CN-15

1059 Words
“Natsu-chan, kamu tidak perlu memasak hari ini. Dan kenapa kamu sudah melepaskan perban?!” ucap Bibi Minami ketika melihat seorang gadis berambut cokelat sibuk memotong bawang bombai dan beberapa masakan lainnya. Natsumi enggan melepaskan pekerjaannya. Tangannya tetap telaten memotong bawang bombai dan beberapa rempah lainnya. Sudah terbiasa dia melakukan ini. “Bibi aku sudah banyak beristirahat. Jadi aku mohon tolong biarkan aku untuk menyiapkan  sarapan saja. Rasanya aneh jika aku tidak melakukan rutinitas rutin ini, Bibi.” Bibi Minami mengembuskan napas. Natsumi paham jika bibinya hanya khawatir pada keadaannya yang belum begitu baik tetapi malah melakukan pekerjaan rumah, seolah-olah tidak ada yang terjadi di sini. Natsumi berhenti memotong bawang. Dia beralih untuk memasak nasi, tetapi lengannya ditahan oleh sang Bibi. “Bibi paham betul kamu selalu memiliki perencanaan. Namun, apa gunanya semua perencanaan itu jika kamu sedang terluka seperti ini? Sebelum menyelamatkan nyawa seseorang, kamu tetap harus merawat kesehatan dirimu terlebih dulu,” jelas Bibi Minami padanya. Natsumi memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya baik-baik saja. Lukanya tidak terlalu parah sampai harus dirawat. Dia tidak dapat merasakan sakit dari luka-luka kecil seperti ini. Jadi Natsumi hanya memberikan senyum terbaiknya, seraya melepaskan pegangan bibinya. Tidak boleh membuat khawatir lebih dari ini. Bibi Minami mengambil alih pekerjaannya. Meski enggan, Natsumi terpaksa melakukan itu agar bibinya tidak mengucapkan apa-apa. Jadi dia hanya duduk diam sambil memandang keluar jendela yang ada pada dapur. Banyak hal yang harus dikerjakan. Namun, itu pun masih lama. Tidak lama, Natsumi mendengar suara langkah kaki tidak jauh darinya. Quizer muncul dengan kantung mata yang cukup terlihat. Sepertinya dia baru saja begadang. Namun, Natsumi tidak mau begitu peduli. Pasti karena permainan pada ponsel atau PSPnya. Itu baru dugaan saja. Quizer lalu menarik bangku dan menyembunyikan wajahnya. “Kamu begadang Quizer?” tanya Natsumi untuk berbasa-basi. Laki-laki berambut pirang itu pun mengangkat kepalanya. Dia lalu melihat ke arah gadis berambut cokelat yang terkadang dia lihat seperti cokelat batangan. Sama-sama pahit. Quizer memang suka makanan yang tidak terlalu manis, tetapi berhadapan dengan orang yang tidak manis cukup menyebalkan. Jadi dia menyembunyikan wajahnya lagi. “Biar kutebak, kamu habis main game dan lupa waktu. Bibi, ini tidak adil! Kenapa Quizer-san diperbolehkan untuk bermain sementara aku tidak boleh memasak? Padahal kegiatanku lebih bermanfaat dibanding dia,” tunjuk Natsumi tidak terima. Namun, Bibi Minami hanya tersenyum untuk menanggapi ucapannya. Ya, tidak ada yang salah karena dia melakukan ini pun untuk membunuh waktunya. “Aku bermain untuk melupakan apa yang terjadi kemarin. Lagi pula, kamu juga tidak tidur bukan? Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang gaduh dari kamarmu. Belum lagi suara pintu kamarmu yang terkunci,” ucap laki-laki itu. Natsumi cukup tersentak. Terlebih Bibi Minami. “Aku berkata jujur Bibi Minami.” “Natsumi, ke mana kamu pergi semalam?” tukas Bibi Minami yang lalu berbalik dengan tatapan nyalang. Natsumi mendengus. “Bibi, Quizer pasti sangat lelah sampai-sampai dia berkhayal kalau aku keluar dari rumah. Aku sudah tidur kemarin malam.” “Bohong Bibi Minami! Aku yakin betul mendengarkan kegaduhan dan lagi, jika pendengaranku salah ... kenapa kamu meminta maaf di kamarmu?” ucap Quizer dengan cepat. “Quizer-san, aku tidak mengatakan itu. Aku benar-benar tidur semalam. Tidak mungkin aku meminta maaf di dalam tidur bukan? Kamu sepertinya berkhayal,” elak Natsumi sambil tersenyum. Sementara lawan bicaranya menatap dia dengan intens. Baik Natsumi atau Quizer, keduanya masih tetap saling beradu mulut. Tidak ada keinginan untuk menjelaskan hal yang sama pada laki-laki tersebut. Natsumi tahu Quizer berbahaya dan begitu pula sebaliknya. Sementara Bibi Minami menyimak perdebatan mereka yang tidak ada habisnya. Entah kapan mereka akan menghentikan perdebatan yang sia-sia saja. Sampai Bibi Minami meminta mereka berhenti berdebat pun, Quizer dan Natsumi tidak melakukan sesuai perintah. Maka tidak segan-segan, Bibi Minami pun menarik telinga keduanya dengan kuat. “I-ittai, Baasan!” ucap Natsumi mewakili Quizer yang menahan suaranya untuk keluar. Bibi Minami tidak lama melepaskan pegangannya dan menyilangkan tangan di depan d**a. “Quizer, bagaimana bisa kamu mendengar Natsumi mengucapkan maaf? Setahu Bibi, kamar Nastumi kedap suara. Rasanya tidak mungkin jika kamu bisa mendengar, kecuali pintu ruangan terbuka.” “Tunggu, kata Natsumi kamarnya tidak kedap suara, Bibi. Maka dari itu aku bisa mendengarkan apa yang Natsumi bilang. Mungkin karena dindingnya tipis, aku jadi bisa mengetahuinya,” jelas Quizer dengan wajahnya yang memucat dan keringat dingin di tangan. “Tidak mungkin,” ucap Bibi Minami yang lalu melihat ke arah Natsumi. “Kecuali kamar Natsumi, kamar orang tuanya dan ruang kerja, itu kedap suara. Kamar tamu tidak kedap suara.” Buru-buru setelah sadar, laki-laki itu kembali membenturkan dahi dengan meja makan. Quizer berbisik pelan, tidak disangka jika Natsumi menipunya atau malah dia sudah tahu. Entahlah, Quizer tidak bisa memikirkan itu lebih lama lagi. Lalu bagaimana dia akan menjelaskan semua kekacauan ini? Dia sudah melakukan dua kesalahan fatal. Natsumi mengembuskan napas, lalu berdiri dari tempat makan. “Bibi Minami, aku merasa pusing. Bisakah kita bahas ini lain kali? Quizer-san tolong antar aku ke kamar.” Bibi Minami melihat bagaimana Natsumi memang terlihat pucat dan dia masih mengira kalau gadis tersebut kekurangan cukup darah. Bibi Minami lalu mengangguk dan mengucapkan, “Natsu-chan, siang ini kamu pergilah untuk memeriksa diri. Tidak perlu masuk sekolah. Aku akan mengantarmu sambil mengantar Quizer-san.” “Bibi, jadwal pengecekan rutinku tinggal beberapa hari lagi. Tidak masalah menunggu. Sudahlah, aku ingin beristirahat,” jelas Natsumi pada bibinya. Dia lalu menarik tangan Quizer. Mereka harus segera pergi sekarang atau semuanya akan terbongkar. Natsumi memang berbohong, dia tidak pusing sama sekali. Namun, dia tidak bisa mengatakan apa yang terjadi kemarin malam. Tidak dengan mengatakan kalau dia pergi untuk bertemu dengan Kazuhiko. Bibi Minami pasti akan marah besar padanya.  Membongkar satu maka semua akan terbongkar. Tidak bisa dia biarkan. Sepertinya Quizer juga bisa diajak kerja sama untuk hal ini. Dia sangat yakin dengan apa yang dilakukannya saat ini. Tanpa sadar Natsumi sudah membantu Quizer untuk terbebas dari pertanyaan menyeramkan bibinya. Setelah sampai di depan kamar, Natsumi memilih untuk masuk begitu saja, tetapi Quizer menahannya. Genggamannya cukup erat dan membuat dia berdebar-debar. “Jadi, kamu memang mengetahuinya?” Sejujurnya ini hal yang paling ingin dirinya hindari. Natsumi tidak ingin bertemu dengan Quizer untuk sementara waktu. Meski begitu, dia tahu kalau tidak ada alasan yang tepat untuk menghindar. Jadi Natsumi kembali tersenyum dan melihat pada Quizer. “Sejak awal aku bertemu denganmu, aku tahu kamu berbeda. Kamu unik, Quizer,” bisik Natsumi pelan dengan tatapannya yang berbinar pada laki-laki tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD