CN-16

1031 Words
Natsumi baru saja menutup pintunya rapat-rapat, meninggalkan Quizer yang sendirian di sana. Dia tidak ada keinginan untuk bertanya lebih lanjut pada gadis berambut cokelat tersebut. Untuk saat ini dia selamat dari pertanyaan Bibi Minami. Dan untuk kedua kalinya gadis itu menyelamatkan dia. Quizer rasanya harus mengucapkan terima kasih. Jika dia pergi sekarang, apakah Bibi Minami akan kembali bertanya? Quizer tidak tahu, dia lalu memutuskan untuk pergi ke kamarnya saja. - - - - - - - - - - - -  “Aku tidak akan pergi ke rumah sakit, Bibi Minami. Maaf, Pak Wakamatsu sudah menungguku untuk memberikan kesaksian,” ucap Natsumi mutlak tanpa mempertimbangkan keinginan dari bibinya terlebih dahulu. Yang Quizer ketahui, Bibi Minami pastilah masih meminta Natsumi untuk memeriksa keadaannya ke rumah sakit. Dia cukup setuju karena luka yang didapatkan oleh gadis itu cukup parah. Tidak ada salahnya bagi Natsumi untuk memeriksa keadaan dibanding tidak bersekolah hanya karena sakit. Belum lagi Natsumi memastikan agar sebelum masuk, The Paradoks tidak akan mengganggunya. Bukankah itu cukup beresiko? Quizer tidak sedang mengkhawatirkannya. Tidak. Dia hanya khawatir pada dirinya sendiri yang ada kemungkinan diganggu oleh The Paradoks. Natsumi sudah berjanji untuk menjaganya, oleh karena itu Quizer tidak ingin gadis itu tewas hanya karena kekurangan darah. Belum lagi wajahnya yang sangat pucat itu mengangganggunya. “Natsumi, lebih baik pergi ke rumah sakit. Aku tidak mau melihat darah lagi,” ujar Quizer sambil menyilangkan tangan di depan d**a. Natsumi sibuk memerhatikan jam tangannya. Quizer mengira jika gadis itu hanya sedang melihat waktu pertemuannya dengan polisi bernama Wakamatsu. Lalu gadis itu mengembuskan napas. “Pergi dan melalukan pemeriksaan itu butuh waktu yang cukup lama. Aku tidak bisa menunggu selagi kepolisian membutuhkanku. Jadi Quizer dan Bibi Minami tidak perlu khawatir. Tolong tetap berhati-hati.” “Natsu-chan!!!” Teriakan Bibi Minami terpaksa Natsumi abaikan. Dia tidak ingin wanita berkepala tiga itu semakin mengusiknya hanya karena luka kecil. Segera dia berlari keluar dari pintu. Membiarkan Bibi Minami untuk mengantar Quizer. Dia cukup yakin jika mereka akan baik-baik saja. Intusinya tidak mungkin salah, karena itulah yang akan dia lakukan. Natsumi pergi berjalan ke sekitar, kadang melihat ponsel untuk mencari arah. Akun Bibi Minami sudah terpasang dan dia bisa tahu ke mana bibinya akan pergi. Jika ada bahaya mengancam, dia bisa segera pergi ke sana. Di persimpangan jalan, dia berhenti. Menunggu Pak Wakamatsu menjemputnya. Mendengar suara mobil polisi, dia segera menonaktifkan notifikasi pada ponselnya. “Nakagawa-san, maaf membuatmu menunggu lama. Apa kamu mau pergi sekarang? Wajahmu pucat sekali, sepertinya bekas perkelahian kemarin,” ucap seorang polisi yang Natsumi tahu adalah temannya Pak Wakamatsu. “Aku hanya ingin pergi ke agensi. Tolong antarkan aku, sebelum The Paradoks kembali mengambil tindakan yang begitu buruk,” ucap Natsumi dengan begitu yakin. “Sebenarnya kami baru mendapatkan laporan jika The Paradoks mulai mengambil tindakan. Mereka ingin mengambil kembali orang yang tertangkap. Meski baru ancaman, kami rasa mereka benar-benar akan melakukannya,” jelas polisi tersebut membuat Natsumi bergeming. “Aku sudah tahu,” ucap Natsumi spontan. “Bawa aku ke agensi terlebih dahulu. Aku sedang tidak bercanda. Saat ini The Paradoks hanya bermain-main saja. Mereka tidak benar-benar ingin mengambil temannya. Ada seseorang yang mereka incar. Jadi aku perlu ke agensi.” “Siapa yang mereka incar? Bisakah Anda memberi tahu siapa yang tengah mereka incar dan kami akan pergi untuk melindunginya, Nakagawa-san,” ucap polisi tersebut. Natsumi mencoba mengamati wajah polisi itu baik-baik. Aneh. Tidak biasanya polisi banyak bertanya sementara dia meminta diantar ke agensi detektif swasta. Namun Natsumi hanya mengangguk. Dia tidak berminat untuk menjelaskan kalau Quizer orang yang dituju dan ke mana dia akan pergi nantinya. “Sepertinya usulan yang bagus, Pak Polisi. Tapi aku tidak bisa memberitahu padamu. Bagaiamana jika kita pergi dulu untuk memastikannya,” jelas Natsumi dengan berhati-hati. Natsumi bisa melihat sudut-sudut mata yang agak tertarik, tetapi berusaha untuk menunjukkan ketenangannya. Polisi ini terlalu mudah di provokasi dan Nastumi rasa, dia bukan yang asli. Dia tahu teman Pak Wakamatsu merupakan orang baik dan selalu menuruti permintaannya. Mereka orang yang tidak pernah menolak atau banyak bertanya. Intuisinya kali ini benar. Dia tidak mungkin mengungkapkan identitas lawan secepat ini. Terutama kondisinya tidak memungkinakan untuk berkelahi. Natsumi harus mengelabui polisi gadungan ini. Sudah pasti polisi itu akan menanyakan atau bahkan memaksa. “Nakagawa-san. Aku mohon kerja samanya. Jangan membuat kami cukup repot,” ucap laki-laki dewasa tersebut. “Dia sedang pergi bersama seseorang. Aku tidak tahu ke mana. Sepertinya hari ini Pak Polisi banyak bertanya. Aku akan pergi ke rumah sakit saja, terima kasih untuk informasinya tentang The Paradoks,” ucap Natsumi yang lalu berjalan menjauh dari tempat kejadian. Namun sebelum itu terjadi, tubuhnya ditarik ke belakang dan dia dapat merasakan kulitnya menyentuh bagian besi yang melingkar. Orang ini sudah mencurigainya dan Natsumi tidak dapat melakukan apa pun selain diam. Demi keselamatannya, dia perlu mengambil tindakan di waktu yang tepat. Tidak terburu-buru, tetapi mampu untuk menghabisi orang tersebut. Tempat ini cukup sepi dan tidak mungkin ada perlindungan. Natsumi lalu menutup matanya. Sesuatu sudah terjadi pada Pak Wakamatsu dan temannya. Mobil polisi seharusnya tidak jauh dari sini dan dia curiga jika di sanalah tempat kejadian berlangsung. “Katakan di mana Quizer, Nona,” bisik laki-laki dewasa itu dengan lirih dan cukup membuatnya membuka mata. “Aku tidak akan pernah memberitahumu,” balas Natsumi dengan tenang. “Ketenanganmu ini menggangguku. Tapi, teman kami sudah membuatmu cukup terluka. Tidak mungkin kamu punya cukup tenaga untuk melawan dua anggota The Paradoks. Kami tidak berniat macam-macam pada Quizer,” lanjut laki-laki tersebut. “Aku tahu kalian ingin menjadikan Quizer sama seperti kalian. Itu tidak akan pernah terjadi karena dia penting bagiku. Jadi kalian hanya bisa berharap saja jika ingin mendapatkannya,” jelas Natsumi pelan. “Aku tidak mau cari gara-gara denganmu, Nakagawa-san. Kamu mengerikan. Namun, Quizer juga sangat penting untuk mengganti kekosongan anggota. Jadi katakan di mana dia atau aku tidak akan segan untuk membunuhmu.” Natsumi enggan menjawab. Dia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan. Puncaknya laki-laki dewasa itu sudah bersiap untuk menarik pelatuk. Dan dalam sedetik. Dia bisa mendengar jika laki-laki itu menjatuhkan senjatanya begitu saja. Natsumi buru-buru melihat ke belakang. Di mana seorang laki-laki dengan jubah hitam baru saja selesai menembak. Laki-laki itu lalu menghampirinya. “Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan melindungimu, Natsumi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD