Monster yang berdiri di depan Iyan adalah seekor beruang grizzly yang ukurannya sangat besar, memiliki gigi runcing dan cakar yag berkali-kali lipat lebih tajam dari bentuk aslinya.
Yeona melompat bangun dan siaga memegang busurnya.
Iyan dan Ralph menyerang dari jarak dekat sedangkan Yeona menembak dari jauh. Tapi monster yang mereka lawan bukanlah monster tingkat rendah seperti bison yang kemarin, beruang ini bisa mengeraskan bulu-bulunya dan menangkis segala serangan yang mereka lontarkan, bahkan beberapa anak panah Yeona terpantul kembali ke tanah.
Iyan dan Ralph sudah terluka di beberapa bagian, sedangkan beruang itu terus mengaung dan membuat keributan.
Jelas kondisi tim mereka tidak menguntungkan karena medan pertarungan yang remang.
Iyan menghapus darah dari pipinya. “Tidak baik, level monster ini terlalu tinggi untuk kita.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan? Lari?” tanya Ralph.
Iyan menggeleng. Dia menekan tombol yang terdapat di gagang pedangnya dan seketika satu bilah pedang lagi muncul di ujung gagang pedangnya. “Di depan mosnter tingkat menengah, terlebih seekor beruang yang terkenal sangat kuat bahkan ketika mereka masih level rendah, lari sama saja dengan memamerkan punggung kita padanya.”
Ralph dan Yeona tahu maksdunya, jadi mereka harus melawan dengan kekuatan penuh. Jika tidak bisa membunuhnya, setidaknya harus melumpuhkannya dulu sebelum mereka bisa lari.
“Baik!”
Yeona mundur ke belakang batu besar, melepaskan busurnya dan menopang senapan serbunya ke permukaan batu, berlutut kemudian membidik.
Untungnya, dengan sedikit cahaya dari lampu, meski tidak bisa melihat dengan jelas, setidaknya, Yeona bisa melihat siluet beruang itu dengan jelas, dan tahu yang mana kepala, lengan, tubuh dan kakinya.
“Yeona, selalu tembak kepala dan dadanya!” teriak Iyan, kemudian mulai menyerang lagi bersamaan dengan Ralph.
Yeona terlebih dahulu membidik kepala beruang itu, namun tidak berhasil, lalu perutnya namun mendapakan hasil yang sama, begitu pun dengan bagian dadanya.
Ketika beruang itu meraung dan mengibaskan tangannya, dia melempar Ralph ke tanah sepeti debu. Yeona juga mulai kehabisan kesabaran dan berteriak. “Iyan, menyingkir!”
Di saat seperti ini, kerja sama dari tim memang di perlukan, jadi bahkan jika dia adalah pemimpin dalam, Iyan selalu mendengarkan ucapan rekannya.
Tepat saat Iyan menyingkir dari jarak serangan monster itu, Yeona melontarkan peluru bertubi-tubi, mengenai setiap titik tubuh beruang itu hingga akhirnya salah satu peluru Yeona menembus salah satu matanya.
Seketika, beruang itu meraung keras dan memegangi kepalanya, dengan postur berdiri yang tidak stabil, namun hasil seperti itu tentu tidak cukup untuk menumbangkannya.
“Ketemu! itu titik lemahnya, tembak la ...
Sebelum Iyan bisa menyelesaikan kata-katanya, dia melihat si beruang mengeluarkan raungan marah dan melesat cepat ke arah batu di mana Yeona menembaknya tadi.
“Yeona!” Iyan berubah panik, mengeluarkan pedangnya dan berusaha menyerang beruang itu, namun dengan sekali kibasan, dia berakhir seperti Ralph, dihempaskan dengan cepat dan menabrak pohon.
Iyan memuntahkan darah dan merasa seluruh tubuhnya remuk, padangannya mengabur dan tidak bisa mendengar apapun karena dengingan di telinganya. Tapi kecemasan masih membuatnya sadar. “Yeona!”
Beruang itu mendekat dengan sangat cepat ke Yeona dan memukul batu di depannya hingga hancur, bahkan senapan milik Yeona tak lepas dari amukannya.
Yeona yang panik refleks mengeluarkan kedua pistolnya dan menembak selagi dia berusaha menghindari setiap pukulan beruang itu. Namun lupa bahwa siang tadi, saat mereka memeriksa tempat itu, tak jauh dibelakang batu itu adalah sebuah jurang.
Saat Yeona kehilangn pijakannya, beruang itu di saat yang sama mengayunkan cakarnya dan ikut terjatuh.
Berakhir, aku akan mati!
Yeona memejamkan mata dan tiba-tiba, wajah tanpa eksperi Qiu Shen muncul di benaknya.
Selalu, seolah sudah menjadi kebiasaan, di saat-saat krisis seperti ini, Yeona selalu mengingat Qiu Shen, seolah berharap pria itu akan datang untuk menyelamatkannya.
Tapi, dengan kondisi seperti ini, apakah pria itu benar-benar akan datang, terlebih dengan jarak yang bermil-mil jauhnya dari Athena.
Roaarr!
Yeona mendengar suara auman dan seketika sosok hitam menyambar tubuhnya dari ketinggian. Lalu, mendarat dengan sempurna.
Yeona dengan cepat mendongak penuh rasa senang. “Qiu ...
Namun secepat itu pula rautnya berubah ketakutan kembali.
Sebab, yang berdiri di depannya bukanlah seorang manusia, melainkan seekor serigala besar berbulu hitam dan bermata biru menyala, sedang menggeram dan memamerkan gigi taringnya yang panjang.
Inikah yang orang katakan, lepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya?
Roaarr!
Suara raungan lain terdengar di belakang Yeona, suara yang merupakan milik beruang yang jatuh bersamanya.
Ini bahkan jauh lebih mengerikan!
Tanpa sadar, air mata Yeona jatuh bercucuran, tubuhnya bergetar oleh rasa takut yang teramat sangat.
Yeona sudah berpikir bahwa dia akan tercabik-cabik oleh dua binatang buas itu, namun selanjunya dia melihat si serigala melompat melewati kepalanya dan mulai menyerang si beruang, membawanya berguling ke semak-semak dan saling mencabik.
Ukuran tubuh mereka sama, kuku panjang mereka sama dan taring mereka juga sama tajamnya, namun si serigala terlihat jauh lebih kuat dan agresif.
Di saat seperti ini, Yeona seharusnya melarikan diri, namun luka-luka di tubuhnya sama sekali tidak mendukung, bahkan merangkak saja rasanya sudah sangat sakit.
Hingga beberapa saat kemudian, suara pertarungan dua binatang buas itu terhenti dan si serigala keluar dari semak belukar dengan banyak luka cakaran di tubuhnya, kemudian berjalan perlahan-lahan ke arah Yeona.
“Apakah sekarang giliranku?” Yeona berbisik. “Kau mau memakanku?”
Agak bodoh memang, berusaha untuk berbicara dengan binatang buas yang sebentar lagi akan menjadikannya santapan makan malam, tapi hanya dengan begitu Yeona akan sedikit menanggulangi rasa takutnya.
“Kau tahu? Aku sangat kurus, tidak akan membuatmu kenyang.” Yeona bersandar ke pohon dan menghela napas. “Dan lagi, aku tidak mau mati.”
Air mata yang mengering kembali beranak sungai, memikirkan bahwa dia akan berakhir mengenaskan di perut serigala dan bahkan tidak bisa mendapatkan pemakamana yang layak membuatnya sangat miris pada diri sendiri.
“Bisakah kau melepaskanku?” tanya Yeona sesegukan.
Serigala itu berdiri di hadapannya, menunduk membaui dan menatap setiap luka yang dia miliki sebelum mendekatkan moncongnya ke kepala Yeona.
Yeona memejamkan mata dengan erat. Jawabnnya serigala itu untuk pertanyaan bodohnya jelas, tentu saja tidak.
Di saat Yeona berpikir bahwa dia akan menjadi santapan makan malam dan merasakannya sakitnya gigi taring serigala itu, yang datang padanya justru benda kenyal yang kasar namun basah menyapu pipinnya.
Lidah?
Yeona membuka mata kembali dan bertemu pandang dengan mata biru vertikal itu, yang kemudian menundukkan kepala untuk menjilat lengan dan beberapa daerah tubuhnya yang penuh luka.
Ajaibnya, setelah luka-lukanya dijilati, Yeona merasa gatal lalu rasa sakitnya hilang. Karena penasaran, dia berusaha merabanya saja karena dia tidak bisa melihat degan jelas, dan terkejut ketika menemukan bahwa semua luka-lukanya hilang, bahkan bekasnya pun tidak ada.
“Kau menyembuhkan lukaku?” Yeona berbisik. Rasa takutnya hilang dengan cepat.
Tapi serigala itu hanya menggeram sebagai balasan dan terus menjilat hingga ke luka Yeona yang paling besar di betis.
Tidak butuh waktu lama, seluruh luka Yeona sembuh. meskipun tubuhnya jadi basah karena liur yang sebenarnya masih mengeluarkan bau darah, Yeona tidak merasa jijik sedikitpun.
Setelah selesai, serigala itu kemudian merebahkan tubuh besarnya di hadapan Yeona, melengkungkan tubuh hingga sepenuhnya melingkupi tubuh gadis itu dan bahkan melingkarkan ekornya di pinggang si gadis.
Yeona ingin mengatakan banyak hal, namun tiba-tiba saja merasa sangat mengantuk dan jatuh tertidur di bawa pengawasan mata biru cerah si serigala, yang kemudian secara perlahan juga ikut memejamkan mata.
Bersambung ...