Part 4

1324 Words
Hena lalu berinisiatif memberikan Gilang uang sakunya dan berlari menuju ke arah Candra yang masih memperhatikannya. Gilang keheranan dengan uang yang ia terima dari Hena dan menatap Hena penuh pertanyaan. "Dia siapa?" tanya Candra. "Dia tukang ojek," jawab Hena. "Oh, kirain pacarmu, kamu ada mata kuliah hari ini?" tanya Candra. "Cuma satu kok, setelah itu aku pulang," jawab Hena. "Baiklah, aku akan menunggumu disini setelah jam mata kuliahmu selesai," kata Candra. "Kita bakal kemana?" tanya Hena. "Kita ketempat yang indah-indah aja yang ada hanya kita berdua," kata Candra. Gilang masih menatap Hena dari kejauhan karena sedikit curiga dengan sikap lelaki yang bersama Hena. Tak lama kemudian setelah melihat Hena masuk kedalam gedung kampus Gilang lalu kembali mengemudikan motornya. Tapi perasaan Gilang begitu curiga kepada sikap lelaki yang bersama Hena tadi. Hena sampai di kelasnya dan melihat Disa sedang mengerjakan beberapa tugas karena pena ada di tangannya. "Lo ngerjain tugas apaan?" tanya Hena kepada Disa yang terlihat sangat sibuk. "Aduh lo lupa? Kita 'kan ada tugas yang susahnya minta ampun, gue ga bisa ngerjain ini, sejak semalam gue udah cari jawabannya di internet tapi gue tetap ga bisa ngerjain," kata Disa menekan kepalanya dengan kedua tangannya. "Lo percaya kalau gue udah kerjain?" "Lo bener udah kerjain tugas ini?" tanya Disa. "Lo nyontek deh cepet gak usah nanya gue dapet jawabannya dari mana karena sebentar lagi Pak Bara akan masuk keruangan ini." "Bener ini jawabannya?" tanya Disa "Kita coba dulu deh, kita mana tau jawabannya bener apa kaga kalau kita ga coba, tulis deh cepetan karena pak Bara akan masuk ke ruangan ini sebentar lagi," kata Hena. "Wahh gue curiga lo bayar seseorang buat ngerjain ini buat lo," ujar Disa yang masih mencontek. "Jangan terlalu curiga lo." # Setelah jam mata kuliah selesai Hena dan Disa begitu senang karena jawaban mereka benar. "Siapa sih yang ngerjain tugas lo? Beritahu gue donk" tanya Disa. "Lo penasaran banget, ya?" "Ya iyalah, Hen, pertanyaan sesusah itu kan hanya orang yang jenius yang bisa ngerjain" "Gilang" "Apa? Gilang? Dia bisa kerjain tugas sesusah itu?" "Gue juga masih gak percaya, tapi gue ga bisa bahas masalah Gilang lama-lama sama lo, karena gue ada janji dengan Candra untuk jalan berdua hari ini" "Apa? Candra? Dia 'kan playboy hena, lo mau jadi mainannya?" "Dia serius kok sama gue, dia tadi melihat gilang waktu nganterin gue dan dia merasa sangat cemburu ketika melihatnya, gue berhasil narik perhatian dia akhirnya," kata Hena. "Aduh, Hen, Candra itu play boy bukan rahasia umum lagi, semua kampus ini udah tau kalau Candra itu Playboy," kata Disa. "Udah deh, Dis, ceramahnya nanti aja, gue harus pergi nih," kata Hena sembari berlari menuju depan gedung kampus untuk menemui Candra. Disa tak tau harus berbuat apa agar Hena sadar jika candra adalah lelaki yang tak bisa Hena percaya gitu aja. Disa lalu berinisiatif untuk menelfon Gilang. "Hallo, Gilang?" "Iya, Dis, ada apa?" tanya Gilang. "Aduh, gue gak tau mau ngomong apa tapi yang pasti Hena sekarang lagi jalan sama senior di kampus" kata Disa. "Ngapain kamu melaporkannya kepadaku? Biarkan saja Hena pergi dengan siapa juga itu bukan urusanku" kata Gilang. "Tapi ... Hena pergi bersama playboy kampus, gue khawatir aja Hena di apa-apain sama senior itu, soalnya senior itu play boy dan sering gonta ganti cewek dan keluar masuk hotel juga," kata Disa. Belum juga Disa mengakhiri telfon tapi Gilang langsung berlari menuju motornya untuk menyusul kepergian Hena bersama seniornya. Tak lama kemudian Gilang melihat sosok Hena yang baru saja masuk kedalam hotel bersama seniornya, Gilang lalu mengikuti Hena dari belakang. Gilang belum mau memberitahukan keberadaannya di sini kepada Hena, seniornya lalu menyuruh Hena masuk kedalam kamar hotel dan tak lama kemudian Hena berteriak. Gilang lalu mendobrak pintu kamar wisma dan melihat Candra sedang mencoba memperkosa Hena. Hena lalu berlari dan bersembunyi di belakang Gilang karena begitu takut jika saja terjadi sesuatu kepadanya. "Lo siapa? Bukannya kata Hena lo itu tukang ojek?" tanya Candra. "Gua tunangan Hena, gua gak bakal terima lo giniin Hena di hadapan gua" kata Gilang sembari menonjok wajah Candra. "Sepertinya lo mau main-main sama gua ya," kata Candra sembari membalas pukulan Gilang. Terjadilah perkelahian antara Gilang dan Candra yang di saksikan oleh Hena. # Persoalan di wisma atau penginapan sudah selesai, Gilang mengganti rugi kerusakan yang ia buat sewaktu mendobrak pintu. Candra juga sudah ia pukuli habis-habisan tanpa mengenal ampun, di hati Gilang begitu terbakar api karena melihat Hena di perlakukan tak adil. Hena berjalan di belakang Gilang yang sejak tadi hanya diam saja. "Lo marah sama gue?" tanya Hena dengan tetesan air matanya. "Kamu masih tanya aku marah atau tidak? Sedangkan sudah jelas-jelas jawabannya ada di wajahku" kata Gilang sembari membalikkan badannya dan menghadap Hena. "Apa kamu tau seberapa besar kekhawatiranku ketika Disa menelpon? Kamu jalan bareng senior b******n itu? Untung saja aku datang tepat waktu, bagaimana kalau aku datang semenit lagi? Kamu pasti sudah di perkosa dan untungnya lagi aku tak membunuh b******n itu, Kenapa kamu tak mendengarkan apa kata Disa? Kenapa kamu harus terjebak di wisma itu? Itu sangat memalukan, kamu adalah wanita yang luar biasa bukan w**************n Hena, seharusnya kamu sadar" kata Gilang membentak Hena yang masih terdiam. Hena merasa bersalah kepada Gilang yang sudah menyelamatkannya dari Perzinahan yang akan di buat Candra kepadanya. "Aku sudah ga tau harus berbuat apa, karena aku juga bingung harus bagaimana, kamu sudah membuatku sangat malu, Hena," kata Gilang. Wajah Hena berubah menjadi serius. "Apa? Lo malu? Kenapa lo yang harus malu? Kenapa? Bukannya kita ga ada hubungan apa-apa? Lo kan tau ini semua hanya sandiwara agar lo bisa tinggal dirumah gue, gue abis kena musibah bukannya memberikan gue semangat lo malah berusaha menjatuhkan gue? Ga usah sok perhatian deh," kata Hena sembari masuk kedalam rumahnya tanpa mengatakan apa pun lagi dan meninggalkan Gilang yang masih dalam posisi tegap. Hena merasa sangat marah ketika gilang menyalahkannya walaupun ia memang salah tapi tak sepantasnya seorang wanita yang hampir saja di perkosa malah di salahkan. # Gilang Pov. Aku tak ada niat memarahi Hena dengan keadaannya karena hampir saja di Perkosa oleh seseorang b******n seperti Candra. Tapi perasaanku sakit melihat hena masuk kedalam wisma, seakan hatiku hancur dan tak bisa berpikir jernih. Aku juga baru menyadari tentang perasaanku yang sebenarnya kepada Hena yang sudah menjadi keluargaku selama ini. Di depan teras rumah aku begitu bingung harus bagaimana agar hena tak marah lagi kepadaku, sebagai seorang pria aku juga sangat tak menyangka sikapku yang begitu tak bisa ku tahan. Tak lama kemudian Hena keluar dari rumah hendak pergi. "Kamu mau kemana?" Tanyaku. "Gue mau kemana juga bukan urusan lo" kata hena yang sepertinya masih marah karena sikapku. "Aku akan mengantarmu, apa kamu tidak trauma dengan kejadian tadi siang?" Tantaku. "Gue minta sama lo agar tak membahasnya lagi apalagi memberitahukan ke ibu tentang masalah ini, lo bisa antar gue" kata Hena acuh tak acuh. "Baiklah, aku janji" kataku. Di dalam perjalanan aku dan Hena menjadi bahan pembicaraan semua orang, aku tak tau apa yang sedang di bahas warga disini tentang diriku dan juga Hena. Di depan sungai Hena duduk di tepian sungai, akupun duduk di sampingnya karena merasa bahwa Hena saat ini sedang di rundung kesedihan karena kejadian siang tadi. "Menurut lo gue ini wanita kotor?" Tanya hena yang begitu tiba-tiba. "Apa maksudmu? Kotor bagaimana?" Tanyaku. "Bukannya lo malu jalan bareng gue atau mengenal gue yang begitu murahan?" "Aku tak berpikiran seperti itu hena, aku hanya---" "Hanya apa? Apa di mata lo, gue bukan wanita yang baik?" "Sumpah itu bukan seperti yang aku pikirkan sebenarnya" "Tapi apa?" "Aku sayang sama kamu hena, aku perduli, aku menyukaimu, apa jawaban itu cukup untuk memberimu jawaban?" Aku tak bisa menahan omonganku karena aku memang tak ingin hena merasa bahwa aku menganggapnya w************n. Sejenak kami terdiam dan hena menatapku penuh pertanyaan, aku hanya bisa membalas tatapan itu dengan perasaan yang begitu senang dan lega karena sudah memberitahukan perasaanku yang sebenarnya. Hena hanya diam saja kami saling menatap satu sama lain bahagia rasanya jika aku bisa memeluk hena dengan perasaan yang mendalam. Aku mencintainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD