Survival 27

1141 Words
"Ah! Benar namanya BeeOne Guild." Mila tersenyum lebar. "Mereka juga cukup terkenal, karena selama beberapa bulan ini naik pesat ke dua puluh besar dari posisi lima puluh." Yeona tidak mungkin mengatakan bahwa dia tahu lebih banyak dan bahkan tinggal tak jauh dari basecamp guild itu. Jadi dia hanya mengangguk. "Kau tahu Guild kami cukup terkenal, tapi kau masih tidak bisa mengingat namanya dengan benar?" Iyan memukul pelan dahi Mila. "Ingat dengan benar, ketua bisa menolakmu jika seperti itu." "Aku tahu." Mila menggosok dahinya dengan bibir mengerut. Dilihat darimanapun, hubungan mereka terlihat sangat dekat, tidak mungkin sebuah hubungan yang terbentuk hanya dalam beberapa bulan. "Oh ya, Nana ... Eh, siapa namamu?" Yeona melirik dan membalas, "Yeona." "Yeona, nama yang cantik." Mila menarik lengan Yeona agar berdiri berhadapan dengan Iyan. "Perkenalkan, dia Iyan. Teman masa kecilku dan juga salah satu anggota BeeOne Guild," ujarnya bangga. Baiklah, itu menjelaskan kedekatan mereka yang tidak biasa. Tapi bukankah sangat kebetulan bertemu teman masa kecil di sini? Iyan mengulurkan tangan dan tersenyum ramah. "Salam kenal, dan terima kasih sudah menyelamatkan Mila saat di kereta." Yeona mengangguk pelan dan menyambut uluran tangannya, namun setelah kulit mereka bersentuhan, Yeona tiba-tiba merasa tak nyaman dan melepaskannya dengan cepat. "Yeona," sahutnya pelan. Untungnya, hari ini Yeona hanya memakai Hoodie oversize berwarna abu-abu, tanpa melapisinya dengan jubah hitam yang biasanya dia pakai saat mengantar sarapan untuk Qiu Shen, jadi Iyan seharusnya tidak mengenalinya. "Jadi bagaimana? Kau akan mencoba bergabung ke BeeOne Guild kan? Bersamaku." Mila memeluk lengan Yeona lebih erat. "Ya? Jika kau cemas dengan perlakuan membernya, kau tidak perlu khawatir, Iyan bisa menjamin keselamatan kita. Ya kan Iyan?" Dia menoleh untuk meminta pembenaran dari teman masa kecilnya. Iyan mengangguk. "Kau tidak perlu cemas, posisi wanita dan pria di guild kami setara, terlebih, ketua kami adalah seorang wanita." Yeona tentu saja tahu itu sejak lama, hanya saja alasan mengapa dia tidak pernah mempertimbangkan masuk ke guild itu adalah karena rumahnya dan Basecamp itu terlalu dekat, jadi sangat mudah ketahuan. Terlebih lagi, Qiu Shen juga ada di dalam guild itu. Yeona hanya takut, pria itu akan marah jika dia bergabung. Yeona menunduk dan mengatakan kecemasannya yang lain. "Tapi aku tidak punya keahlian khusus." Iyan tersenyum lebar. "Keahlian bisa diasah, jika kau berhasil lolos, kau bisa berlatih dengan anggota lainnya." "Siapa bilang kau tidak punya keahlian?" Mila tiba-tiba menyela, dia mengacungkan jarinya ke arah Yeona dengan sedikit kebanggaan di wajahnya. "Yeona sangat akurat dalam menembak." Yeona mengerutkan kening dan melirik Mila, dia membuka mulut untuk bertanya dari mana gadis itu tahu, tapi Iyan sudah memotong ucapannya. "Benarkah? Itu adalah poin tambahan. Kau harus mendaftar." Pria itu mengeluarkan sebuah kertas dan menyerahkannya pada Yeona. "Ini, besok kau bisa datang ke basecamp, aku merekomendasikanmu secara khusus, jadi kau bisa langsung tes bersama Mila." "Terima kasih." Yeona menerimanya dan mengangguk. Dia perlu memikirkan ini matang-matang, jadi dia menarik lengannya dari Mila untuk pergi, tapi gadis itu tampaknya tidak ingin melepasnya. "Kau mau kemana?" "Pulang," jawab Yeona. "Pulang ke mana?" Yeona diam. Lagipula dia tidak mungkin mengatakan dia tinggal di mana kan? "Kau tidak punya tempat tinggal kan?" Mila menebak sesukanya. "Aku punya, kau pulang saja bersamaku." Yeona mengerutkan kening. "Tidak perlu, aku punya tempat tinggal." "Di mana? Kalau begitu aku ikut denganmu ya?" Kening Yeona semakin berkerut. Dia tak habis pikir, mengapa gadis ini masih bisa mempertahankan karakter manjanya setelah semua yang terjadi. Jangan ungkit yang di kereta. Saat tiba di distrik seratus satu, Yeona ingat Mila bersama beberapa gadis dan sempat mendengar bahwa mereka akan tinggal bersama untuk saling menjaga, terlebih Mila juga pernah mengajaknya. Tapi sekarang Mila muncul tanpa satupun gadis-gadis itu di sisinya. Apakah Mila meninggalkan teman-temannya setelah bertemu Iyan? Ataukan gadis-gadis itu yang meninggalkannya lebih dulu? Kemungkinan juga gadis-gadis itu tidak mampu bertahan hingga kini dan hanya menyisakan Mila. Tapi apapun itu, bagaimana bisa Mila tetap bersikap manja setelah menjalani hari-hari di distrik seperti ini sendirian? Karena Yeona yakin, Iyan juga baru bertemu gadis itu. Sebab jika mereka bertemu lebih awal, Iyan pasti akan membawa Mila ke Basecamp lebih awal juga. "Yeona?" "Huh?" "Kau melamun?" Mila berupaya mengintip wajah Yeona namun hanya melihat bayangan gelap. "Jadi kau tinggal di mana?" "Di suatu tempat, terlalu berbahaya untuk membawamu ke sana?" Mila terkesiap. "Lalu kau harus ikut denganku. Jangan tinggal di sana lagi." Iyan mungkin menyadari ketidaknyamanan Yeona, jadi menarik sahabatnya itu hingga lepas dari lengan Yeona. "Bukankah kalian akan bertemu lagi besok, kenapa sangat lengket seperti lem? Biarkan dia pulang untuk bersiap-siap." Mila menyentuh dagunya. "Begitukah? Baiklah. Sampai jumpa besok." Dia melambaikan tangan pada Yeona. Yeona mengangguk dan membalasnya sebelum berbalik pergi. Namun, setelah beberapa langkah, Yeona berbalik lagi untuk menatap punggung kedua orang itu. Tiba-tiba saja Yeona ingat. Bahkan jika penampilan dan karakter Mila seperti itu, dia tetaplah seorang narapidana yang diasingkan ke distrik neraka yang notabene salah satu hukuman terberat di dinding Athena. Jadi, kejahatan apa yang gadis itu lakukan sampai diasingkan ke distrik seratus satu? Kecuali jika Mila dijebak seperti Yeona, maka dia bisa saja tidak bersalah, tapi sama sekali tidak menjelaskan keraguan Yeona tentang kenapa dia bisa bertahan hidup dengan caranya yang terang-terangan mempertontonkan kemolekan tubuh dan keindahan wajahnya, terlebih dengan senyum yang selalu dia tebar. Lalu tiba-tiba Yeona mulai berpikir, apakah Mila benar-benar se-innocent itu? Ataukah itu hanya kepura-puraan semata? *** Yeona mengira, bahwa dia hanya butuh waktu sehari untuk berpikir apakah dia akan masuk ke BeeOne Guild atau tidak, tapi setelah melihat bahwa di dalam kertas yang Iyan berikan tertulis bahwa waktu pendaftaran untuk bulan itu tertutup tiga hari lagi, Yeona mengulur waktu hingga ke hari terakhir dan baru datang saat halaman BeeOne Guild sudah kosong dari kontestan. Akhir-akhir ini, Yeona juga tidak melihat Qiu Shen karena sepertinya pria itu keluar dinding untuk menjalankan misi, jadi Yeona sedikit lebih berani untuk datang. Yang menyambutnya Yeona saat datang adalah Iyan. Dia terlihat tidak senang dengan kedatangannya yang terlambat, namun masih berusaha untuk menampakkan senyuman. "Kenapa kau baru datang sekarang?" "Terbengkalai urusan," jawab Yeona. "Maaf, Apakah pendaftarannya sudah tertutup?" "Tidak, kau adalah peserta terakhir." Iyan membuka pagar. "Ayo masuk." Di ruang tamu, Karen dan Cathy sedang duduk memperhatikan anak mutan macan tutul bermain bola. "Ketua, dia adalah kandidat terakhir." Karena melirik. "Yang kau rekomendasikan?" Iyan mengangguk. Karen berdiri dan merenggangkan otot-ototnya. "Entah apa yang ada di dalam kepalamu Iyan, hanya dalam beberapa hari kau sudah merekomendasikan dua wanita ke dalam guild. Jadi apa keahliannya?" Iyan menjawab, "Dia penembak yang cukup akurat." Karena tidak pernah melihat keahlian Yeona, Iyan tidak berani memujinya terlalu tinggi. "Cukup?" Karen mengangkat alis. "Artinya kau belum begitu yakin kan?" Iyan menunduk. "Semua keputusan di tanganmu ketua, aku hanya merekomendasikannya. Jika tidak sesuai kriteria, maka dia bisa ditolak." "Tentu saja." Cathy menyahut. "Kau sudah melobi teman masa kecilmu agar masuk ke Guild tanpa keterampilan, jadi kau tidak boleh serakah." Yeona mendengarkan mereka berbicara dalam diam, dan justru menarik perhatian Karen. "Baiklah, pertama-tama perlihatkan wajahmu," ujarnya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD