Transformation 24

1393 Words
"Lari lebih cepat, hindari jalan raya dan cari tempat tertutup yang masih kokoh." Di antara runtuhan gedung-gedung, sekelompok orang berlari, melewati berbagai bentuk puing dan melompat jalan-jalan yang berlubang. Sedangkan di belakang mereka ribuan zombie mengejar. "Ketua! Di depan ada gedung damkar yang terlihat masih cukup baik." Pria yang dipanggil ketua, menatap ke arah gedung besar yang tak jauh dari mereka. Dari tampilan luarnya, gedung dengan pagar-pagar besi yang kokoh itu seharusnya pernah menjadi tempat pengungsian saat-saat pertama kali virus pecah. "Ke sana!" Kelompok itu berjumlah sekitar dua puluh orang, tapi sebenarnya terdiri dari dua tim yang berbeda, hanya saja satu ketua tim sudah tenggelam di lautan Zombie. Mereka semua masuk ke dalam pagar gedung sebelum saling membantu menutup pagar-pagarnya, kemudian masuk ke dalam gedung dan mecari berbagai hal yang bisa digunakan untuk menutup kaca jendela yang pecah. Ketika Zombie akhirnya mencapai pagar dan menabrakkan tubuh mereka dengan sangat keras secara bersamaan, pagar besi di depan gedung terlihat bergetar. "Ap-apakah pagar itu bisa bertahan?" Bagaimanapun, meski pagar damkar itu diperkuat juga untuk menghalau Zombie, tapi setelah sekian lama, fungsi-fungsinya pasti tidak sebaik dulu lagi. "Kurasa tidak." Ketua tim yang berdiri di sisi jendela memiliki cukup banyak luka di tubuhnya, menatap kerumunan Zombie di luar tanpa takut. "Pagar itu tidak akan bertahan lama." "Lalu apa yang akan kita lakukan?" "Apa lagi, tentu saja melawan." Seorang gadis yang duduk di sudut ruang tengah menghitung berapa jumlah anak panah yang dia miliki. "Atau mati." "Kenapa kau harus memperburuk keadaan dengan mengatakan hal seperti itu!" "Tapi aku benar kan?" Gadis itu memiliki potongan rambut pendek seperti pria, tapi wajahnya yang mungil tetap terlihat imut. "Atau kau pikir, seseorang akan datang menyelamatkan kita?" "Apa yang Mila katakan memang benar, satu-satunya jalan untuk hidup saat ini adalah melawan." "Tapi ketua, bagaimana bisa kita melawan Zombie sebanyak itu?" "Lalu, apa kau punya jalan keluar lain?" Ruangan seketika menjadi hening. "Mila hanyalah The Waste, tapi ternyata mentalnya jauh lebih kuat dari pada kalian semua yang seorang Average dan Mutan." Hanya? Mila mendengus dan menunduk lagi, sebagaimanapun dia berusaha menjadi unggul dan sekuat apapun dia maju, di mata orang-orang ini dia tetaplah The Waste, yang selalu diikuti oleh kata 'hanya'. Beberapa meter dari sana, di atas gedung tertinggi yang telah miring, dua sosok berpakaian hitam dan putih berdiri. Qiu Shen sedang mengamati gerombolan Zombie di bawah. "Jumlah mereka seharusnya sekitar seribu lima ratus." "Semuanya level rendah?" tanya Yeona. Di tangannya saat ini ada sekotak s**u kedelai dan roti. "Hn." "Bagaimana dengan zombie level tingginya?" "Tiga, bersembunyi diantara reruntuhan." Yeona memiringkan kepala, sembari menyodorkan roti ke mulut Qiu Shen. "Aku selalu bertanya-tanya, para Zombie tingkat menengah ke atas itu, kenapa suka sekali menciptakan pasang Zombie? Bukankah jauh lebih mudah jika mereka menyerang langsung?" Qiu Shen menyelesaikan kunyahannya sebelum menjawab, "malas." Yeona mengangguk dan mengantongi kantong roti yang sudah hambis dan memberikan sisa s**u keledai ke Qiu Shen untuk dihabiskan. "Ck ... Ck ... Ternyata bukan manusia saja yang ingin hasil tanpa kerja keras, para Zombie itu juga." "Hn." "Dulu, aku juga berpikir kau seperti itu." Tatapan Qiu Shen melejit tajam ke arah kekasihnya. "Bukan salahku." Yeona mengendikkan bahu. "Siapa yang tidak akan berpikir kau pemalas ketika yang kau lakukan setiap hari hanya berbaring di sofa, makan dan tidur." "Aku menghemat energi." "Menghemat energi untuk apa? Kau ini manusia, bukan robot." "Menghemat energi untuk meladeni orang sepertimu." Yeona membelalak. "Memangnya apa yang salah denganku? Apa aku menyedot semua energimu? Tidak kan?" Qiu menatap datar. "Lihat, kau sangat cerewet." "Kalau aku tidak cerewet, saat bersamamu, suasana akan sesepi kuburan." Qiu Shen menghela napas. Perdebatan tidak pernah menjadi medannya. "Aku akan menangani ketiga Zombie yang bersembunyi." Yeona mengangkat alis. "Lihat, kau bahkan memilih musuh yang paling sedikit dan menyerahkan ribuan ... Ah, aku mencintaimu." Yeona tersenyum lebar dan mengecup sudut bibir Qiu Shen begitu melihatnya menoleh dengan tatapan tajam. Kemudian, melompat turun dari gedung setelah melambaikan tangan sambil mengedipkan mata. Sudut bibir Qiu Shen terangkat, membentuk lengkungan tipis sebelum berbalik melompat ke gedung seberang. Di bawah, Yeona membuat jaringan laba-laba lebar untuk tempatnya mendarat, mendongak dan tersenyum lebar tatkala melihat Qiu Shen juga sudah turun dari gedung. Tapi, saat segerombolan Zombie menyadari keberadaannya, tatapan berjubah tajam. Di dalam damkar, kelompok yang terdiri dari dua puluh orang itu tengah berkumpul untuk mendiskusikan rencana untuk melawan Zombie di luar. "Ketua! Kemari dan lihat ini." Seorang pria yang ditugaskan untuk memperhatikan gerakan Zombie berteriak. "Ada apa?" "Ada sesuatu yang menarik perhatian Zombie-zombie itu, dan sepertinya ada perlawanan." Ketua tim itu berlari ke jendela bersama yang lain dan memang melihat di belakang lautan Zombie terdapat lingkaran yang cukup luas. "Jika ke lantai dua, kita seharusnya bisa melihatnya." "Ide bagus." Jadi segerombolan orang itu berlari ke lantai dua bersama-sama dan melihat hal yang menakjubkan. Saat mendengar adanya perlawanan, mereka semua berpikir, bahwa mungkin saja yang menarik perhatian Zombie itu adalah sekelompok orang dengan level kekuatan tinggi yang sedang lewat dan ingin memanen kristal nukleus. Tapi yang berada di tengah lingkaran itu hanya seorang gadis. Rambut perak panjangnya terurai di punggung, memakai kaos putih dan jeans belel panjang, juga jubah putih yang hampir senada dengan warna kulitnya. Meski begitu, tidak sedikitpun darah yang menodai pakaiannya, karena tidak ada Zombie yang bisa melewati lingkaran yang dibuat benang bajanya. "Silver Spider!" Seseorang berseru kegirangan. "Kita selamat!" Meskipun Yeona dan Qiu Shen tidak pernah bermaksud menolong siapapun, tapi saat berlatih, mereka memang sering tak sengaja menyelesaikan krisis hidup dan mati beberapa tim. Jadi tanpa sepengetahuan Qiu Shen dan Yeona, di saat mereka muncul pada krisis seperti sekarang, para tim akan spontan berpikir bahwa mereka pasti akan selamat. Saat itu, dari bawah terdengar teriakan lagi. "Ketua! Pagarnya rusak dan Zombienya masuk!" "Bersiap untuk bertarung! Tetaplah tenang. Dengan adanya Silver Spider, tekanan pada Zombie telah berkurang banyak." "Baik!" Mila masih menatap ke arah bawah, pada gadis yang sibuk menari dengan benang bajanya untuk memanen kepala Zombie. Ini pertama kalinya Mila melihat sosok yang bernama Silver Spider ini, tapi entah mengapa postur dan sosoknya terlihat begitu familiar. "Mila, apa yang kau lakukan?" Mila tersentak dan cepat-cepat turun. Di dalam damkar, beberapa Zombie telah masuk dan berhadapan dengan penyintas, yang bisa diselesaikan dengan mudah karena jumlah mereka yang sedikit. Karena yang menakutkan dari Zombie level rendah hanyalah jumlah mereka saat membentuk pasang Zombie. Booom ... "Keluar! Gedung akan roboh!" Mila berlari cepat, melompati dua hingga tiga tangga dan menjadi orang paling akhir yang keluar sebelum gedung roboh sepenuhnya. Debu dan pasir beterbangan, hingga butuh beberapa saat hingga orang-orang bisa membuka mata kembali. Saat itu, pelaku yang menyebabkan rombohnya gedung telah tergeletak tak berdaya di bawah kaki Qiu Shen. Tiga Zombie level tinggi yang kristal nukleusnya telah melayang di atas telapak tangan Qiu Shen. Tanpa menatap mereka, Qiu Shen turun dari reruntuhan dan menghampiri gadis yang sedang berusaha mengumpulkan kristal nukleus dari tumpukan zombie di sekelilingnya. "Biar aku saja." Qiu Shen menarik tangan Yeona dan mengguyurnya dengan air bersih, sebelum menyerahkan tiga kristal nukleus tingkat tinggi yang dia bawa, tentunya setelah dibersihkan juga. "Tidak apa-apa, tanganku tidak kotor. Aku mengambilnya menggunakan jaring, Wyn juga membantu." Tapi Qiu Shen seolah tidak mendengar dan mendorongnya ke luar lingkaran mayat Zombie yang mulai mengeluarkan cairan busuk. "Di sini kotor." Yeona tertawa pelan. "Baiklah, kumpulkan yang banyak. Besok kita pesta barbeque." Dia kemudian berbalik menghadap sekelompok orang yang tanpa sengaja dia selamatkan lagi. "Terima kasih banyak atas bantuanmu." Ketua kelompok itu maju dan membungkuk. "Sebagai gantinya, bayaran untuk misi kami kali ini akan diberikan kepada kalian." "Tidak perlu." Yeona bersedekap dan menatap mereka satu persatu sebelum berhenti pada sosok yang berdiri paling belakang. "Tapi, jika gadis yang berdiri di belakang sana ikut pulang denganku, aku akan sangat senang." Semua orang berbalik dan menatap Mila dengan bingung. Saat ini, reputasi Silver Spider dan Lonewolf sangat tinggi, jadi cukup banyak guild yang ingin merekrut mereka, tapi jauh lebih banyak yang berharap mereka membentuk guild baru dan merekrut anggota. Jadi melihat seseorang tiba-tiba saja menarik perhatian Silver Spider yang biasanya tidak banyak bersosialisasi, membuat semua orang bingung dan iri. Terlebih jika orang itu hanya The Waste. "Tapi, dia hanya Waste." Bahkan, ketika tim yang cukup menghargai keberanian Mila juga berpikir seperti itu. Yeona mengabaikan mereka semua dan tetap menatap Mila. "Siapa bilang hanya?" Dia kemudian menyentuh topeng yang menutupi seluruh wajahnya, yang seketika itu memisahkan diri dan menjadi jaring laba-laba transparan biasa yang kemudian masuk kembali ke dalam tangan Yeona. "Bagaimana Mila? Mau pulang denganku?" Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD