CN-27

1044 Words
Satu per satu daun berguguran. Angin dingin tengah menyambut pagi yang begitu cerah pada hari ini. Kini alam tengah menari dan dapat dia dengar suara srek ... trek ... srak dari tarian mereka. Tidak jarang suara langkah kaki yang cepat dan tawa menggelegar dari ujung jalan sekolah dapat dia dengarkan. Teman-temannya sedang dalam perjalanan ke sekolah, meski dia tidak melihat mereka. Quizer lalu menengadah, tangannya yang memegang sapu pun berhenti bergerak. Cuaca ini cukup cerah, tetapi tidak membuatnya tenang. Hawanya terlalu aneh. Padahal, dia dan beberapa orang dari kelas B tampak tenang-tenang saja. Dia bisa mendengar orang-orang tertawa cekikikan dari para gadis dengan rambut di kepang. Entah yang mana, terlalu banyak gadis dengan rambut senada. “Quizer,” panggil seorang guru padanya. Sontak dia pun berhenti menengadah dan berbalik melihat ke belakang. Suara langkah kaki dari pria berambut pirang sedikit jingga itu pun menjadi satu-satunya yang dapat dia dengar. Namun, entah kenapa langkahnya pelan, penuh keraguan. Apa beliau gugup? Tap ... tap ... tap ... Meski mengetahui guru tersebut mengarah padanya, Quizer enggan beranjak dari tempat. Enggan pula menyapu kembali halaman. Dia bergeming, layaknya patung di tengah-tengah sekolah yang menjadi maskot selama ini. Quizer terlalu malas atau bisa dibilang, tubuhnya terlalu kaku karena mendengar begitu banyak suara di sekitarnya. “Quizer,” panggil guru itu lagi setelah semakin dekat dengannya. “Hello, Mr Slayer. I thought you came here to tell me something important [Aku pikir Tuan datang untuk mengatakan sesuatu yang penting untukku] apa dugaanku benar?” sapa Quizer dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. Dia cukup mengetahui untuk apa laki-laki dewasa itu datang. Tentu, karena ini bukan yang pertama kalinya. “Sepertinya kamu sangat hapal kebiasaanku. Sorry, as usual, i’m late for school, [Maafkan aku, seperti biasanya aku terlambat ke sekolah]” jelas Mr Slayer padanya. Tentu saja Quizer hanya bisa tersenyum dengan lebar. Bukannya kesal, dia malah senang karena lagi-lagi bisa menerka kegiatan guru satu tersebut. “No problem, [Tidak apa] Jadi Mr Slayer, apa aku dipindah tugaskan lagi?” Guru laki-laki yang juga wali kelasnya itu pun mengangguk. Pertanda membenarkan. Dia sudah tahu alasan kenapa dirinya dipindahkan, meski sebenarnya dia sangat tidak masalah jika harus berada di halaman. Toh tidak ada bahaya yang mengancam—kecuali hawa pembunuh yang lebih kuat pada hari ini. Entah ada di mana, tetapi sepertinya akan ada pembunuhan dalam waktu dekat. “Maafkan aku, Quizer. Andai aku datang lebih awal, kamu mungkin tidak perlu ikut membereskan kekacauan di halaman. Aku benar-benar lupa soal kelebihanmu, padahal ayah dan ibumu selalu mengirimkan pesan padaku,” jelas Mr Slayer seraya menggaruk bagian belakang kepalanya. Laki-laki ini benar-benar sangat merasa bersalah. Quizer segera saja menggeleng. “Aku tidak apa-apa, Mr Syaler. Lihat, aku benar-benar dalam keadaan sehat. Tidak masalah, aku akan melanjutkan pekerjaan di halaman bersama dengan teman-teman lainnya. Jadi Tuan tidak perlu cemas.” “Tidak, tidak. Aku mohon padamu Quizer. Jangan mempersulit tugasku. Bgaimana jika kamu pergi ke ruang seni musik dan membereskan semua alat di sana? Kurasa tempat itu cukup kedap suara,” usul Mr Slayer agak memaksa. Namun, Quizer merengut. Dia tidak begitu ingin beranjak dari tempatnya. “Aku sungguh baik-baik saja Mr Slayer, aku mohon tidak perlu khawatir. Jika Mr Slayer takut akan kedua orang tuaku, Tuan cukup berbohong saja,” ucap Quizer yang masih enggan untuk pergi ke ruang seni. Rasanya dia akan lebih jika bersama dengan teman-teman lainnya. Quizer tidak mau pergi ke sana dengan kondisi sekolah yang sangat sepi. Quizer tahu orangtuanya selalu seperti itu kepada wali kelas dan guru-guru lainnya. Terlalu khawatir jika sesuatu akan terjadi kepadanya. Kadang takut pula tentang bagaimana dia baik-baik saja. Tuhan memberikannya sebuah kelebihan yang membuat ketakutan orang tuanya takut jika kemampuan ini digunakan oleh orang yang salah. Lebih parah lagi jika dia diinar oleh orang yang jahat. Salah satu orang yang mendapatkan tekanan itu adalah Mr Slayer. Tentu saja dia tahu karena meskipun berulang kali lupa, Mr Slayer adalah orang yang selalu taat dengan ucapan kedua orang tuanya. Maka dari itu, meski ini sekolah, dia tetap merasa ada orang yang mengekangnya. Padahal jika mereka tahu, Quizer baik-baik saja. Ya, dia baik-baik saja. Hanya dengan mendengar sedikit suara, itu tidak akan membuatnya sakit kepala. Dia hanya akan pusing, itu pun jika mendengar banyak suara. Namun, kenyataannya tidaklah begitu. Sekolah tidak seramai tempat belanja, tidak banyak suara musik pula yang mengganggunya. Jadi dia sangat senang. Walau terkadang, memiliki kelebihan kemampuan ini membuat dia terlalu dibedakan. Andai saja dia bisa memfilter apa saja yang dapat dia dengar dan tidak. Sayangnya tidak bisa. Entahlah dia harus mengatakan jika ini adalah kelebihan atau kekurangannya. Quizer hanya tidak tahu mana yang baik dan buruk di satu sisi yang sama. Dia lalu mengembuskan napas dan melihat kembali pada Mr Slayer. Tampaknya guru tersebut masih memikirkan tentang keadaannya yang mungkin tidak akan baik-baik saja. Oh, bagaimana caranya Quizer bisa meyakinkan guru ini? “Kamu benar-benar keras kepala. Jika seperti ini, tidak ada cara lain. Aku akan menerima usulanmu untuk kali ini. Namun sekarang, aku tidak akan membiarkan kamu sendiri. Baik, mari kita lihat siapa yang bisa menjagamu selain aku?” ucap Mr Slayer sambil melirik ke arah kerumunan para gadis. “Aku rasa tidak perlu Tuan. Aku benar-benar baik-baik saja tanpa harus diawasi,” ucap Quizer karena dia pribadi tidak suka dicemoohkan oleh orang-orang sekitar. Mr Slayer tetap menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak akan menurut soal ini. Ah dia saja.  Luzie! Luzie!” Quizer sontak berbalik dan menemukan kerumunan gadis lain yang baru saja datang. Tampaknya mereka sedang mengobrol tetapi dia tidak mau memedulikan apa yang kerumunan itu ucapkan. Lalu gadis berambut kepang panjang itu beralih setelah berpamitan pada kerumunannya. Setelahnya gadis itu  menghampiri Quizer. Luzie adalah gadis dengan kulit  pucat dengan rambut berambut cokelat, terlihat manis jika itu adalah makanan. Matanya berwarna hijau seperti pohon di musim semi. Tidak seperti musim gugur yang didominasi kuning dan jingga. Quizer tetap merasa sungkan, bagaimana pun, orang-orang menganggapnya aneh. “Yes, Mr Slayer? Can i help you?” tanya Luzie dengan senyum yang entah palsu atau bukan. Meski Quizer sering mendengar jika gadis di hadapannya sangat baik, tetapi apa itu berlaku padanya juga. Quizer lalu menatap pada Mr Slayer. Dia sangat berharap guru itu mengurungkan niatnya. - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD