Wyn ke tangan Mila, tentu saja setelah beberapa kali mewanti-wanti Wyn agar tidak menggigit sahabatnya. Lagipula, Wyn bukan monster yang bisa menyerang sembarangan. Setelah Mila sedikit lebih tenang dan sibuk membelai bulu-bulu Wyn, Yeona melongok dari jendela untuk memanggil Qiu Shen yang sengaja menjauh karena sebal dengan suara menangis Mila yang berisik. "Ayo kita pulang." "Hn." Mungkin karena kelelahan setelah menjalankan misi, kemudian menangis hingga matanya bengkak, beberapa saat kemudian, Mila yang asyik bermain dengan Wyn akhirnya tidur. Yeona membantunya memasang selimut tipis sebelum melompat ke kursi depan untuk menemani Qiu Shen yang sedang mengemudi. Yeona memasang sabuk pengaman, kemudian menoleh pada kekasihnya yang sibuk mengemudi. "Katakan, kenapa kau tidak suka pada Mila?" Qiu Shen melirik sekilas sebelum menjawab, "apa aku pernah bilang tidak suka padanya?" "Tidak pernah, tapi aku bisa melihat dari caramu melihatnya, kau tidak suka padanya." "Apa aku pernah terlihat suka pada orang lain?" "Aku." Qiu Shen mendengus mendengar jawaban percaya diri itu, namun tidak menyangkalnya. "Maksudku, orang lain selain kamu." Kali ini, Yeona berpikir cukup lama sebelum memberikan jawaban. "Benar juga, bahkan pada Ben, kau juga terlihat tidak suka." "Lalu berhenti bertanya." Seketika itu, hati Yeona dipenuhi kebahagiaan. Saat berpacaran dengan Owen, Yeona bukanlah kekasih yang posesif, dia membiarkan pria itu memiliki sejumlah teman wanita dan bahkan tidak curiga ketika Jenny begitu lengket pada kekasihnya. Kemudian, ketika penghianatan Owen terungkap, Yeona sudah sangat terluka dengan kematian ayahnya, jadi sama sekali tidak bisa memilah rasa sakit yang dia rasakan dan rasa cemburunya ketika melihat Owen memeluk Jenny. Jadi, Yeona tidak pernah merasakan kepuasan tersendiri ketika pria yang dia sukai hanya menyukai seorang, bahkan bisa dibilang, benar-benar hanya peduli padanya. Dan seperti itulah Qiu Shen. "Seberapa suka kau pada mantan kekasihmu?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Yeona terkesiap, dia langsung menoleh dengan mata melotot. "Kau membacanya pikiranku lagi?" Tapi Qiu Shen tidak peduli dan kembali bertanya. "Seberapa suka?" Nadanya mulai di tekan. "Apa kau sedang cemburu sekarang?" "Seberapa suka?" Yeona menghela napas pelan. Qiu Shen sangat mudah menyerah pada perdebatan kecil, namun jika dia ingin mengetahui sesuatu, dia tidak akan berhenti bertanya jika tidak mendapatkan jawaban. "Umm, bagaimana bisa aku menilainya jika sedikit saja aku memikirkannya sudah membuatku kesal dan benci." Yeona tidak bohong. Sekarang, dia benar-benar tidak bisa mengingat bagaimana perasaan sukanya pada Owen, apakah dalam atau hanya sekedar suka karena mereka telah berteman sejak kecil, kemudian ditunangankan ketika dewasa. Tanpa Yeona sadari, sudut bibir Qiu Shen membentuk lengkungan tipis sebelum dengan cepat terurai. Pria itu jelas mendengar semua yang Yeona pikirkan. Karena tempat latihan mereka saat ini cukup jauh, setidaknya butuh lima hari untuk mencapai zona aman, jadi agar tidak membuang-buang waktu, meski sedang di jalan pulang, Yeona tetap menyempatkan diri untuk latihan. "Yeona, aku sudah mendengar berita tentang Silver Spider sejak beberapa bulan yang lalu, kenapa kau baru menemuiku sekarang?" Begitu bangun, Mila langsung meluapkan keluhan yang dia tampung saat menangis. Saat ini, mereka sedang membakar daging dengan api dan bumbu seadanya. Qiu Shen seperti biasanya, mencari tempat berbaring untuk menutup mata, entah apakah dia tidur atau tidak. "Aku mencarimu sehari setelah aku tiba di Athena, tapi saat itu kau sedang keluar menjalankan misi." "Bagaimana dengan hari lain?" "Setiap kali aku mencarimu, kau selalu tidak ada." Mila menghela napas dan mengangguk pelan. "Aku seharusnya tidak keluar terlalu sering." "Kenapa memikirkan itu sekarang? Bukankah kita sudah bertemu?" Yeona menepuk bahu sahabatnya itu dan menatapnya dengan penasaran. "Dari pada itu, apa kau sama sekali tidak merasa aneh dengan penampilanku sekarang?" Sebelum bertemu Mila, Yeona memang telah menebak-nebak bagaimana gadis itu akan bereaksi dengan penampilannya, tapi di luar dugaan, saat bertemu, Mila justrus sama sekali tidak menyinggung tentang itu. Mila menatap rambut putih keperakan dan mata heterochromia milik Yeona dan mendesah pelan. "Bukannya aku tidak peduli, aku hanya tidak ingin peduli." Gadis itu juga menatap jari-jari Yeona yang kini jauh lebih pucat darinya dan mulai merasa air matanya kembali berkumpul. "Hanya saja, selama kau tidak ada, aku terus berdoa, agar kau bisa kembali, tidak peduli bagaimana dan seperti apa, aku hanya ingin kau tetap hidup. Jadi saat melihatmu benar-benar kembali, segala hal tidak penting lagi. Penampilan seperti apapun yang kau perlihatkan saat pulang, kau tetaplah Yeona." Yeona tertawa pelan. Tapi sebenarnya dia cukup terharu. Jadi dia memberikan potongan pertama daging yang dia bakar pada Mila, siapa yang tahu sedetik kemudian seorang pria tinggi berpakaian serba hitam sudah berdiri di depannya dengan tangan bersedekap. Orang lain mungkin melihat Qiu Shen masih berekspresi sama seperti raut wajahnya yang biasa, tapi di mata Yeona, pria itu sedang marah. Yeona benar-benar lupa, selain dirinya, hal yang bisa membuat seorang Qiu Shen sensitif adalah daging. Yeona meringis pelan dan menyodorkan daging kedua. "Daging ini juga sudah matang, kau mau?" Qiu Shen menatap daging di depannya dan Yeona bergantian sebelum berbalik. "Tidak lapar." Oke, benar-benar marah. "Kenapa dia? Bukankah tadi dia yang mengatakan ingin makan daging?" Mila yang tidak tahu apa-apa masih asyik mengunyah dengan wajah polos. "Tidak apa-apa, makan saja dulu. Aku akan menyusulnya." Yeona meletakkan Wyn ke pangkuan Mila dan berlari kecil ke arah Qiu Shen yang sudah masuk ke dalam bayang-bayang hutan. "Qiu Shen." Saat Yeona tiba di sisi sungai, yang ada di sana bukan lagi sosok manusia Qiu Shen, tapi Onix. Tidak mengejutkan, Qiu Shen itu terbiasa berwajah datar dan tanpa emosi, jadi biasanya dia akan berubah jadi Onix jika ingin mengungkapkan emosi dengan lebih leluasa. Yeona berjalan pelan dan melihat telinga serigala itu berdiri dan mengarah padanya, tapi masih menolak untuk menoleh. Alih-alih merasa bersalah, Yeona justru merasa tingkat itu imut. "Pergi." Upss ... Yeona lupa, kalau Qiu Shen bisa membaca pikiran. Tapi tetap saja, Yeona tidak bisa menahan diri untuk membayangkan wajah Qiu Shen yang merajuk. Yeona terkikik geli dan langsung memeluk leher Onix begitu duduk di sisinya. "Ayolah, jangan marah. Bahkan jika aku memberikan daging pertama kali pada Mila, kau akan tetap mendapatkan lebih banyak." Onix tidak bergerak, tidak menoleh dan tidak peduli. "Qiu Shen? ... Onix? ... Sampai kapan kau akan mengabaikanku kali ini?" Yeona menggosok punggung serigala itu dan terus turun hingga menyentuh ekornya. Yeona tahu itu tempat sensitif, jadi untuk menarik perhatian serigala itu, dia terus mengejarnya meski si pemilik mulai menggeram marah. Hingga Qiu Shen merasa tidak tahan lagi, dan berbalik untuk membalas gelitikan tangan nakal gadis itu dengan gigi-giginya. Tak jauh dari sana, Mila menopang dagu sambil menjaga daging yang mulai dingin. Dia bisa mendengar suara tawa Yeona dan ikut tersenyum. "Wyn, semoga hari selalu bisa semenyenangkan sekarang." Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD