CN-32

1109 Words
Kata siapa Natsumi peduli? Bahkan sekedar Akira yang ada di dekatnya pun, dia sangat tidak peduli. Dia hanya butuh kesalamatan, hanya dengan itu dia pun bisa menyelamatkan Akira. Gadis dengan rambut dikuncir dua pun menggertakkan bibirnya, mematahkan permen di dalam mulutnya. “Sepertinya itu benar kamu, Yuchan.” - - - - - - - - - - - - - - - Natsumi berhenti sejenak. Dia nyaris melupakan identitas itu. Hanya ada satu orang yang memanggil Yuri dengan akrab seperti itu. Dialah Yako, musuh, rival sekaligus teman satu perjuangan gadis tersebut. Dia lalu menelan ludah. Ini tidak akan baik-baik saja. Kenapa pula dia harus bertemu dengan Yako? Bagaimana jika penyamarannya ketahuan di saat ini juga? “Aku rasa kita tidak dalam posisi untuk saling bertegur sapa, Yachan. Baiklah, sekarang kamu kehilangan anggota. Maka laki-laki itu harus masuk ke dalam tim,” ucap Natsumi tanpa basa-basi. Dia berusaha semaksimal mungkin mengikuti arahan dari buku pentunjuk yang sudah menyita satu hari penuhnya. Yako tersenyum miring. “Memang inilah yang aku tunggu darimu, Yuchan. Tidak aku sangka jika anak muda itu berhasil membawamu hidup-hidup setelah disiksa sedemikian parahnya. Bahkan seharusnya kamu sudah mati, Yuchan.” “Mati?” Natsumi mendengus, dia tahu Yuri tidak suka diremehkan seperti itu. Jadi segera saja dirinya pun berjalan mendekati Yako. Menjambak rambut gadis itu dengan cepat—walau dia agak tidak enak hati. “Butuh seribu tahun bagimu untuk melihatku mati.” “Kinishinaide,” ucap Yako, agak meringis. Natsumi lalu melepaskan jambakannya dan berjalan kembali ke tempatnya sambil melirik orang-orang sekitar. Nampaknya semua sangat takut dengan apa yang dirinya lakukan. Oh bahkan aku sudah hampir membunuh orang. Buktinya adalah Akira yang tergeletak dan sulit berdiri. Tanpa ragus, dia pun mengulurkan tangan. Yako pasti tidak akan mencurigainya. Dalam pemberitaan, ada satu hal yang Kazuhiko tulis meski itu sudah dicoret berkali-kali. Dia sudah menggunakan pulpen merah agar tinta birunya bisa terlihat dengan jelas. Di sana dijelaskan bagaimana Yuri memiliki hubungan yang sulit dijelaskan dengan Kazuhiko. Mereka bukan sepasang kekasih, tetapi saling membutuhkan. Yuri hanya menyukai Akira, tetapi tidak dengan sebaliknya. Ini semua karena Kazuhiko melarang divisinya untuk memiliki pacar, baik di luar ataupun di dalam. Lalu, sejak kematian Yuri, semuanya ucapannya dihapuskan. Sementara itu, penyebab kematian Yuri yang paling jelas hanyalah sebuah rasa iri yang dimiliki oleh Yuko. Bagaimana Kazuhiko tidak melirik atau bahkan merekrutnya. Natsumi pikir pasti ada seseuatu di antara mereka. “Bagaimana ini? Kamu sudah kekurangan satu buah. Jika kamu masih tidak menyetujui dia masuk ke dalam tim, aku bisa saja memenggal kepala bawahanmu yang lain. Lagi pula, jika kamu ingat, kekuatanku lebih banyak darumu,” gertak Natsumi. Yuko mengembuskan napas, dia lalu melirik kondisi partnernya yang saama sekali tidak membantu. Natsumi jelas menembakkan pistol tepat di tengah kepalanya. Rekannya tidak akan bisa selamat. Itulah yang Natsumi prediksikan terutama ketika Yuko menunjukkan wajah kesal setengah matinya. Suatu kebanggaan karena kali ini Natsumi berhasil membuat gadis itu sangat kesal. “Dia sudah tidak bernyawa,” ucap rekan Yako begitu takut. Sontak saja Yako menatap Natsumi dengan tajam lalu melirik pada Akira. “Baiklah, Akira boleh ikut pergi. Meski aku tidak percaya karena kamu adalah kepercayaannya Kazuhiko. Bia saja dia mengirimmu sebagai mata-mata. Ah, kamu juga Yuri. Kamu pun tidak akan pernah aku anggap sebagai bagian dari The Paradoks.” “Aku tidak perlu pengakuanmu untuk bertahan di The Paradoks, Yachan. Baiklah, mari kita akhiri ini dan bawa kami kehadapan bosmu. Penyambutannya sudah selesai bukan,” ucap Natsumi yang lalu berjalan melewat Yako. Dia hanya mengikuti insting sebagai detektif semata. “Yuchan, The Paradoks lebih mengerikan daripada Mafia, tetapi untukmu ... akulah yang paling mengerikan. Ya, karena kamu sudah mengambil hati Kazuhiko-san dengan mudahnya,” ucap gadis itu dan sukses membuat Natsumi berhenti berjalan. Ada satu kenyataan pahit yang dia lupakan. Asumsi yang dia coba untuk tidak berkeliaran dan air mata yang jatuh. Bukan dia yang memanfaatkan statusnya dengan Kazuhiko, tetapi laki-laki itu sendiri yang memanfaatkannya. Natsumi menarik napasnya dan buru-buru berjalan. Mengabaikan apa yang Yako ucapkan. Meski berulang kali ingin menghiraukan, tetapi dalam hatinya, Natsumi tidak kuat. Akira segera menerjang dan memegang tangan Natsumi. Laki-laki itu mendekat seolah ada hubungan intim di antara mereka, lalu pelan-pelan dia pun berbisik, “Apa yang sebenarnya kamu lakukan. Kenapa kamu membunuh sembarangan orang begitu saja.” “Akira-san, aku lebih memilihmu ketimbang si gendut itu. Sekarang, bukankah seharusnya kita menghadap pada bos besar?” ucap Natsumi dengan nada yang sarkas. Natsumi dapat melihat bagaimana Akira membelalakkan matanya. Laki-laki itu pasti tidak akan menyadari bagaimana dia menjiwai bermain peran ini. Natsumi sudah terlanjur kecewa dan dia pun mengira jika Yuri pun akan melakukan hal serupa. Kembali dia berjalan dan berhenti di hadapan seorang laki-laki tua. Laki-laki itu menyeramkan. Bukannya dai tidak tahu siapa yang sedang berada di hadapannya, tetapi Natsumi tidak bisa fokus untuk berpikir. Laki-laki itu tiba-tiba memegangi rambutnya. Melihat dan memelintirnya. Ada sensasi mengerikan yang Natsumi rasakan. Dia benar-benar tidak tahu apa itu, tetapi yang jelas, orang di hadapannya sangat berbahaya. Pelan dia menjeling pada Akira. Laki-laki itu tampak tegas menatap lawannya. “Aku tidak menyangka kalian datang berdua. Ternyata kamu masih hidup ya Yuri, setelah koma bertahun-tahun dan Kazuhiko tidak pernah mau mengatakan di mana kamu dirawat. Sejak dulu kamu menolak untuk bergabung dengan divisi yang lebih besar, tetapi sekarang ... aku tidak menyangka jika kamu kembali ke pelukanku,” ucap laki-laki tersebut. Natsumi bergeming. Dia tidak tahu harus bicara apa dalam situasi ini. Kekecewaan mendalam pada Kazuhiko bisa dia rasakan, tetapi hanya sedetik kemudian, dia menangkis tangan laki-laki tersebut. “Jauhkan tanganmu dari rambutku.” Laki-laki itu mendengus. “Apa karena sangat lama tertidur, kamu jadi lupa kemampuanku? Aku hanya ingin memastikan apakah kamu benar-benar Yuri asli atau bukan. Namun, rambut dan wangi ini menunjukkan benar-benar kamu. Senang bisa melihatmu lagi.” Natsumi merinding, ada yang salah pada laki-laki ini dan dia ingin pergi untuk menenangkan diri. Namun, dia tahu jika perasaannya tidaklah penting lagi sekarang. Kemampuan yang mendeteksi keaslian sesuatu melalui medium. Natsumi baru mendengar itu dan apakah dia sudah ketahuan? Namun, Laki-laki itu tidak menunjukkan wajah sangar sedikit pun. “Jadi apa kamu sudah memastikan jika ini Yuri yang asli, Bos? Kalau begitu kamu tidak perlu mencurigai kami sampai-sampai harus memberikan sambutan yang seperti ini,” balas Akira tidak segan-segan. Laki-laki yang dipanggil bos itu pun menoleh, lalu melihat ke arah Natsumi lagi. “Dia asli. Dia Yuri-ku. Dengan kemampuan memanipulasi wajah dan terlihat mirip dengan detektif menyebalkan itu. Sekarang kita bisa memulai operasi besar dengan bantuan Yuri yang akan menyamar sebagai Nakagawa Natsumi.” Sekilas Natsumi ingin bangga, tetapi mendengar kalimat terakhir, dia membelalak. Mereka ingin menjebak dirinya dengan memanfaatkan Yuri yang melakukan kejahatan. Natsumi tidak akan membiarkan itu terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD