Transformation 6

1119 Words
Karen memberikan semua bayaran yang seharusnya Yeona terima setelah melakukan misi, mengirim semua persediaan makanan yang selama beberapa hari ditahan dan memberitahu semua anggota tentang perbuatan Tria pada Yeona. Karen mungkin berpikir dengan begitu reputasi Yeona bisa membaik, tapi Yeona justru berpikir sebaliknya. Bagaimanapun, kesalahan orang mati akan selalu dicari pembenarannya sedangkan kebaikannya akan selalu dikenang. Terlebih ketika Tria punya teman-teman yang memang tidak suka pada Yeona. "Aku tidak habis pikir, kenapa dia begitu pendendam? Meskipun Tria benar-benar mendorongnya, tapi dia sama sekali tidak terluka ataupun terinfeksi kan?" "Benar, sedendam apapun kau pada seseorang, jika menyangkut nyawa, kita seharusnya mengutamakan kemanusiaan." "Lagipula, aku tidak yakin kalau Tria bisa mendorongnya ke kerumunan Zombie, kau tahu sendiri kan, dia selalu ditemani oleh Qiu Shen." Kalimat-kalimat seperti itu, Yeona sudah mendengarnya terlalu sering hingga telinganya kebal, dia hanya perlu menganggapnya sebagai radio rusak dan kehidupannya tidak akan terusik. Siapa yang tahu, di sanalah awal malapetakanya. Kehidupan Yeona kembali berputar antara latihan, tidur, makan dan bermain dengan Onix, hingga suatu hari serigala itu pamit dan mengatakan bahwa dia tidak akan datang selama beberapa saat. "Kenapa?" "Sibuk." Yeona menatap keseluruhan tubuh Onix dengan bingung. "Memangnya apa yang bisa membuatmu sibuk?" Di dalam pikiran Yeona, Onix itu biasanya hanya tahu makan, minum, dan tidur. "Apa kau sedang meremehkanku sekarang?" Onix menyipitkan mata. "Tidak." "Jangan bohong." "Tidak bohong, aku hanya berpikir kau kan tidak perlu menjalankan misi seperti kami, jadi apa yang membuatmu sibuk hingga tidak bisa menemuiku selama beberapa hari?" "Aku punya kepentingan sendiri." "Kepentingan apa?" Yeona benar-benar sangat penasaran. Tapi, pertanyaannya tidak pernah dijawab hingga Onix harus pergi. Dan keesokan harinya, Yeona mendengar bahwa guild mereka mendapatkan request misi tingkat tinggi secara khusus dan yang akan melaksanakannya adalah sejumlah anggota senior di dalam guild mereka, salah satunya Ben, Karen dan Qiu Shen. Saat mendengarnya, Yeona merasakannya jantungnya berdetak dengan cepat, namun sama sekali bukan detakan yang menyenangkan. Dia tidak tahu mengapa, tapi ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama Yeona akan tetap di dalam dinding tanpa Onix dan tanpa Qiu Shen. Yeona sebenarnya ingin ikut, tidak perduli seberbahaya apapun misi itu, dia hanya tidak ingin ditinggalkan. "Ikut denganku." Yeona mendongak dan menemukan rapat sudah selesai, dan saat ini orang yang sejak tadi berputar-putar di dalam kepalanya sedang berdiri di hadapannya. "Kemana?" "Ikut saja." Mereka berdua kini sudah menjadi pusat perhatian, tapi seolah itu tidak berpengaruh apa-apa, Qiu Shen tiba meraih tangan Yeona dan menariknya keluar dari ruangan. Qiu Shen membawa Yeona ke depan sebuah restoran yang lokasinya cukup terpencil namun ramai pengunjung. Dari luar, Yeona sudah mencium aroma yang sangat familiar. Dia menutup mulut tak percaya. "Ini makanan khas distrik dua?" "Hn." "Ternyata ada tempat seperti ini di distrik seratus satu?" "Hn." Dari cara bicara, kekuatan, dan karakter Qiu Shen, Yeona benar-benar lupa bahwa dia dan pria itu berasal dari distrik yang sama, terlebih ketika Qiu Shen sepertinya tidak memberitahu anggota guild tentang itu, jadi tidak ada yang pernah membahasnya. "Qiu Shen, Umm kalau boleh tahu, kau tinggal di mana sebelumnya di distrik dua?" "Ibukota." Yeona menarik napas terkejut. "Tidak mungkin, lalu kenapa aku tidak pernah melihatmu?" Bagaimanapun, wajah Qiu Shen saja pasti akan sangat mencolok, tapi tidak satupun dari lingkaran pertemanan Yeona pernah membahas Qiu Shen. Bagi Yeona yang hampir tahu semua pria tampan di ibukota distrik dua berkat teman-temannya, itu agak aneh. "Lingkaran pertemananmu saja yang aneh, apakah saat kalian berkumpul, kalian hanya akan membahas tentang pria tampan di kota?" Yeona hampir tersedak makanan dan cepat-cepat minum air. "Berhenti membaca isi kepalaku." Jika terus seperti ini, Yeona bahkan tidak akan punya privasi di dalam kepalanya sendiri saat sedang berhadapan dengan Qiu Shen. "Privasi untuk apa?" Qiu Shen menyelesaikan makanannya jauh lebih cepat. "Untuk memikirkan bahwa aku tampan atau tentang aku yang sangat menyebalkan?" "Qiu Shen!" Wajah Yeona sudah hampir menyamai tomat merah, tapi dengan kepulan asap tipis di atas kepalanya. Selesai makan, keduanya berjalan menyusuri jalan-jalan sepi di distrik itu, meskipun tidak ada pemandangan indah seperti yang ada di distrik dalam, tapi setidaknya matahari sore di distrik seratus satu cukup cantik dengan warna orenge keemasan di langit. "Apakah misi ini sangat berbahaya?" tanya Yeona. "Tergantung, apakah di tempat itu ada Zombie tingkat tinggi." Yeona mengepal erat selagi hatinya mulai merasa cemas. "Jika ada, kau pasti bisa membunuhnya dengan mudah kan?" "Mungkin saja." Yeona berhenti melangkah dan menoleh ke arah pria itu. "Kau sangat kuat, kenapa kau tidak bisa memberikan kepastian?" "Tidak pernah ada kepastian yang mutlak di dunia ini." Qiu Shen tidak menghentikan langkahnya jadi Yeona mulai tertinggal lebih jauh di belakang. "Lalu, tidak bisakah aku ikut dalam misi ini?" "Tidak. Terlalu berbahaya." 'Lalu, sedikit saja kau terlambat kembali dari waktu yang telah diperkirakan, aku akan menyusulmu.' Yeona mengatakan itu dengan lantang di dalam kepalanya, Jadi sudah pasti Qiu Shen mendengarnya. Pria itu berhenti dan menoleh, di balik bayang-bayang gedung yang menelan setengah tubuhnya, Yeona selalu merasa Qiu Shen terlalu misterius untuk dia gapai. "Apa kau mau mati?" tanya pria itu dengan suara rendah. Mati? Tentu saja tidak, dia ingin hidup dan kembali ke distrik dua untuk balas dendam. Tapi Jika pria ini ... Yeona menghentikan pikirannya yang mulai melangkah terlalu jauh dan menatap Qiu Shen penuh keyakinan. "Memangnya kenapa? Lagi pula, yang memberiku alasan untuk tetap hidup adalah kamu." Yeona mengatakan itu dengan kesungguhan dari hati, tapi begitu di selesai mengatakannya, rasa malu dengan cepat menjalar ke wajahnya Dasar bodoh, bukankah kata-kata itu terdengar seperti ungkapan perasaan cinta? Yeona menutup wajahnya dan melangkah cepat untuk meninggalkan tempat itu, tapi saat melewati Qiu Shen, pria itu justru menarik lengannya, membawanya sepenuhnya ke balik bayang-bayang gedung dan tersembunyi dari tatapan orang-orang. "Qiu ... Yeona tidak sempat menyebut nama Qiu Shen hingga selesai, karena bibirnya sudah sepenuhnya dibungkam oleh pria itu. Napas hangat, bibit basah dan ciuman yang tiba-tiba mengejutkan Yeona, tapi tidak menakutinya. Qiu Shen mencium dengan sangat singkat, hanya sentuhan ringan sebelum dilepas kembali. Tapi pria itu masih tidak melepaskan lengannya dari pinggang Yeona. "Kau selalu saja menguji kesabaranku." Tatapannya masih sangat dingin, tapi Yeona bisa merasakan getaran kecil dari tangan pria itu di belakang kepalanya. "Apa kau tidak sadar betapa berbahayanya aku?" Seorang narapidana, Kekuatan psikis, Dual Power, kemampuan bertarung di atas rata-rata, dan identitas yang misterius. Dari segi manapun, Qiu Shen memang terlihat cukup berbahaya, terlebih di zaman yang penuh kejahatan ini, tapi Yeona sama sekali tidak merasa terancam. Seperti saat ini, Yeona justru merasa aman dalam rengkuhan pria itu meskipun sebenarnya dia punya trauma. Apakah aku aneh? Ataukah kau yang terlalu menarik? Bukankah sudah sangat jelas jawabannya? Yeona tidak perlu mengucapkan dengan kata-kata, karena Qiu Shen bisa menilai semuanya dari apa yang Yeona pikirkan dan hati, tidak pernah berbohong. Ciuman kedua datang lagi, tapi kali ini Yeona lebih mempersiapkan diri dan bisa menyambutnya dengan mata yang tertutup. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD