CN-33

1050 Words
Natsumi baru saja kembali dari pertemuan. Untungnya hanya ada penyambutan saja. Kepolisian dan agensi mungkin akan heran karena dia tidak ada di salah satu tempat kejadian. Dia bingung harus bertindak bagaimana nantinya. Tidak mungkin dia memakai satu tubuh untuk dua pekerjaan yang saling bertentangan. Merencanakan pembunuhan dan mengungkapkan kejahatan. Apa dia bongkar saja semuanya sekarang? “Natsumi-san, biar aku antar pulang. Sepertinya keadaanmu belum benar-benar baik,” ucap Akira dengan wajah pucatnya. Ini sudah sekian kalinya laki-laki itu mengungkapkan hal yang sama. Ya, Akira merasa jika Natsumi tidak dalam keadaan baik dan masih sakit. Namun, gadis itu enggan menanggapi baik tawaran sang laki-laki. Ya, Natsumi tidak berminat menjawab. Dia ingin menenangkan pikirannya dari berbagai informasi yang diterima hari ini. Maka dari itu, dia mengabaikan ucapan Akira terus-menerus. Bukannya sombong, tetapi dia sangat pusing. Natsumi pun menyilangkan tangan di depan d**a dan melihat ke depan. Pikirannya saling menyerang satu sama lain dan tiap pengolahan, kepalanya menjadi sangat pusing. Sensasi dingin pun terasa begitu dingin pun tiba-tiba terasa pada atas kepalanya. Rintik demi rintik menghujani dirinya tanpa ampun. Akira tidak menyerah, laki-laki itu sampai menarik tangan Natsumi. Lekas gadis itu pun berhenti berjalan dan menengadah ke langit-langit. Tatapannya begitu kosong dan pusing menghantam kondisinya. “Kamu tidak boleh tumbang sekarang, Natsumi,” ucap seorang laki-laki yang Natsumi yakini bukanlah Akira. Suara kali ini lebih teduh dan dia seolah-olah pernah mendengarnya, merindukan nada ini. Hanya saja ... milik siapa? Natsumi benar-benar tidak mengetahuinya. Seseorang baru saja membagi jubahnya untuk mencegah penyerapan hujan ke bajunya. Tubuh Natsumi pun tiba-tiba terangkat. Dia dapat melihat wajah laki-laki itu meski agak buyar. Perlahan dia menutup matanya. Memaksakan kondisinya sendiri agar dalam keadaan aman dan nyaman. Meski hujan yang turun mengganggu kefokusannya. - - - - - - - - - - - - - Natsumi masih bisa mencium bau air hujan dan tanah dari tubuhnya. Dia buru-buru memperbaiki posisi meski kondisinya masih pusing. Kepalanya sudah sangat pusing, tetapi itu bukan berarti dia dapat tenang-tenang saja. Kembali dia pun menengadah sambil melihat keadaan di sekitar. Ini ruangan orang lain. Rumah orang lain. Siapa yang sudah menyelamatkannya? Perlahan dia menyibak selimut dan siap-siap untuk berjalan. Dia tidak pernah mengunjungi rumah seperti ini. Kamarnya pun terlalu sepi. Dia tidak dapat menunjukkan petunjuk apa pun. Seakan, ini dibuat khusus untuknya. Karena kecurigaannya sudah sangat meningkat hingga tahap akhir, dia memutuskan untuk pergi dari kamar mencurigakan ini. Belum lagi, setelah dia sadari, seseorang menggantikan pakaiannya. “Yuri-san, kamu mau ke mana?” ucap seorang gadis berambut pirang dengan mata birunya. Gadis itu berjalan mendekati posisi Natsumi sambil membawa nampan. Hanya ada air secangkir teh dan mangkuk yang sepertinya berisi bubur. Nama Yuri itu membuat Natsumi bergeming. Apa dia baru saja pingsan di daerah pertemuan The Paradoks? Lalu dibawa masuk dan dirawat oleh mereka? Oh tidak. Dia benar-benar dalam keadaan gawat jika itu benar-benar terjadi. Namun satu hal yang jelas, Natsumi harus kembali bermain peran meski dia tidak begitu suka. Dia sangat terpaksa untuk melakukannya. “Apa yang terjadi kepadaku?” ucap Natsumi sambil memegangi kepalanya. “Kamu demam, seharusnya kamu meneduh ketika hujan. Sekarang kembalilah beristirahat, Yuri-san. Kamu belum benar-benar sehat dan aku malah takut kalau kamu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Dia lalu mendengar suara langkah pun mendekat. Sontak, dia pun melihat dari ujung kaki hingga kepala. Takut-takut itu adalah bos besar. Dia tidak tahu harus berbohong bagaimana lagi. Banyak hal yang tidak bisa dia ungkapkan begitu saja. Natsumi pun mengembuskan napas. Apa pun itu, dia harus menghadapinya dengan pikiran yang mengalir seperti air. “Kamu pingsan di tengah jalan pulang. Kamu juga menolak tawaran Akira. Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu? Jangan katakan kamu lupa kalau kamu sendiri sedang sakit.” “Kazuhiko ... kenapa kamu,” ucap Natsumi terpotong oleh pikirannya sendiri. Dia tidak mau mengambil resiko dengan mengatakan hal-hal yang dapat membuat semua rencana pun hancur berantakan. Mengetahui siasat yang diberikan oleh Natsumi, Kazuhiko pun segera mengibaskan tangannya pada bawahannya. Meminta untuk diberi waktu ruang hanya berdua saja. Tentu sebagai bawahan, gadis itu pun mengangguk dan meninggalkan Natsumi seorang diri. Saat ini dia memerlukan banyak sekali kebutuhan. “Kamu membahayakan kondisimu sendiri. Tidur selama tiga jam dan sekarang sudah sore. Aku paham, kamu terlalu banyak menerima informasi. Itu yang membuat kepalamu jadi penuh dan sulit untuk mengolah kembali. Bahkan Akira saja kamu abaikan. Bagaimana jika dia dan aku tidak pergi ke sana? Kamu mungkin sudah terkapar di tanah,” jelas Kazuhiko parau. “Aku tidak memintamu untuk menyelamatkanku hari ini dan aku tidak mau membayar jasa apa pun. Justru sekarang akulah yang meminta bayaran padamu,” balas Natsumi kesal setengah mati. “Apa yang ingin kamu minta? Katakan saja,” balas Kazuhiko. Natsumi cukup bingung karena laki-laki ini tidak menuntut penjelasan lebih dahulu dan langsung menyetujuinya begitu saja. Apakah Kazuhiko juga sudah memprediksi ucapannya sampai sejauh ini? “Aku menuntut penjelasan tentang Yuri. Bagaimana mereka tidak bisa membedakanku dengan Yuri-san? Bukankah aku memakai wig?” ucap Natsumi pela. Kazuhiko mengembuskan napasnya. Dia lalu berjalan mendekat dan duduk di samping gadis tersebut. Natsumi dapat melihat bagaimana laki-laki itu menekuk wajahnya. Pasti ada sesuatu yang sangat berat dan sulit untuk dikatakan. Kira-kira itulah yang dapat Natsumi asumsikan. Dia tdak memiliki asumsi selain Kazuhiko yang menganggapnya sebagai seorang pengganti. “Aku kecewa denganmu.” Satu kalimat itu pun membuat Natsumi membebelak. Dia jelas-jelas tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh laki-laki satu itu. “Bagaimana bisa kamu menganggap dirimu sebagai pengganti Yuri? Kami juga tidak ada hubungan apa pun. Apa itu yang saat ini tengah mengganggu pikiranmu? Oh Ayolah, Natsumi.” “Aku kan benar-benar tidak tahu! Maka dari itu aku meminta penjelasanmu tentang dia! Kenapa dia punya musuh di The Paradoks dan apa-apaan itu bos dari The Paradoks jatuh cinta pada Yuri,” balas Natsumi panjang lebar dan tidak kuat untuk menahan emosinya. “Laki-laki itu memang selalu menyukai perempuan mana pun yang mendekatiku. Nanti juga dia bosan. Jadi kamu jangan dekat-dekat dengannya. Ingat kamu milik siapa, Natsumi.” “Kamu atau dia tidak berhak atas diriku. Jadi aku cukup tahu diri untuk hal-hal seperti itu. Tapi penjelasan yang aku minta bukan itu, Kazu-kun. Sebenarnya, bagaimana bisa rumor tentangmu dan Yuri memiliki hubungan muncul? Aku tidak yakin jika tidak ada apa-apa di antara kalian berdua.” - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD