“Oh God...” erang Smith seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
“Kenapa kau tenang-tenang saja, Bella?” tanya Smith kepada sang istri yang tengah menonton acara televisi.
“Memangnya aku harus bagaimana?” tanya Bella yang saat ini sudah memusatkan perhatiannya kepada Smith yang tengah berdiri tidak jauh darinya.
“Putra kita pergi meninggalkan Los Angeles dan kau masih bisa bersantai seperti itu?” tanya Smith tidak habis pikir dengan sikap sang istri yang terlalu menyepelekan kepergian Dave.
“Honey, tenanglah. Dave sudah besar” ucap Bella mencoba mengingatkan tentang usia putra keduanya saat ini.
“Dia entah kemana dan kau meminta ku untuk tenang?!” teriak Smith frustasi membuat Bella menghembuskan nafasnya dengan kasar, Bella segera bangkit dari duduk nya dan berjalan menghampiri Smith yang tengah berkacak pinggang seraya melotot padanya. Setelah berdiri di hadapan Smith, ia mengusap kedua pipi sang suami dengan lembut.
“Tenanglah. Dia bukan anak kecil lagi dan aku yakin bahwa putraku itu baik-baik saja saat ini” ucap Bella dengan tenang.
“Baik-baik saja? Bahkan aku tidak bisa melacaknya, Bella. Seluruh anak buah ku tidak ada yang bisa menemukan keberadaan Dave!” ujar Smith kembali dengan intonasi suara yang masih meninggi. Bella menggelengkan kepalanya melihat sikap sang suami yang selalu heboh jika sudah menyangkut putra-putra mereka.
“Sudah setua ini tapi kau masih saja selalu mudah untuk dibodohi”
“What?!!!” teriak Smith tidak percaya mendengar perkataan sang istri yang mengatainya bodoh.
“Bella, kau...”
Cup
Perkataan Smith terhenti saat merasakan teskture lembut bibir Bella.
“Kau selalu saja seperti ini jika sudah menyangkut tentang mereka” ujar Bella yang segera berlalu dari hadapan sang suami namun tak lama lengan kokoh Smith melingkupi tubuh wanita itu.
“Bisa kau ulangi lagi?” tanya Smith seraya memeluk sang istri dari belakang. Bella lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Suaminya itu mudah panik namun mudah juga untuk ditenangkan.
“Tidak ada pengulangan” jawab Bella seraya mencoba melepaskan rengkuhan sang suami namun lengan kokoh itu tidak terbuka sama sekali, Smith memang sudah tak muda lagi namun postur tubuh pria itu masih bagus dan terjaga hingga saat ini.
“Jangan mencoba kabur dari ku! Jika kau melakukannya maka aku akan menghukum mu” peringat Smith yang sama sekali tidak ditakuti oleh Bella.
“Terkadang aku bertanya-tanya mengapa bisa aku menikah dengan pria seperti mu” ucap Bella.
“Hell!!!!” protes Smith dengan kesal.
“Kau menantang ku?” tanya Smith dan tak lama setelah itu tawa Bella membahana di seluruh penjuru ruang keluarga.
“Honey, stop it hahahaha”
“No, karna kau sudah membuat ku kesal berulang kali” ucap Smith yang masih saja mengelitiki tubuh sang istri.
“Hahahah stop it, okay okay hahahah aku minta maaf hahaha”
Smith tersenyum menantap wajah sang istri dari samping, tawa yang lepas dari wanita itu adalah kebahagiaan tersendiri baginya.
Cup
Smith mengakhiri hukumannya setelah mengecup pipi kiri Bella lalu ia tersenyum menatap wajah sang istri.
“Jangan membuat ku kesal lagi” ucap Smith. Bella tersenyum.
“Semua yang ku katakan tadi adalah benar”
“Kau mengatakan bahwa aku bodoh?” sungut Smith dengan kesal, setelah tadi ia bahagia menatap tawa sang istri kini lagi-lagi ia harus merasa kesal dengan perkataan pedas istrinya tersebut.
“Memang, bagaimana kau tidak bodoh jika kau tidak bisa menemukan Dave?” tanya Bella membuat Smith menekukkan wajahnya namun pelukan pria itu tidak pernah terlepas dari tubuh sang istri justru saat ini ia sedang menyandarkan dagunya di pundak Bella.
“Aku jujur ketika mengatakan bahwa seluruh anak buah ku tidak dapat menemukan putra kita” ucap Smith dengan lesu.
“Karna putra mu itu bersembunyi dari putra kita yang lain” ucap Bella lalu tersenyum, Smith menegakkan wajahnya kala mendengar pernyataan sang istri.
“Siapa yang kau maksud?” tanya Smith.
“Siapa lagi yang berani menentang mu?” tanya Bella.
“Semua putra kita berani menentang ku” jawab Smith dengan lesu yang membuat Bella tertawa terbahak-bahak.
“Aku benar-benar tidak pernah dihargai sebagai kepala keluarga, semua yang ku perintah tidak pernah dituruti oleh anak-anak itu” ujar Smith dengan kesal, Bella mengakhiri tawanya lalu mengusap wajah sang suami.
“Mereka menghargai mu, hanya saja permintaan mu terlalu berat untuk mereka, kau ingat dengan Brian yang bergegas pergi ketika kau memintanya untuk segera menikah?” tanya Bella yang membuat Smith teringat tentang kejadian beberapa minggu yang lalu kala ia meminta putra sulung nya agar segera menikah meskipun ia sadar bahwa putra sulung nya tersebut tidak memiliki kekasih.
“Permintaan mu terlalu berat untuk mereka, maka dari itu mereka menentang mu”
“Baiklah, anggap jika permintaan ku pada Brian terlalu berat, namun apakah yang ku minta kepada Dave terlalu berat juga? Aku hanya memintanya untuk mengurusp AB Group Penthouse, itu saja” protes Smith dengan gagasan sang istri.
“Itu berat baginya karna ia tidak menyukai dunia bisnis, dunia nya hanya tentang musik dan psikologi” jawab Bella membuat Smith mendengus kasar.
“Lupakan, jadi menurut mu siapa yang paling berpengaruh dalam persembunyian Dave saat ini?” tanya Smith dengan wajah yang kesal karna kalah beragumen dengan sang istri, kini Bella yang menghembuskan nafas nya dengan kasar.
“Cari tahu sendiri” jawab Bella membuat Smith melepaskan rengkuhan nya pada tubuh sang istri lalu segera berjalan menuju sofa, di mana smartphone miliknya tergeletak di sana. Ia segera menghubungi Brian.
“Tutt tutt.. Sorry, the number you called was busy. Please try again later” ucap operator yang membuat Smith semakin kesal, ia lalu menghubungi Vinic dan lagi-lagi jawaban yang sama ia dapatkan, kedua putranya sedang sibuk saat ini.
Ia berpikir apakah mungkin kedua putranya mengetahui bahwa lambat laun ia akan menghubungi mereka tentang kepergian Dave, jika memang kedua putranya berpikir seperti itu hingga tidak ingin mengangkat panggilannya maka ia harus mencari cara lain untuk menemukan Dave.
Tidak peduli jika Dave tidak ingin mengurusi AB Group Penthouse, yang terpenting saat ini adalah keberadaan putranya tersebut. Karna rasa khawatir Smith akan keberadaan sang putra lebih besar dibandingkan dengan kekesalannya akibat penolakan Dave yang tidak ingin mengurus salah satu perusahaan miliknya.
Smith memutar otaknya, ia berpikir siapakah yang mau membantunya dalam hal ini hingga ia tersenyum kala mengingat bodyguard Brian yang bernama Andrew. Pria itu pasti akan membantunya mengingat ia yang merekrut Andrew untuk menjadi bodyguard Brian, menyelematkan pria itu dari kemiskinan. Ia segera menghubungi Andrew dan ia bersyukur karna panggilan tersebt terhubung.
"Hallo, Andrew" ucap Smith di sambungan pertama.
"Ya, Tuan" jawab Andrew dengan nada was-was.
"Aku ingin kau melakukan sesuatu untuk ku" Smith tersenyum riang mengingat rencana yang akan ia perintahkan pada Andrew untuk mencari Dave.
Jika Dave berlindung di bawah naungan Brian, itu tandanya Andrew pun tahu di mana keberadaan Dave dan ia akan meminta Andrew untuk membawa Dave kembali ke Los Angeles. Jika Smith sedang tersenyum riang, berbeda hal nya dengan Andrew yang sedikit menimbang permintaan tuan nya tersebut.
"Apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya Andrew ragu-ragu.
"Aku ingin kau ke Mansion ku saat ini, ada yang harus ku bicarakan dengan mu" Andrew tampak ragu, hingga beberapa detik kemudian tidak ada jawaban dari orang kepercayaan Brian tersebut.
"Andrew, kau masih disana?!" teriak Smith dengan kesal karna dibuat menunggu oleh bodyguard putranya sedangkan Andrew terkejut mendengar teriakan Smith.
"Maaf, Tuan. Untuk saat ini saya tidak bisa" jawab Andrew lirih dengan nada rendah.
"Apa maksud mu?!" teriak Smith kembali membuat telinga Andrew berdenging dan secara reflek ia menjauhkan smartphone miliknya dari telinga lalu mendekatkannya kembali.
"Saya sedang berada di Islandia, Tuan"
"What?!" lagi-lagi Smith berteriak yang membuat Bella dan Andrew menghela nafas pelan.
"Saya sedang menemani Tuan Brian dan..."
tut tut tut
“Ada apa?” tanya Bella kepada Smith namun pria itu tidak menanggapi pertanyaan sang istri, ia kembali menghubungi Brian dan kali ini tersambung. Kepalanya sudah pusing memikirkan Dave yang sedang kabur dan saat ini ia mendengar kabar bahwa putra sulung nya tengah berada di sebuah negara yang sangat jauh dari Amerika.
"Brian, why are you in Iceland now?!" teriak Smith yang membuat Brian menjauhkan smartphone nya untuk sesaat. Ia menghela nafas.
"Tenanglah, Dad. Kau hampir membuat ku tuli dengan teriakan mu itu!" ketus Brian.
"Jawab Daddy!" Brian kembali menghela nafas pelan saat sang ayah kembali berteriak, ia tahu bahwa ayahnya mencemaskannya saat ini, terlebih jarak antara Los Angeles bukanlah sepuluh atau seratus kilometer.
"Dad, umurku hampir kepala tiga, okay? Ku mohon berhentilah menganggap ku anak kecil lagi" jawab Brian putus asa seraya memutar kedua bola matanya.
"Brian, kau mempunyai musuh dimana-mana!" ujar Smith mencoba mengingatkan. Kecemasan nya tentang Dave tergantikan oleh kecemasannya pada Brian, putranya itu memiliki musuh di mana-mana namun dengan santainya ia justru berpergian begitu jauh dari Los Angeles yang membuat Smith tidak bisa melindungi Brian jika sesuatu terjadi di sana.
"I know, Dad"
"Cabang perusahaan mu sudah banyak di Los Angeles! Kau.."
"Aku tidak berencana membuka cabang di luar negri, Dad. Kau tahu sejak awal bukan?" ujar Brian seraya menatap wajah wanita yang tengah terbaring begitu tenang di hadapan nya saat ini.
"Lalu apa yang kau lakukan di Islandia? Oh Tuhan!" Smith mengerang frustasi sedangkan Bella sang istri hanya bisa mengusap lengan kanan milik pria paruh baya tersebut, mencoba menenangkan emosi suaminya yang saat ini sedang tidak terkontrol.
"Aku hanya berlibur, Dad"
"Katakan pada ku masalah apa yang kau timbulkan selama kau di sana?" tanya Brian, entah disengaja atau tidak, setiap putra sulung nya berpergian keluar negri pasti ada saja masalah yang ditimbulkan oleh pria itu.
"Apa maksud Daddy?"
"Terakhir kali kau pergi ke California tanpa sepengetahuan ku, beberapa hari kepulangan mu ada wanita hamil yang mengaku bahwa kau menghamilinya, saat ini apa yang akan kau timbulkan di sana huh?!" ketus Smith.
"Brian tell me!" teriak Smith ketika tidak ada jawaban dari seberang sana.
tut tut tut
Brian memutuskan sambungan telepon tersebut, sementara Smith membanting smartphone miliknya saat sang putra memutuskan sambungan telepon tersebut, Bella yang ada di samping nya terkejut melihat hal itu.
"Smith! What are you doing?!" tanya Bella dengan wajah terkejut.
"Putramu membuat ku marah!" ucap Smith dengan tatapan yang begitu tajam lalu menoleh ke arah Bella namun Bella tidak menghiraukan tatapan tajam yang begitu menusuk saat ini. Diraihnya wajah sang suami lalu menangkup wajah tampan Smith dengan lembut, Bella tersenyum.
"Dia juga putramu" Bella mengusap sisi rahang wajah Smith, mencoba menenangkan pria paruh baya tersebut.
"Jangan salahkan dia jika dia keras kepala, sifat keras kepala itu mengalir dari mu, Honey" Bella mengecup rahang Smith yang tadi sempat ia usap dengan lembut, membuat Smith luluh seketika lalu menatap wajah Bella dengan tatapan penuh kasih.
"Kurasa hanya Dave yang mempunyai sifat dari mu, aku merasa benar-benar frustasi menghadapi Brian dan Vinic, dua anak itu benar-benar mewarisi sifat ku secara keseluruhan" ucap Smith frustasi, membuat Bella kembali tersenyum.
“Ah tidak-tidak, saat ini pun Dave ikut keras kepala seperti kedua saudaranya dengan tidak mau menuruti permintaan ku dan memilih kabur!” ucap Smith kembali dengan kesal sedangkan Bella terkekeh. Terkadang kekesalan sang suami menjadi hiburan tersendiri baginya.