Setelah berlari cukup jauh dari keramaian, mereka bertiga menghentikan langkahnya. David menatap Aluna yang masih terdiam, Kevin pun memberikan jas nya untuk dipakai Aluna. David menghembuskan nafasnya panjang sedangkan Kevin menggaruk tengkuknya pelan.
padahal mereka tadi sudah berunding untuk siapa yang akan pulang duluan untuk menemani Aluna agar tidak dirumah sendirian
"Ini nih, padahal tadi kita udah diskusi buat siapa yang pulang dulu. Eh, malah kakaknya ajak datang kesini." Gumam Kevin sebal
David bergerak menguncir rambut Aluna yang kelihatan sudah lepek karena keringat. Kevin menatap aneh David, darimana orang ini dapat kuncir rambut?
"Aluna nggak papa kan?" Tanya David khawatir
Aluna menggelengkan kepalanya. Dia tadi hanya kaget melihat wajah hancur sosok itu dari dekat, mengingatnya lagi membuat Aluna merinding ngeri. Bagaimana bisa direktur itu bersama dengan sosok menyeramkan seperti tadi? Jika Aluna yang menjadi direktur itu, ia pasti sedikit demi sedikit akan mulai mengalami kegilaan karena terlalu sering ketakutan
"Aluna, apa yang kamu lihat tadi?" Tanya Kevin sembari memberikan minum yang baru saja ia ambil pada Aluna
"Sosok perempuan, wajahnya benar-benar hancur." Jawab Aluna dengan wajah ngerinya
Wajah sosok perempuan itu benar-benar hancur, hingga Aluna sendiri bingung untuk mendeskripsikannya. Wajahnya seperti hancur karena terseret aspal jalanan, atau? Aluna tidak tahu. Ia sendiri tidak melihat dengan jelas karena rambut yang menutupi wajah sosok itu, tapi ia jelas tahu betapa hancurnya wajah sosok itu. Ah, apakah ini penyebab William melarangnya untuk pergi? Dan apakah sosok itu yang telah menunggu kedatangannya?
Tapi kenapa sosok itu bersama sang direktur? Dan siapa sebenarnya sosok itu? Lalu apa direktur itu tidak merasakan keanehan? Dari yang Aluna tahu, jika seseorang diikuti oleh sosok tak terlihat pasti ia akan merasakan keanehan dalam hidupnya. Namun, melihat direktur itu yang terlihat sangat tenang membuatnya menjadi aneh sendiri
Kevin dan David merinding. Entah bagaimana hawa sekitar mulai terasa tidak enak. Aluna juga merasakan hal yang sama, namun ia memilih diam agar tidak menambah rasa takut kedua kakaknya
Aluna terdiam ketika melihat perubahan suasana yang sangat berbeda, ini yang tidak ia suka. Ketika ia tengah ketakutan maka otomatis ia dapat melihat aktivitas mahluk tak terlihat di sekitarnya, meskipun sebenarnya mahluk itu tidak berniat memperlihatkannya
"Ayo pergi." Ajak David tiba-tiba sembari menarik Aluna. Dia tidak tahan berada disana apalagi melihat Aluna yang hanya diam
Mereka bertiga lantas pergi ke area parkir, memasuki mobil Kevin dan segera menguncinya dari dalam
"Apa hanya aku yang merasakan hawa tidak enak disana?" Tanya Kevin memecah keheningan dalam mobil
David menganggukkan kepalanya, ia juga merasakannya. Aluna juga menganggukkan kepalanya sembari menolehkan kepalanya ke belakang. Namun, saat matanya kembali menoleh ke depan ia langsung menutup matanya kala melihat sosok pria dengan langkah menyeret melewati mobil mereka, mata sosok itu hilang dan hidungnya hanya tersisa separuh serta salah satu tangannya ia bawa di tangan yang lainnya. Aluna merinding, bibirnya bergerak membaca doa dengan pelan. Kedua pria itu menatap Aluna ngeri, jika melihat keadaan Aluna pasti dia tengah melihat sesuatu
Kevin dan David yang pada dasarnya mudah takut pun hanya diam. Lalu David segera menyetel murottal dari dalam handphone nya. Bisa mati dia jika terlalu lama ketakutan seperti ini
"Kalian berbicaralah." Pinta Aluna
Entah mengapa mendengar murottal, ia menjadi semakin merinding meskipun dalam hatinya ia juga merasakan ketenangan. Namun, kedua pria itu masih tetap diam dengan memejamkan matanya mengikuti Aluna membuatnya semakin takut
"Apa kita tidak bisa pergi dari sini?" Cicit Aluna mulai merasa tubuhnya tidak dapat ia kendalikan, jika rasa takutnya sudah terlalu besar maka Aluna akan sulit mengendalikan tubuhnya
Kedua pria itu mendengarnya. "Jika kita pergi, Alvar akan pulang sendiri. Apa tidak apa-apa?" Ucap David bimbang
Aluna terdiam, memikirkan nasib kakaknya yang akan pulang sendiri tentu membuatnya tidak tega. Namun, ia juga tidak akan tahan terlalu lama berada di sini.
