CN-04

1097 Words
Quizer bungkam, dia tidak tahu harus beraksi seperti apa untuk saat ini. Kacau menurutnya. Terlebih wanita itu hanya melihat alamat di kertas tersebut dengan seksama, lalu tersenyum. Apa pun yang wanita itu katakan dalam Bahasa Jepang, Quizer tidak akan memahaminya. Jadi bagaimana caranya mereka akan berkomunikasi sementara dia sana sekali tidak memahami maksudnua. Diam-diam tangannya merangkak naik dan mendutupi wajahnya sendiri. “Kamu tidak terlihat baik-baik saja. Masuklah dulu ke rumah,” ucap wanita itu dan cukup fasih dalam berbahasa inggris. Quizer tidak ingin mencurigai, tetapi niat untuk pergi semakin besar. Bahkan jika pun dia tidak juga menemukan tempat untuk kembali, Quizer berniat untuk menggunakan uang sakunya untuk mencari apartemen kecil yang layak untuk dirinya tinggal. Oh sungguh, andai dia bisa pulang, akan dia lakukan sekarang juga. Namun, keluarga ayahnya sudah membuang dia ke mari. Sementara keluarga ibunya, tidak tahu ada di mana. Ini nasib s**l dan Dewi Fortuna masih marah padanya. Quizer bertanya-tanya sampai kapan sang Dewi akan terus marah dan memberikannya kesialan. Wanita tua itu segera membawa Quizer kembali ke dalam rumah gadis yang menyebalkan. Tidak. Jangan katakan wanita ini adalah keluarganya. Oh ya ampun. Quizer benar-benar s**l. Sampai rasanya jika kesialan ini berlanjut, dia akan mendapatkan piring cantik. “Wajahmu pucat sekali. Aku akan membuatkan air hangat. Sekarang lepaskan sepatumu dan pergilah ke pintu di sebelah kiri. Itu adalah ruang tamu,” ucap wanita tersebut. “Miss, sorry. Apa aku bisa pergi kamar mandi? Perutku sangat sakit,” ucap Quizer sambil memegangi perutnya. Wanita di hadapannya mengangguk. Seolah paham kalau wajah pucat itu berasal karena dia menahan sakit perutnya dan tidak mungkin untuk ditunda-tunda lagi. Quizer lalu pergi ke tempat yang di arahkan, tidak peduli jika rumah ini milik Natsumi atau bukan. Bahkan jika tempat ini berbahaya. Dia menapikkan semua itu, semuanya bisa diselesaikan nanti. Sementara wanita yang baru saja berbicara dengan Quizer mulai berjalan ke dapur dan membuat teh hangat seperti janjinya. Tidak lupa dia mengambil obat sakit perut yang ada di kotak P3K. Menurutnya, laki-laki itu sangat kesakitan atau bahkan menahan terlalu lama. Tidak mau terlalu memikirkannya, wanita itu pun segera meletakkan obat di samping gelas. “Baa-san [Bibi] sudah pulang dari berbelanja? Hari ini kita akan memasak apa?” tanya gadis yang baru saja menuruni anak tangga. Suaranya cukup keras hingga terdengar sampai dapur. “Natsu-chan, kamu terlihat lebih lelah hari ini. Apa kasus sekarang berjalan baik?” lanjut wanita tersebut. Natsumi mengulum senyum lalu menggeleng. “Teror ini masih terus berlanjut dan aku belum menemukan petunjuk baru. Begitu pula dengan para polisi. Ngomong-ngomong, kenapa Baa-san menyiapkan air hangat?” “Natsu-chan ...,” rengek wanita tua itu dan Natsumi hanya tersenyum.  Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat mereka berhenti bicara dan melihat seorang laki-laki tengah berjalan ke arah mereka. Quizer dari awal sudah mendengar percakapan mereka, tetapi tidak ada yang dapat dia pahami. Entah itu rencana jahat atau baik, dia harus waspada. Setidaknya sebelum pergi, dia harus berpamitan pada orang yang sudah membantunya. “Miss, thank you. Tapi maaf, aku harus segera pergi ke alamat yang keluargaku berikan,” ujar laki-laki tersebut. Natsumi buru-buru mencegah tangan Quizer. “Kamu masih mau pergi ke alamat itu?” “Ya,” balas Quizer singkat tanpa mau bertatapan dengan Natsumi lebih lama. Dia masih tersinggung dengan sikap gadis itu yang tertawa dan meninggalkannya. Tidak kunjung turun meski dia menunggu. Natsumi lalu mengambil gelas tersebut dan menyerahkannya pada laki-laki yang berada di hadapannya. Tentu, itu membuat Quizer bergeming. Dia tidak menyangka. Wanita tua di samping Natsumi pun turut mengangguk, meminta dia untuk segera minum air putih. Akhirnya Quizer pun menyerah. Dia menerima gelas tersebut dan meminumnya bersama-sama. Tidak lama, Natsumi juga menyodorkan obat yang sudah disiapkan oleh bibinya. Dia tidak mau Quizer sakit lebih dari ini. Laki-laki itu terlihat ingin memberontak, tetapi pada akhirnya tetap menerima. Dia tidak banyak berbicara. Sementara pikirannya terfokus untuk mencari alamat yang keluarganya berikan. “Quizer-san, kamu mau sampai kapan mencari alamat itu?” tanya Natsumi yang mtengah melipat tangan di atas meja. Gadis itu duduk di samping sang bibi yang sedang memisahkan bahan masakan. Padahal beberapa menit lalu, Quizer yakin dia sangat curiga pada Natsumi dan wanita itu akan melakukan hal jahat. Meski tidak ada bukti kuat. Namun, obat yang diberikan oleh keluarga Natsumi membuatnya mengantuk. Dia tidak boleh tertidur. Tidak di saat seperti ini. “Aku harus pergi ke alamat yang diberikan keluargaku, tetapi Jepang luas dan aku tidak bisa berbahasa Jepang. Maka dari itu aku memintamu untuk membawaku pergi bukan pulang ke rumahmu,” jelas Quizer agak melantur karena obat yang diberikan. Natsumi mendengus dan tertawa pelan. “Come on, Quizer-san. Tidakkah kamu melihat plat di depan rumah ini? Kamu memang tidak tahu tempat dan aku tidak ada niat buruk untuk membohongimu. Sudah cukup berurusan dengan Wakamatsu-san.” “Jadi maksudmu alamat ini tertuju pada rumahmu?” ucap Quizer memastikan. Gadis itu mengangguk dan mulai berdiri untuk memasukkan bahan-bahan masakan ke dalam lemari es. Dia tidak banyak menjawab. “Kenapa enggak kasih tahu lebih awal?” “Awalnya aku mau kasih tahu kok. Tapi tatapan tajammu itu seolah menuduhku sebagai penjahat. Oh ayolah. Mana ada penjahat yang membantu polisi untuk mengungkap kasus pembunuhan? Kamu ini aneh,” lanjut Natsumi. “Sudahlah kalian berdua. Quizer-san, salam kenal, aku Minami Nakagawa, bibi dari Natsumi. Semoga kamu betah tinggal di sini,” ucap Bibi Minami yang melerai pertengkaran mereka berdua. Quizer mengembuskan napas. “Harusnya aku mencatat nama Bibi juga. Maafkan aku. Jadi memang benar jika aku berada di rumah yang keluarga ayahku berikan? Syukurlah. Ah ... aku tidak tahu akan tinggal sampai kapan.” “Aku sudah mendengarnya. Tidak masalah,” balas Bibi Minami, “hari Senin nanti kamu harus pergi ke sekolah dan mendaftarkan diri. Selain itu, apa kamu tertarik untuk belajar bahasa Jepang bersama orang-orang yang berasal dari luar negeri? Aku punya kenalan yang dapat mengajarmu dengan cukup baik.” “Baa-san, kita sudah membicarakan ini. Quizer-san bisa belajar denganku,” balas Natsumi. “Maaf aku menolakmu, Natsumi,” balas Quizer yang lalu menyilangkan d**a di depan d**a. Natsumi yang mendengarkan itu hanya bisa membelalakkan mata. Seolah berkata, bisa-bisanya dia ditolak dengan cara seperti ini. “Natsu-chan, kamu tidak bisa mengajar Quizer-san. Kamu banyak pekerjaan bukan? Sudah tidak masalah. Sekarang antar Quizer ke kamarnya lalu kamu turun dan bantu baa-san  untuk membuat makan malam.” Quizer mengembuskan napas. Untung saja dia bisa selamat. Namun, kenapa pula dia harus serumah dengan Natsumi? Entah mengapa perasaannya tidak tenang. Sepertinya gadis ini tidak hanya akan membawanya dalam masalah. Namun, masalah itu yang menyeretnya. Aura Natsumi sangat mencurigakan, bagi seorang gadis biasa yang menyebalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD