Aluna menatap langit yang tengah mendung sembari duduk pada kursi yang ada di balkon. Tadi pagi tepat sebelum Kevin pergi, ia mengatakan kalau kakaknya akan pulang sore. Ternyata tadi malam Alvar tidak hanya lembur, tapi ia juga tidur di kantornya.
Padahal Aluna selalu mewanti-wanti Alvar agar tidak tidur di kantor. Tapi, kakaknya selalu bilang kalau tanggung karena waktu Yang sudah pagi dan tinggal beberapa jam lagi ia harus kembali lagi ke kantor dan hal itu hanya akan membuat Alvar dua kali lebih lelah
"Kenapa melamun?" Tanya William
Aluna menatap William yang juga tengah menatap dirinya. lalu kepalanya bergerak menggeleng
"Bagaimana kuliahmu tadi?" Tanya William lagi
Aluna tersenyum tipis, William selalu perhatian padanya meski terkadang Aluna bersikap kasar padanya
"Seperti biasa, masih tidak ada teman." Jawab Aluna tenang
"Tidak apa-apa, kau kan masih memiliki aku sebagai temanmu." Balas William menghibur
Aluna terkekeh pelan. Ia sangat beruntung bertemu dengan William, meski dulu ia sempat menolak untuk berteman dengan William. Namun, karena keusilan William yang terus dilakukan padanya, akhirnya mereka menjadi teman sampai sekarang
Kadang Aluna merasa penasaran bagaimana rasanya memiliki teman manusia, apakah sangat menyenangkan?
Ia pikir setelah mereka pindah jauh, ia dapat memiliki teman yang dapat mengerti keadaannya. Namun, ternyata semua itu salah. Entah siapa, namun ada saja yang tahu kelebihan Aluna dan menyebarkannya. Membuat Aluna dijauhi oleh semuanya tanpa sempat memiliki teman
Aluna tidak sedih, hatinya sekarang sudah kuat menerima rasa sakit.
Matanya tak sengaja memandang seorang pengendara motor dengan dibelakangnya terdapat sosok jahil yang tengah duduk dibelakang pengendara itu, bahkan sosok menyeramkan itu mengedipkan sebelah matanya pada Aluna membuat Aluna bergidik ngeri
William terkekeh pelan melihatnya
"Dia memang selalu seperti itu, Al." Tutur William
"Kau mengenalnya, Will?" Tanya Aluna
William menganggukkan kepalanya. Tentu saja ia mengenal sosok itu. Sosok itu adalah salah satu kuntilanak yang selalu mengikuti kemanapun pemilik tempat tinggalnya pergi. Dan karna kuntilanak itu pula, pengendara motor itu tidak bisa menikah karna secara tidak langsung pengendara itu telah terbelenggu dengan kuntilanak itu
Sangat kasihan
***
"Aluna." Teriak Alvar dari dalam rumah
Aluna menatap pintu kamarnya yang tertutup dan segera pergi menemui kakaknya. Ia merindukan kakaknya meski hanya satu malam mereka tidak bertemu
"Kakak." Ucap Aluna sembari memeluk Alvar
"Kakak ada kabar bahagia Aluna, kakak mau ajak kamu ke pesta yang diadakan perusahaan tempat kakak bekerja." Ucap Alvar membuat Aluna diam kebingungan
Sejak kapan Alvar memperbolehkannya pergi ke tempat keramaian? Apalagi ini acara pesta perusahaan, apa kakaknya tidak salah mengajaknya pergi?
"Kakak salah minum obat ya?" Tanya Aluna sembari mengerutkan keningnya
"Kamu kira kakak sakit?" Tanya balik Alvar dengan nada sinis
Aluna menggelengkan kepalanya. "Bukannya kakak selama ini melarang Aluna pergi ke acara seperti itu? Kenapa sekarang tiba-tiba kakak ajak Aluna?"
Alvar menggaruk tengkuknya bingung, ia sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin mengajak Aluna pergi ke acara pesta itu
"Yang penting, kamu mau ikut pergi apa enggak?" Tanya Alvar mengalihkan
Aluna langsung menganggukkan kepalanya. Meski ada rasa bingung tapi karna untuk pertama kalinya ia diajak pergi oleh kakaknya maka ia tidak akan menolaknya
"Ya sudah, acaranya besok malam, jangan sampai lupa." Ucap Alvar sembari mengusap rambut Aluna dan berlalu pergi meninggalkan Aluna
Alvar yang sedari tadi berdiri di sudut rumah pun mendekati Aluna, ada perasaan tidak enak ketika mendengar tentang pesta perusahaan. Ia juga sedikit bingung, ke acara seperti itu kenapa Aluna harus diajak? Padahal Alvar sendiri yang melarang Aluna pergi ke acara seperti itu.
"Apa kau tidak merasa aneh, Aluna?" Tanya William
Aluna yang sedari tadi merenung pun menolehkan kepalanya. "Tentang apa?" Tanya balik Aluna
"Tentang kakakmu, dan pesta itu." Jawab William
Aluna mengedikkan bahunya tanda tidak tahu, jika boleh jujur, ia memang merasa ada yang aneh dengan ajakan kakaknya
"Jika aku boleh kasih saran, lebih baik kau menolak ajakan kakakmu, Aluna. Perasaanku tidak enak akan pesta itu." Saran William
Aluna langsung menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa ia menolak ajakan kakaknya, apalagi sudah sejak lama Alvar tidak mengajaknya pergi ke acara pesta
"Tidak bisa, William. Jika aku menolak, kak Alvar pasti akan sangat sedih, apalagi sudah sejak lama ia tidak mengajakku pergi." Tolak Aluna
William menatap kepergian Aluna dalam diam
***
Aluna menatap beberapa gaun sederhana miliknya. Ternyata setelah sekian lama tidak pergi ke pesta membuatnya kebingungan untuk mencari gaun yang sesuai untuk ia pakai
William menatap Aluna dari atas meja belajar dengan kedua kakinya yang ia gerakkan secara bergantian. Beberapa menit kemudian, William mulai jenuh melihat Aluna yang tak kunjung selesai.
"Aluna, kau sudah menemukan gaun yang cocok untukmu?" Tanya William memecah keheningan
Aluna menatap William sembari menggelengkan kepalanya, terlihat sekali raut wajah lelah yang ditampilkan Aluna
"Aluna, apa kau benar-benar akan pergi?" Tanya William lagi
"Tentu saja, William. Aku tidak ingin kak Alvar sedih karena aku menolak ajakannya. Jadi, berapa kali lagi kau bertanya tentang hal yang sama maka aku juga akan menjawab dengan hal yang sama pula." Jawab Aluna tegas
William menundukkan kepalanya. Pikirannya tidak tenang sejak mendengar Alvar mengajak Aluna
"Jika kau tetap pergi, aku tidak akan mengikutimu Aluna." Ancam William
Aluna menghembuskan nafasnya. "Kau jahat sekali, William." Gumamnya kesal
***
Kepalanya ia sandarkan pada kaca mobil. Pikirannya mulai tidak tenang seolah ada yang tengah menunggu kedatangannya. Aluna menghembuskan nafasnya pelan,. Semenjak William memperingati driinya tentang pesta ini, pikirannya mulai aneh. Namun, Aluna abaikan. Tapi ketika kuntilanak penunggu pohon mangga depan rumahnya juga ikut melarangnya untuk pergi ke pesta, Aluna mulai dilema
Di satu sisi, ia ingin tidak pergi. Namun, disisi lain ia tidak ingin membuat hati kakaknya sedih.
"Aluna, kalau nanti kamu melihat hantu dan itu membuatmu takut. Segera kasih tahu kakak, okey? Nanti kita akan langsung pulang." Ucap Alvar
Aluna hanya menganggukkan kepalanya. Pikirannya bertambah campur aduk ketika melihat gedung perusahaan yang semakin dekat.
"Ayo masuk." Ajak Alvar
Aluna berjalan mengikuti langkah Alvar dengan pelan. Dapat ia rasakan hawa tidak enak di dalam perusahaan, seolah ada sosok yang menguasai gedung itu. William pun menepati ucapannya dengan tidak mengikutinya, terbukti sejak tadi ia panggil, William tak kunjung terlihat
Matanya memandang pada dua pria yang berjalan mendekati mereka. "Aluna? Kenapa ikut juga?" Sapa salah satu pria itu
Alvar menatap kedua pria itu sembari tersenyum tipis. "Di rumah nggak ada yang jaga, Kevin." Jawabnya
"Padahal tadi kamu sudah merencanakan siapa yang akan pulang lebih dulu untuk menjaga Aluna, tapi ternyata yang ingin kami jaga malah diajak pergi." Timpal pria satunya
"Tidak apa, kak David. Lagian jarang-jarang kan, aku diajak kak Alvar pergi ke pesta?" Balas Aluna
David menghembuskan nafasnya pelan. Ia hanya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Aluna
"Baiklah. Ah ya, aku tadi melihat direktur perusahaan kita. Mari kita ke sana." Ajak Kevin
Mereka pun pergi dengan Aluna yang tetap kekeuh untuk berjalan di belakang Alvar. Namun, baru beberapa langkah, Alvar tidak lagi merasakan Aluna mengikutinya. Sehingga ia pun berbalik dan melihat Aluna yang terdiam kaku dengan tubuh yang sedikit bergetar
Dengan sigap Alvar pun mendekati Aluna. "Aluna? Kamu melihat sesuatu?" Tanya Alvar dengan nada khawatir
Aluna menatap Alvar dengan takut. Hingga suara sapaan membuat Aluna bertambah sesak
"Hai, Alvar."
Alvar pun langsung membalikkan tubuhnya sembari menarik tubuh Aluna agar berada di sampingnya. Namun, Aluna menolak, sehingga tubuh Aluna terhalang oleh kakaknya. Membuat pria yang menyapa itu kebingungan
"Halo, pak." Balas Alvar gugup disertai dengan senyuman tidak enak
David dan Kevin pun ikut tersenyum tipis. "Lama tidak bertemu denganmu, Alvar." Ucap pria itu
"Tentu saja direktur." Balas Alvar sopan
Melihat direktur itu yang terus menatap Aluna, membuat Alvar berinisiatif untuk memperkenalkannya
"Ah ya, dia adalah adikku, namanya--"
"Ada gadis di sampingmu." Potong Aluna sembari menunjuk tempat kosong di samping direktur itu
Alvar, David, dan Kevin yang mendengarnya pun merinding. Sedangkan direktur itu tampak kebingungan
"Apa?" Tanyanya
Aluna menundukkan kepalanya
"Maaf pak, kami permisi." Pamit David cepat sembari menarik tangan Aluna dan diikuti dengan Kevin
Akan berbahaya nanti jika Aluna melanjutkan ucapannya. Melihat Aluna yang telah dibawa pergi oleh kedua sahabatnya Alvar pun merasakan kecanggungan
"Maaf pak, adik saya memang suka bercanda." Ucap Alvar tidak enak