Bima melihat pada gedung Apartemen di depannya. Bangunan megah itu, seolah menghipnotis ketamakannya yang membawanya pada perandaian. Andai, dia dulu bisa lanjut sekolah. Andai dia Sarjana, andai dia anak orang kaya. Andai dia bisa sukses di karirnya. Namun apa daya. Menjadi seorang mandor sudah sangat bagus untuknya. Jangankah Apartemen. Bisa menginap di hotel saat bepergian sudah bagus untuknya. Dia, hanya seorang bujangan, pejuang backpacker saat bepergian. Pikiran Bima tertuju pada bagaimana Arron dan Jesyca kembali ke dalam apartemen tadi. Rasa cemburu langsung menguasai hatinya. Namun, kecemburuan itu hanya bisa dia pendam di dalam hatinya itu. Dia tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan perasaannya terhadap adik tirinya itu. Bima menghela napasnya panjang, lalu dia dud