Tanpa diharap ada sebulir air bening meluncur dari kedua mata indah Meisya, wanita itu kembali menyuap potongan roti yang ia celupkan pada segelas s**u dengan tangan sedikit gemetar, kini rasa roti itu telah berbeda. Tidak lagi senikmat tadi, selain karena rasa kenyang yang tiba-tiba memenuhi perutnya juga karena selera yang entah menguap ke mana. Wanita itu memejamkan mata, seiring dengan pelupuk yang tertutup aliran air yang menggenangi turut luruh tanpa penghalang. Meisya menghela napas dalam-dalam, lalu mengambil gelas yang terletak di atas meja makan tepat di hadapannya ia genggam dengan kedua tangan hingga rasa hangatnya menjalar. Meisya meneguk habis s**u coklat di dalamnya lalu menggunakan satu tangannya untuk menyeka pipinya yang basah. "Meisya kamu enggak boleh cengeng kalau