CN-34

1083 Words
“Kamu atau dia tidak berhak atas diriku. Jadi aku cukup tahu diri untuk hal-hal seperti itu. Tapi penjelasan yang aku minta bukan itu, Kazu-kun. Sebenarnya, bagaimana bisa rumor tentangmu dan Yuri memiliki hubungan muncul? Aku tidak yakin jika tidak ada apa-apa di antara kalian berdua.” - - - - - - - - - - - - - “Natsumi,” panggil Kazuhiko pelan dengan nada yang sangat rendah. Bahkan hanya dia yang dapat mendengarnya. Tentu saja gadis berambut cokelat itu menoleh pada laki-laki satu itu. Dia bukan tidak memahami tatapan laki-laki itu saat ini. Namun Natsumi hanya tidak kuat untuk mengakui secara kata-kata, sementara hatinya menuntut pengakuan dari Kazuhiko. Sejak Akira menyatakan pernyataan cintanya dan Yako menganggapnya sebagai Yuri, Natsumi jadi cukup bimbang. Dia tidak hanya membohongi perasaannya, tetapi juga dibohongi tentang perasaan Kazuhiko. Laki-laki itu tiba-tiba menarik Natsumi mendekat, lalu mendekapnya pelan. Entah keberuntungan atau bukan, tetapi Natsumi merasa hari ini sudah Kesekian kalinya dia didekap oleh dua laki-laki yang berbeda. Dia bahkan merasa tidak sanggup lagi untuk bersandiwara seperti ini. Pasalnya, kenapa orang yang terpaksa memiliki hubungan dan orang yang menyukainya berasal dari zona hitam?! Natsumi mengira semuanya berhenti di sana. Namun ternyata tidak. Kazuhiko melepas dekapannya dan justru menatapnya dengan tajam. Ada kata-kata yang tersampaikan melalui matanya. Ada pula sebuah rasa sesak yang sampai pada hati Natsumi. Dia tidak lagi bisa mengabaikannya dan menyerah untuk bertatapan dengan Kazuhiko. Seraya mengembuskan napas, dia mencoba memantapkan hatinya. “Yako pernah menyukai dan menginginkan berada di posisi Akira. Dulu tangan kananku sebelum Akira adalah Yuri. Selama ini aku memanfaatkannya agar orang-orang tidak berani menjodohkan anak di bawah umur dengan para wanita malam. Sampai sekarang pun aku menolak untuk jadi bagian dari mereka,” jelas Kazuhiko. “Benar, kami tidak ada apa-apa.” “Aku paham, dalam catatan soal Yuri ... Yako diberitahukan sebagai saingan dan orang yang paling  aku hindari. Namun, aku merasa alasan kamu menuliskan itu adalah agar diriku tidak mengucap hal-hal yang akan membuat Yako curiga. Di sinilah aku ingin mengetahui semua tentang Yuri ... langsung dari mulutmu sendiri, Kazuhiko,” kilah Natsumi yang masih merasa kurang dengan apa yang dijelaskan oleh lawan bicaranya. “Aku sudah menceritakan semuanya, Natsumi. Kamu tidak perlu menuntut kejelasan yang tidak benar lagi dariku. Sudahlah, aku akan mengantarmu pulang setelah kamu agak membaik,” ucap Kazuhiko yang lalu menyilangkan tangannya. “Bibi bisa mengetahui jika aku keluar rumah jika kamu mengantarku pulang lagi. Turunkan aku di sekitar komplek dan aku akan masuk melalui jendela kamar,” balas Natsumi. “Minami-baasan dan Quizer pergi ke rumah sakit beberapa jam yang lalu. Tampaknya teman dari luar negeri itu sedang sakit. Bibi Natsumi tidak sempat pergi menemuimu, dia begitu panik ketika Quizer pingsan. Ya ... kurasa dia tidak begitu peduli selama dia tidak melihatmu berkeliaran.” “Kazuhiko, kamu tahu dari kemampuanmu lagi? Sungguh gila dan mengerikan. Aku tidak mau dekat-dekat denganmu lagi.” Kazuhiko mendengus—menahan tawa tepatnya—Natsumi sangat yakin jika laki-laki itu sedang tertawa dan bukan kesal. Ketua salah satu eksklusif mafia itu pun segera menarik dirinya untuk menjauh. Natsumi merengut, bukan karena kesal karena Kazuhiko menjauh, tetapi kenyataan yang diucapkan oleh laki-laki itu. Natsumi pun mengembuskan napas. Mau marah pun tidak bisa. Saat ini dia hanya berharap jika Bibi Minami ataupun Quizer tidak melakukan kesalahan yang fatal. Dia sangat tidak ingin mendengar bagaimana semua rencananya berantakan. Harus Natsumi akui, dibandingkan kemampuan Kazuhiko, dia tidak ada apa-apanya. Namun, bukan berarti dia  harus menyerah dalam keadaan ini. “Natsumi,, memprediksi masa depan itu seperti peluang dua buah dadu. Tidak. Bahkan lebih. Kamu tidak bisa hanya berpegang teguh pada satu keping koin saja, karena ini bukan permainan pilihan,” jelas Kazuhiko seraya berdiri dari posisinya. Laki-laki itu tersenyum dan menatap Natsumi kembali. Seolah ucapan tadi bukan untuk mengejek, tetapi pencerahan untuk gadis itu. Sementara sang gadis bergeming memikirkan apa yang ketua eksklusif itu bicarakan. Itu memang benar. Dia tidak seharusnya bergantung pada peluang 50:50. Seharusnya saat memprediksi pun, dia sudah memiliki banyak persiapan dan perencanaan. Itu adalah pengetahuan simpel, tetapi kenapa dia baru terpikirkan? Natsumi tidak mungkin bodoh, dia sendiri tahu batas kemampuannya. Seolah-olah memang ada yang sedang menahan di dalam otaknya saat ini, meski dia tidak tahu apakah itu. Namun, ucapan Kazuhiko sudah membuat pikirannya terbuka lebar. Tidak ada yang perlu dia ragukan lagi dari sang ahli yang ada di hadapannya. “Aku paham itu, tapi kenapa aku baru bisa mengingatnya sekarang? Kazuhiko, apa ada sesuatu hal yang tidak kuketahui tentang itu semua?” ucap Natsumi dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia menatap Kazuhiko yang tiba-tiba murung dan auranya pun menjadi sangat gelap. “Jangan menghadiri pengobatan yang diberikan oleh mereka. Setelah kamu tahu apa yang terjadi, kembalilah kepadaku ... Nakagawa Natsumi,” ucap Kazuhiko. Sejujurnya Natsumi masih ingin menanyakan hal lainnya, tetapi dia rasa hari ini mulutnya terlalu banyak bicara. Buktinya Kazuhiko pergi begitu saja tanpa mengucapkan hal lainnya. Namun, pikirannya tengah bergelut dengan perkataan ketua mafia itu. Kenapa pula dia tidak boleh menghadiri pengecekan rutin? Sejauh yang dia lakukan, Natsumi sering mendapatkan pengecekan rutin dan segala sakitnya sembuh dengan cepat berkat kemampuan medis dari tim. Tidak ada yang salah. Namun, entah kenapa saat ini dia ingin menuruti apa yang Kazuhiko katakan. Ada sesuatu yang ingin dirinya buktikan. Hal yang mungkin tersembunyi. Lama bergelut dengan pikirannya, Natsumi tidak sadar jika Kazuhiko kembali. Namun, kini pakaian laki-laki itu sudah berganti pakaian dengan yang lebih rapi. Nampaknya dia ingin meyakinkan Natsumi tentang apa yang dia ucapkan. Tentu saja, gadis berambut cokelat itu setuju untuk pulang. Natsumi sempat berharap jika dirinya bisa menghapal tempat ini, tetapi Kazuhiko tidak mengizinkannya. Setelah berada di luar, laki-laki itu mengikatkan penutup kepala padanya. Natsumi sudah menduga ini dan dia pasrah saja. Hanya satu yang dia ketahui, Kazuhiko membawanya ke dalam mobil. “Aku akan membawamu pulang. Untuk saat ini kamu tidak bisa melihat di mana markasku. Selain kamu bisa dikecoh oleh bos besar, kamu juga tidak dapat aku percaya. Siapa yang tahu nantinya kamu akan membongkar keberdaanku ke agensi?” ucap Kazuhiko pelan. “Jangan bilang kamu sendiri yang menyetir saat ini, Kazuhiko. Oh, atau ada Akira-san di sini?” balas Natsumi mencemaskan apa yang laki-laki itu ucapkan. “Aku ada di sini Natsumi-san. Aku yang menyetir karena Kazuhiko-sama ingin berada di dekatmu katanya,” jelas Akira. Kazuhiko lalu mengacak-acak rambut Natsumi, entah bagaimana ekspresinya. Namun, dia membayangkan laki-laki itu tertawa. “Kamu tidak perlu cemas. Akira-san tahu masa laluku, dia orang yang tahu selain Yuri.” Natsumi bungkam, tetapi di balik penutup mata, dia membelalak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD