Suara tepukan tangan dari para pengunjung restoran membuat Dave kembali tersenyum ketika lagunya telah selesai, ia lalu menghampiri Daniel yang meletakkan microfon.
"Hola" sapa Dave membuat Daniel menoleh.
"Wow, Dave" Daniel lalu memeluk Dave secara jantan, senyuman lebar menghiasi wajahnya yang terlihat lebih dewasa dari semenjak terakhir kali mereka bertemu.
"Dave, no esperaba que estuvieras aquí.(Dave, aku tidak menyangka kau ada di sini)" ujar Daniel setelah melepaskan pelukannya.
"Tampoco esperaba que estuvieras aquí, Daniel. Como estas? Cuántos años no hemos cumplido?.(Aku juga tidak menyangka jika kau ada di sini, Daniel. Bagaimana kabarmu? Sudah berapa tahun kita tidak bertemu?"
Daniel terkekeh mendengar pertanyaan dari Dave. "Mungkin lima tahun yang lalu, bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Daniel membuat Dave mengendikkan bahunya.
"Aku bekerja di sini" jawab Dave membuat Daniel mengernyit.
"Benarkah? Untuk apa? Aku tahu perusahaan ayahmu tidak bangkrut setelah diwariskan kepada semua anaknya, dan ku lihat semua perusahaan itu semakin sukses, bahkan apartement mu semakin banyak cabangnya" ujar Daniel panjang lebar membuat Dave memutar kedua bola matanya.
"Itu apartement ayahku, Daniel"
"Bukankan sudah diwariskan kepadamu?" Dave kembali mengendikkan bahunya.
"Ya, tapi aku tidak berminat untuk mengurus apartement besar itu beserta cabangnya" jawab Dave kembali membuat Daniel tidak percaya.
"Kau benar-benar" Daniel menggelengkan kepalanya. "Dari semua putra Smith Abraham hanya kau yang masih polos dan tidak sebrengsek kakak dan adikmu, tapi justru kau yang paling pembangkang?" tanya Daniel lalu mencebik bibirnya berulang kali seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak suka dengan bisnis, aku lebih suka musik" ujar Dave seraya mengangkat gitarnya membuat Daniel tertawa.
"Dan kenapa kau bekerja sebagai penyanyi di sini? Kenapa tidak di LA? Dan kenapa tidak bekerja bersama kakak mu atau mungkin diam di rumah saja, aku yakin uang akan segera masuk ke rekening mu saat kau meminta uang kepada kakak mu itu" Dave kembali memutar bola matanya.
"Aku kabur karna Daddy terus menyuruh ku mengurus apartement itu, lagi pula aku tidak mungkin meminta uang kepada Brian selama aku bisa mencari uang sendiri" jawab Dave.
"Que?!(apa)" Daniel berteriak tidak percaya, hal itu membuat Dave menutup mulut Daniel dengan cepat.
"Hentikan teriakan erotis mu, kau masih belum berubah ternyata, masih gemulai seperti dulu" gerutu Dave kembali menyadari bahwa temannya yang satu ini selalu bertingkah seperti perempuan jika terkejut.
Daniel merenggut mendengar perkataan Dave. "Aku sudah seratus persen pria tulen, kau tahu?"
Kali ini Dave yang terkekeh. "Syukurlah, aku senang jika kau berubah, ingat, jangan sampai salah jalan, aku takut jika setelah homo kau akan menjadi normal lalu bisexual" ujar Dave membuat Daniel kembali menekuk wajahnya.
"Aku bahkan sudah memiliki anak" Dave menganga tidak percaya.
"Kau serius?" tanya Dave tidak percaya.
"Ya, hanya saja kebiasaan ku belum hilang ketika aku terkejut" Dave tertawa terbahak-bahak mengingat teriakan Daniel yang terdengar seperti wanita memekik saat terkejut. Tawa Dave membuat Daniel kesal, ia lalu memukul lengan Dave.
"Hentikan tawa menyebalkan itu" Dave dengan susah payah menghentikan tawanya hingga akhirnya ia bisa berhenti tertawa setelah berdehem, namun ketika tawanya berhenti, saat itu juga ia melihat Sirena yang berjalan masuk ke dalam dapur restoran.
"Daniel, aku harus pergi" ujar Dave seraya meninggalkan Daniel yang masih berdiri di atas panggung, hal itu membuat Daniel berteriak memanggil Dave berulang kali namun Dave tidak mempedulikan panggilan Daniel, fokusnya saat ini adalah menayakan wanita yang telah mencuri hatinya kepada Mateo. Dave menghampiri Mateo yang sedang menghitung uang di balik meja bartender yang terhubung langsung dengan meja kasir.
"Paman" panggil Dave membuat pria paruh baya itu menoleh, Mateo mengangguk sesaat lalu tersenyum.
"Penampilan anda tadi sangat memukau Tuan Dave, bahkan bisa saya lihat semua pengunjung di sini menikmati penampilan anda" ujar Mateo.
"Aku senang jika penampilan ku malam ini bisa membuat senyum mengembang di wajah para pengunjung restoran ku, Paman" Mateo kembali tersenyum.
"Anda selalu bisa membuat orang lain tersenyum, Tuan" Dave terkekeh.
"Terima kasih atas pujian mu, Paman. Aku selalu heran kenapa kau selalu memuji ku" ujar Dave kemudian kembali terkekeh.
"Apa yang saya katakan adalah benar, Tuan" Dave mengendikkan bahunya seraya menghela nafas.
"Terserah kau saja, Paman. Ah, aku hampir lupa, aku ingin menanyakan sesuatu kepada mu, Paman" Mateo mengernyit mendengar perkataan Dave.
"Tentang apa, Tuan?" tanya Mateo seraya mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Dave.
"Aku ingin menanyakan nama seorang pegawai padamu" Mateo kembali mengernyit.
"Pegawai yang mana, Tuan?"
"Pegawai wanita, rambutnya bergelombang berwarna pirang, siapa namanya?" mendengar pertanyaan Dave membuat Mateo berfikir.
"Hampir semua pegawai wanita di sini berambut pirang dan bergelombang, Tuan" jawaban Mateo membuat Dave sedikit berfikir ciri-ciri apa lagi yang akan ia sebutkan kepada Mateo agar pria kepercayaan nya itu bisa mengenal wanita yang ia maksud, ia kembali teringat jika wanita yang ia maksud pernah mengenakan sebuah mawar merah di telinganya ketika berbicara dengan Mateo, namun saat akan mengutarakan maksudnya, seorang pengunjung memanggil Mateo.
"Maaf Tuan, sepertinya pengunjung itu membutuhkan bantuan saya" ujar Mateo membuat Dave menganggukkan kepalanya, setelah itu Mateo melenggang pergi dari hadapan Dave.
Dave menghembuskan nafasnya, rasanya ia belum bisa mengetahui nama wanita itu secara diam-diam, ditambah saat ini waktu telah menunjukkan bahwa restorannya akan segera tutup. Ia tidak mungkin menghampiri gadis itu secara langsung, ia terlalu malu bertanya dengan gadis itu, hal itu adalah salah satu kelemahan Dave saat berhadapan dengan seorang wanita, berbeda dengan kakak atau adiknya yang selalu percaya diri jika berkenalan dengan seorang wanita. Hal itu pula yang membuat Dave tidak pernah memiliki kekasih hingga umurnya menginjak dua puluh delapan tahun, Dave segera memutar tubuhnya untuk meninggalkan restoran tersebut namun saat sudah memutar tubuhnya, Dave terkejut saat seorang wanita menabrak tubuhnya.
Dave tanpa sadar memegang kedua lengan wanita itu saat wanita itu menabrak tubuhnya, seketika jantung Dave terasa berhenti menatap wanita yang ada di hadapannya, matanya bertemu dengan sepasang mata berwarna abu-abu yang dimiliki oleh wanita itu, mata yang indah yang pernah Dave temui selama dua puluh delapam tahun dalam hidupnya, mata itu juga yang membuat hati Dave menghangat tanpa diperintah.
Wanita itu tersenyum, membuat Dave terpaku menatap wajah wanita yang telah mencuri perhatiannya selama beberapa hari, namun kesadarannya kembali saat wanita itu menarik-narik kedua lengannya yang dipegang erat oleh tangan Dave yang berotot.
Dave yang tersadar lalu melepaskan cekalannya, ia kemudian tersenyum. "Maaf sudah membuat mu menabrak ku" ujar Dave tanpa sadar mengatakan kalimat itu sebelum memikirkannya kembali, karna sejujurnya wanita itu yang salah telah menabrak Dave yang sedari tadi berdiri di depan meja bartender.
Wanita itu menggelengkan kepalanya seraya tersneyum, kemudian wanita itu menyentuh bagian bawah matanya menggunakan dua jari lalu menunjuk ke depan menggunakan dua jari tersebut, Dave mengernyit melihat sikap wanita itu, ia kembali meminta maaf.
"Aku minta maaf karna.." perkataan Dave terhenti saat wanita itu melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, hal itu membuat Dave tersenyum, ia mengerti jika wanita cantik yang telah merebut hatinya adalah seorang wanita tunawicara. Dave lalu mengulurkan tangannya ke arah wanita itu, mengajak wanita itu berkenalan, uluran tangan Dave disambut oleh wanita itu, wanita itu tersenyum seraya menjabat tangan Dave, setelah itu ia mulai berbicara dengan jemarinya, berharap Dave mengerti dengan apa yang ia katakan.
Dave semakin tersenyum kala wanita itu tersenyum seraya berbicara menggunakan jemarinya, satu lagi hal unik yang membuat Dave semakin mencintai wanita itu, karena keunikan itu juga, Dave mulai berencana akan belajar bahasa isyarat mulai besok, ia akan melakukan apapun agar ia bisa berkomunikasi dengan wanita yang ia cintai.
Keunikan, kecantikan, sikap ramah dan senyuman mu membuat aku semakin jatuh cinta. batin Dave dalam hati.