"Apa salah satu dari kalian ada yang mau masuk ke dalam menemani kak Alvar?" Tanya Aluna ragu
Tentu dia tahu, bagiamana penakutnya kedua pria ini jika sedang bersamanya. Kevin dan David saling menatap, mencoba berbicara lewat mata. Namun, mereka berdua tidak ada yang berani keluar dari mobil. Beberapa menit kemudian mereka pun akhirnya pulang bertiga, setelah memberikan pesan pada Alvar
***
Setibanya mereka di rumah, David langsung masuk ke dalam dapur untuk membuatkan makan malam. Aluna memilih masuk ke dalam kamarnya dan Kevin hanya menatap David dari meja makan.
"Kau tidak merasa aneh? Direktur kita, ada sosok yang bersamanya kan?" Tanya Kevin sembari memikirkan kejadian di pesta tadi
David menganggukkan kepalanya. "Aneh sih, tapi lebih baik kita bertanya langsung pada Aluna." Jawabnya
Aluna berjalan mendekati mereka. "Udah selesai kak?" Tanyanya sembari duduk
David pun memindahkan makanan yang telah siap pada meja makan. Setelah itu mereka makan malam, hingga tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka secara kasar dan derap kaki yang cepat.
"Anjir kaget, apaan tuh?" Tanya Kevin sembari mengelus dadanya
Kepalanya ia tolehkan ke belakang dan terlihat Alvar yang berlari mendekati mereka dengan nafas yang tersengal, tubuhnya ia bungkukkan guna meredakan sedikit rasa lelahnya
"Sialan!" Umpat Alvar
Ketiga orang itu mengerutkan dahinya.
"Kakak kenapa?" Tanya Aluna bingung
Alvar menatap Aluna sembari berjalan ke kursi kosong di samping Aluna. Bahkan hembusan nafas terdengar sangat jelas di telinga mereka
"Tadi kakak lihat putih-putih diatas pohon mangga." Jawab Alvar takut lalu mengambil air minum untuk ia minum
Kevin menatap Alvar ngeri, tidak bisa membayangkan jika dirinyalah yang berada di posisi Alvar. Ia pasti hanya akan berdiam menatap sosok itu dengan tubuh kaku
"Tante kun maksud kakak?" Tanya lagi Aluna
Alvar menatap ngeri Aluna, bisa-bisanya adiknya berbicara nama hantu dengan santai dan ada nama panggilannya lagi
"Ya, mungkin dia." Jawab Alvar ragu
Keempat orang itu terdiam, pikiran mereka berkecamuk dan campur aduk. Aluna memikirkan sosok itu, ada yang aneh. Tapi apa? William ia panggil pun tak kunjung terlihat
"Aluna, apa yang kamu lihat di pesta tadi?" Tanya Alvar
"Aku tadi melihat han--"
"Berhenti." Potong Kevin
"Jangan bertanya tentang itu untuk malam ini, aku pasti tidak akan berani pulang karena memikirkannya." Tambahnya kesal
David menatap santai Kevin. "Aku malah akan tidur disini, Kev." Balasnya
"Jadi kau menginap disini?" Tanya Kevin
David menganggukkan kepalanya, mana berani dia pulang sendiri apalagi di rumahnya sendiri. Dia pasti tidak akan bisa tidur dan terus terjaga sepanjang malam
Alvar menghela nafasnya. "Aluna, maafin kakak." Pintanya pelan
Ia menyesal telah mengajak adiknya itu pergi, padahal Alvar sendiri sadar akhirnya akan bagaimana. Aluna itu tidak terlalu kuat, namun ia juga tidak penakut. Disaat-saat tertentu ia akan menjadi sangat penakut karena seramnya sosok yang ia lihat dan hal itu dapat membuat tubuhnya tidak dapat dikendalikan atau biasa orang menyebutnya kerasukan
Aluna menganggukkan kepalanya. "Tidak apa kak." Balasnya tenang
Lagi pula mereka sudah pulang, hati Aluna pun lebih tenang dari sebelumnya.
"Jangan mendekatinya, hihihi."
Suara itu, Aluna mendengarnya jelas. Tapi ia tidak melihat mahluk apapun disekitarnya. Matanya lantas menatap ketiga pria didepannya, mereka terlihat santai berbicara seolah tidak mendengar suara apapun. Lantas suara siapa tadi? Dan siapa yang tidak boleh ia dekati?
"Kak, aku mau tidur dulu." Pamit Aluna lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya
William ia panggil pun tak juga muncul, Aluna kesal namun juga takut disaat yang bersamaan. Kapankah hidupnya akan tenang? Dulu ia juga pernah pergi ke orang pintar untuk menutup mata batinnya. Namun, kata orang itu belum saatnya mata batinnya ditutup. Akan ada saat dimana mata batin milik Aluna tertutup dengan sendirinya