Chapter 01

3538 Words
      “Ailee! Ailee!”     Itu adalah suara Sarah, asisten pribadi Ailee yang merangkap sebagai alarm pagi yang paling menyebalkan.     “Aku baru bermimpi bisa liburan ke Lapland, Sarah ...,” gumam Ailee lemas, tanpa menggerakkan badan sedikit pun untuk sekadar melihat si alarm berjalan itu atau mendengarkan ocehan apa pun yang akan dia ucapkan. Gadis itu malah mempererat pelukan pada boneka ikan paus biru kesayangannya yang menemaninya tidur.     “Lupakan rumah Santa Claus-mu! Kau harus dengar ini!”     Gadis tambun itu—Sarah—duduk, bukan, terjun ke atas ranjang, di mana Ailee sedang menikmati gravitasi pagi hari di awal musim semi yang menyenangkan, di atas ranjang kesayangan. Tubuh Sarah menggoncang awan lembut yang sejak semalam memanjakan Ailee, dan membuyarkan kenyamanan di pagi hari. Sarah yang bertubuh dua kali lipat dari Ailee itu sungguh tak tahu diri. Menyerah, Ailee dengan ogah-ogahan duduk, membuka bed cover dan menatap Sarah kesal. Hampir menerkam dan meraung saking kesalnya.     “Kau tahu, Sarah? Kau baru saja merusak hubungan cinta segitigaku.” Ailee melotot pada Sarah, yang ikut membulatkan mata tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan sahabatnya itu.     “Omong kosong apa yang sedang kaubicarakan?!” Sekarang giliran Sarah yang melototi Ailee kesal, dan bibirnya yang mungil seperti terjepit kedua pipinya itu mulai mencibir.     “Ya, cinta segitiga antara aku, ranjang, dan bantalku. Kini aku melepaskan mereka dan memilihmu. Kuharap kau tak mengecewakanku kali ini.” Ailee membenarkan posisi duduk di hadapannya, lalu menunjuk hidung bulat menggemaskan Sarah yang tengah mendengkus kesal, setelah mendengar penjelasan tidak masuk akal itu.     Sarah memutar bola matanya. Hampir mengajukan cibiran lain yang tidak dibutuhkan, untuk lebih menghancurkan jadwal padat Ailee yang bertajuk Tidak Melakukan Apa Pun di Pagi Ini. Padahal Ailee sudah merencanakan jadwal itu dengan sangat matang sejak semalam. Sekonyong-konyong, seperti teringat sesuatu yang amat penting, Sarah segera menyambar kedua pundak Ailee, mencengkramnya dengan erat, membuat gadis itu kaget bukan main.     “Ailee!”     “Y-ya?” jawab Ailee tergagap.     “Jadi, pagi ini aku membawa dua kabar. Tidak ada kabar baik. Kabar buruk dan sangat buruk. Kau mau mendengar yang mana dulu?” Wajah serius di muka konyol Sarah, mengagalkan segala macam kengerian yang seharusnya diakibatkan oleh kabar buruk itu.     “Ya Tuhan, Sarah ... serius? Di pagi ini yang cerah ini? Setelah aku menyelesaikan konser sukses kemarin? Tidak bisakah kau memberiku istirahat barang sehari saja?” gerutu Ailee kesal.     “Yang buruk dulu? Oke. Dengar!”     Sarah membenarkan duduknya menghadap Ailee untuk mengintimidasi gadis yang sama sekali tidak mendengarkan gerutuannya itu. Sarah memang selalu bicara dengan dirinya, dan fantasinya sendiri.     “Ini tentang kekasih tampan sialanmu itu. Evans Robin. Aku menemukan info dari mata-mataku.”     Ailee bergumam dalam hatinya, ‘Sejak kapan si Big Lady ini memiliki mata-mata?’     Ailee berusaha mati-matian untuk tidak menertawakan apa yang baru saja dipikirkannya.     “Kau mungkin takkan memercayaiku, Ailee. Tapi Evans ... dia ... astaga ....” Si Gembul Sarah memijit-mijit keningnya, dan menunduk sedih.     Evans Robin, adalah aktor muda berbakat yang berkencan dengan Ailee saat ini. Pria itu jauh lebih dulu bergelut di dunia entertainment, dibandingkan dengan Ailee yang baru mulai berkarya di dapur rekaman dua tahun lalu—setelah seorang produser melirik video song cover yang diunggah Ailee di channel Youtube miliknya. Evans memiliki berbagai penghargaan dalam prestasinya berakting di beberapa film Box Office. Wajahnya sangat tampan. Dia tinggi, memiliki senyum yang manis, rambut pirang, matanya bercahaya indah. Seperti model-model pria, yang fotonya menghiasi explore i********: para gadis zaman sekarang. Ailee menggeleng kecil setelah membayangkannya. Di dunia yang digelutinya sekarang begitu banyak orang tampan, dan sebagian besar dari mereka terlihat sama untuk digambarkan demikian.     Ailee merasa, dirinya bukanlah tipe gadis yang mementingkan penampilan fisik dalam hubungan percintaan. Namun, wanita mana yang diciptakan dengan kemampuan menolak seorang pria, aktor, tampan, kaya, yang menyiapkan candle light dinner  romantis di Hawaii dan menyatakan cinta diiringi lagu klasik romantis, seperti yang dilakukan Evans beberapa bulan lalu untuk menyatakan cintanya pada si Diva Muda.     “Ada apa dengan Evans, Sarah? Kau hampir menangis ....” Ailee mulai khawatir ketika melihat mata cokelat Sarah berkaca-kaca karena air mata yang dia tahan agar tidak terurai. Ailee mendekat untuk mengusap punggung sahabatnya. Kerut-kerut menggemaskan di wajah Sarah yang kemerahan itu, membuat Ailee gemas alih-alih menularkan kesedihan yang dirasakannya sekarang.     “Dia membawa model yang kucurigai itu ke apartemennya, Ailee.” Sarah mulai terisak sekarang. “Kau tahu, model yang menjadi bintang di music video-mu yang baru itu. Aku sudah memperingatkanmu dari awal, kalau si p****t Besar itu melirik Evans dengan cara yang aneh dan kau tak memercayaiku. Kau percaya sekarang?”     “Si Tiffany itu? Bersama Evans? Ke apartemennya?”     Sarah mengangguk-angguk dengan cepat dan mengunci rapat bibirnya hingga melengkung ke bawah. Sebelah tangannya menarik Ailee untuk ditabrakkan ke pundaknya yang empuk, memeluk erat dan mengusap-usap rambut cokelat gadis itu. Yang dilakukan Sarah hanya membuat rambut Ailee seratus kali lipat lebih berantakan daripada saat baru bangun tadi.     “Astaga, jangan menangis, Ailee sayang,” katanya, sambil terisak-isak dan mengacuhkan kedua tangan Ailee yang berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Ailee berdoa dalam hati untuk tidak mati karena kekurangan oksigen dalam pelukan lembut--cengkraman-- Sarah.     “Kau yang menangis, Sarah. Bukan aku,” kata Ailee sambil tersenyum, saat Sarah dengan baik hatinya mau mengerti penderitaan Ailee dan melepaskan pelukan membunuhnya. Ailee mengusap air mata yang mulai berjatuhan membasahi pipi gembul kemerahan Sarah. “Jadi ... apa yang didapatkan mata-matamu, Sarah?”     “Beberapa video,” ucap Sarah cepat melepaskan Ailee, kemudian menengok ke segala arah untuk mencari laptop miliknya. Tentu Sarah sangat bersemangat untuk membuat nama Evans buruk di mata Ailee. Mereka saling mengenal sejak SMA, dan Ailee tahu berapa kali ia berurusan dengan pemuda-pemuda yang mengencaninya hanya untuk berselingkuh darinya. Jelas Sarah begitu anti dengan sesuatu yang namanya perselingkuhan. Karena itu, Ailee menganggap reaksi Sarah saat ini adalah yang yang  sangat wajar, meski awalnya sang sahabat sangat mendukung hubungannya dengan sang aktor tampan.     “Laptopmu di kamarmu, Sarah," ucap Ailee sambil menahan tawa mengingat Sarah memanglah sekonyol itu, untuk mencari barangnya di kamar yang bukan miliknya.     “Oh, kau benar.” Gadis itu menepuk jidatya sendiri. “Aku juga memiliki beberapa beberapa foto. Mungkin kurang jelas karena mata-mataku mengambilnya dari dalam mobil saat malam hari, tapi wajah Evans dan Tiff terlihat jelas, kok,” kata Sarah sambil terisak, dan mengusap-usapkan punggung tangan di pipi untuk menghapus air matanya. “Padahal dia terlihat sangat tulus dan romantis. Kalian berdua seharusnya bisa menjadi pasangan yang cocok.”     “Tidak ada manusia yang benar-benar cocok, Sarah.” Ailee hanya bisa mengangkat bahunya singkat. “Bisakah kau memberikan file-nya padaku? Aku ingin melihatnya sendiri.”     “Tentu.”     Sarah beringsut turun dari ranjang dengan semangat, dan bermaksud segera kembali ke ruangannya. Dia melupakan sesuatu yang lebih penting. Ailee yang untungnya memiliki ingatan lebih baik dari Sarah, menahan sebelah tangan gadis itu dengan cepat sebelum dia benar-benar pergi.     “Seingatku ada dua headline menggembirakan pagi ini.”  Ailee mengangkat alisnya tak yakin.     Mata Sarah yang sewarna cokelat belgia itu membelalak kaget. Bibir yang terpoles lipstik berwarna merah muda cerahnya kembali melongo, lebih lebar, dan lagi-lagi mencengkram kedua lengan Ailee dengan erat.      “Ayahmu akan datang, Ailee!” Sarah menghentak-hentakkan lengan kurus Ailee dan ekspresi wajahnya mulai panik.     Ailee terkejut. Membulatkan mata dan menelan air liurnya yang terasa kering di tenggorokan. “Itu baru gila. Kau bisa menangis sekarang. Kapan ia akan tiba?!”     Sarah segera turun dari ranjang, dan menggerak-gerakkan tangannya seiring penjelasan bertubi-tubi di depan Ailee.     “Dia sudah terbang dari London, dan akan sampai di Los Angeles nanti sore,” jawab Sarah dengan was-was.     “Jadwalku hari ini?”     Sarah mengambil catatan kecil dari saku belakang celana jin yang dia kenakan, kemudian membuka catatan itu. Setelah membaca dengan jeli, Sarah menjawab sambil menunjukkan jari telunjuknya ke atas seperti seorang ibu sedang mewanti-wanti hal-hal yang dilarang dilakukan anaknya saat malam prom.     “Pagi ini sampai pukul sepuluh, kau akan sarapan seperti biasa, Kemudian Martha akan datang untuk mempersiapkan dirimu. Oh, ralat, Martha sudah datang untuk merawat rambut indahmu itu. Dia sedang menunggumu di ruang mekap. Sampai pukul dua belas siang nanti, kita akan melakukan talk show di radio,  ada skrip yang bisa kaubaca nanti saat kita berangkat. Kita makan siang bersama produser film di hotel—”     “Batalkan yang itu ... aku tidak ingin bermain film. Apa pun itu.”      Ailee menghentikan ucapan Sarah dengan menunjukkan sebelah telapak tangannya ke wajahnya. Ailee memperingatkannya dengan pandangan jangan paksa aku, atau batalkan semua jadwalnya! dan Sarah tahu benar Ailee akan menolak yang satu itu. Ailee merasa hidupnya sudah cukup palsu, dan cukup melelahkan baginya harus berakting setiap hari di depan semua orang. Baginya, lebih baik bernyanyi seharian di acara amal dengan sukarela daripada harus melakukan hal-hal yang dilakukan selebritas dengan dunia abstrak mereka.     “Baiklah, baiklah. Kau si Pop Star yang penuh permintaan yang menyusahkan. Andai kau bukan sahabatku.” Sarah menggelengkan kepala dan mengangkat alisnya tinggi. Sebelah tangannya mengambil pulpen yang terselip di antara lembaran kertas itu, kemudian mencoret sesuatu di sana. “Ok, setelah kita makan siang, sendiri tanpa produser film, kita akan ke studio foto. Ada pemotretan yang berkaitan dengan release single terbarumu. Yang ini tidak bisa ditolak. Mungkin hanya 2-3 jam saja.”     “Saja? Daripada menghabiskan berjam-jam untuk foto, aku lebih suka bergumul dengan gitar atau piano. Aku ingin menghabiskan waktuku di studio untuk membuat lagu.”     “Setelah pemotretan, baru kita akan pergi ke studio musik, Ailee. Prediksiku, ayahmu akan sampai ke sini pada saat sesi pemotretan. Oh, apa aku sudah bilang pose bangun tidurmu ini bisa membangunkan libido penggemar pria-mu?” kata Sarah sambil tersenyum lebar.     Ailee sangat tahu Sarah mengucapkan itu untuk mengalihkan topik pembicaraan.Sarah mengatakannya sambil mengarahkan keempat jemarinya ke arah Ailee, yang masih duduk memperhatikan dirinya di hadapan kaca. Ucapan dan pandangan Sarah membuat Ailee menunduk untuk melihat bagaimana penampilannya. Gaun tidur berwarna gading yang terbuat dari sutra sebatas paha, sedangkan dua tungkai kaki jenjangnya yang putih terbalut bed cover putih berantakan. Kemudian ia mengalihkan pandangannya untuk menatap kaca di seberang tempatnya tidur. Mengamati wajah elok yang terbias di sana.     Mata hijau cerah terbingkai alis melengkung samar, dibelah oleh hidung mungil yang tajam. Rambut cokelat berantakan, tak merusak keindahan sosok yang selalu dilihatnya tiap ia menatap cermin. Lengannya terkulai lemas dan terlihat lebih kurus dari beberapa hari lalu. Pandangan mata gadis di cermin itu, membuat hati Ailee terenyuh. Sorot mata itu begitu lemah, saat ia sendirian. Tak seperti saat gadis itu tengah menyanyi dan menari di atas panggung, kemarin malam. Mata itu terlihat seperti sedang meminta tolong kepada siapa pun, untuk mengeluarkannya dari jurang kesepian di mana ia sedang terperosok sekarang. Terus menerus dipandanginya sosok tak asing di kaca yang begitu cantik dengan pandangan sendu.     Aku tak tahu apa yang kupikirkan dengan pasti, yang jelas aku merasa kosong.     Bahkan dengan kecantikan yang seperti itu, Ailee tidak bisa mendapatkan kisah cinta yang lebih bahagia daripada gadis-gadis normal di luar sana.     Apa Evans benar-benar berselingkuh? Dia pria yang kesekian yang sudah melakukannya di belakangku. Tapi ... bukankah memang itu yang dilakukan para pria di luar sana? Menjadi b******k dan membanggakannya?     “Jangan ngoceh aneh-aneh, Big Lady. Aku akan bersiap-siap sekarang.” Ailee menyadarkan diri dari lamunan, dan beranjak dari ranjang.     “Hentikan memanggilku begitu, Ailee! Sudah bertahun-tahun aku melarangmu memanggilku begitu.”     “Sejak SMA? Ya. Hahaha, maaf,” balas Ailee setengah hati, karena ia bermaksud akan terus memanggil Sarah seperti itu seumur hidupnya, meski dia berhasil diet dan menjadi sekurus tubuh gadis di cermin tadi.     Bagi Ailee, Sarah memanglah orang besar dalam hidupnya. Sarah adalah gadis yang cantik, lucu, kuat dan binal di saat yang bersamaan. Satu-satunya orang di sekitar Ailee yang hidup tanpa memakai topeng. Sarah bisa memuji lalu memaki Ailee beberapa detik kemudian, jika ada yang mengganggu pikirannya. Dia orang yang cukup jujur untuk dapat mengungkapkan rasa iri dan menangis padanya, saat semua pria menyatakan cinta pada si Cantik Ailee, tapi menolak cinta si Tambun Sarah. Teman sejak SMA yang berharga. Hanya pada Sarah, Ailee memercayakan semua jadwal. Mulai dari Ailee hanyalah seorang idola sekolah yang pandai menyanyi, hingga kini namanya yang selalu menjadi top searching di Google. Dia jugalah yang mengurus akun channel Youtube Ailee. Sarah adalah satu-satu orang yang mengerti bagaimana Ailee lebih dari diri Ailee sendiri.     Ailee bersiap-siap di depan kaca rias. Setelah membersihkan diri di bawah shower. Martha, makeup artist kepercayaan Sarah, sudah menunggunya di sana. Wanita paruh baya itu tersenyum lembut ke arah kliennya yang berharga; sang diva muda yang sedang naik daun. Dia mengucapkan salam dan memuji kecantikan gadis itu seperti biasa. Sedangkan Ailee sama sekali tidak menangkap umpan yang dilemparkan Martha dengan susah payah. Gadis itu tak tahu kenapa Martha tak bosan melakukannya; menggosipkan para pesohor lainnya. Ailee mulai berpikir bahwa mungkin itu adalah standar operasional milik Martha, sesuatu yang harus dilakukannya saat bekerja. Selama mendandani, wanita itu berusaha keras mengajaknya berbicara dengan topik-topik seputar apa yang sedang hangat dibicarakan di sosial media. Sedangkan Ailee hanya tersenyum padanya, menanggapi dengan ringan lalu meladeni Sarah yang datang membawakan sereal dan menyuapinya seperti layaknya seorang ibu mendulang anak balita.     Ibu.     Senyum di wajah Ailee hilang ketika pikiran itu terbesit.     Ailee dibesarkan tanpa seorang ibu. Sang ibu meninggal setelah melahirkannya. Ibu Ailee hamil di usia yang terlalu muda. Menurut cerita yang ia dengar dari sang ayah, ibunya berusia 18 tahun saat menikah dengan ayahnya yang berusia 32 tahun saat itu. Sang ayah kerap kali memuji kecantikan Ailee, yang anak gadisnya itu dapatkan dari sang ibu.     Tak hanya berhenti di sana, Ayah Ailee juga menggambarkan istrinya sebagai wanita yang berhati mulia. Seperti Ailee sekarang, dulunya wanita itu adalah seorang aktivis muda yang hatinya selalu tergerak untuk melakukan hal-hal sosial. Itu membuat Sebastian Smith, Ayah Ailee, jatuh cinta dan segera menikahinya sesaat setelah mereka pertama kali bertemu—saat pesta kelulusan SMA, yang digelar di convention hall milik pria itu. Kisah cinta yang terdengar sangat indah dan tulus, sebelum ada desas desus bahwa ibu Ailee menikahi pria tua karena harta, dan Sebastian Smith adalah seorang p*****l yang menyukai gadis-gadis muda. Itu gila dan menakutkan.     Sebastian Smith adalah seorang pengusaha, seorang penemu dan pengembang teknologi komunikasi yang mendunia. Ia menaungi sebuah perusahaan raksasa yang mengembangkan artificial intelligent, The Homunculus Inc. Penemuan-penemuan dan penelitian Sebastian dikembangkan dan menjadi core termutakhir pada smartphone, komputer, robot, dan lain sebagainya. Pikiran konyol Ailee, sering sekali ia meyakinkan dirinya jika namanya, mungkin berasal dari ‘AI’, yang merupakan singkatan dari bidang yang digeluti Ayahnya itu.     Ketika mengenang keluarganya, Ailee tak bisa melupakan apa kata neneknya dulu. Sebelum meninggal saat Ailee berusia tiga belas, sang nenek—ibu dari Sebastian Smith—selalu bilang jika sejak kecil Sebastian adalah seorang kutu buku, lalu dewasa sebagai seorang drop out yang didepak dari universitas karena tidak fokus dalam kuliah. Membuat penelitian-penelitian aneh yang dianggap tidak beretika, lalu sekarang penemuannya bisa menghasilkan berjuta-juta dollar hanya dalam waktu beberapa detik. Ia menggeleng dan menahan tawanya.     Manusia sungguh konyol.     Ailee dulu bisa bersiap-siap hanya dengan beberapa menit. Terima kasih untuk Martha, Ailee baru berada di mobilnya setelah satu jam ia bersiap diri. Celana ketat mengkilap dengan sobekan di sana-sini yang menunjukkan warna kulitnya yang merekah, kaus bertuliskan Mr. Invisible's  yang merupakan judul single terbarunya, dirangkap dengan jaket bomber besar berwarna ungu pucat, lengkap dengan ankle boots favoritnya.     Di mobil, sementara Sarah membicarakan jadwal hari ini dengan supir pribadi mereka, Ailee sibuk memeriksa apa yang dikirimkan Sarah padanya. Sebuah video berdurasi sekitar sepuluh menit, dan beberapa foto dengan objek yang sama. Evans dan Tiffany. Sarah sudah mencurigai Evans yang katanya mencuri pandang ke arah si b****g Besar Tiffany, sejak beberapa hari lalu saat mereka melakukan shooting music video Mr. Invisible's.     Ailee tak mudah mempercayai seseorang, mengingat segala bentuk pemanfaatan yang ia alami seumur hidupnya karena bayang-bayang sang ayah yang notabene seorang konglomerat. Setidaknya, masa lalu itu menyelamatkan Ailee dari rasa kecewa karena dikhianati. Gadis itu dengan mata kosong, terus mengulang video yang memutarkan adegan di mana Evans benar-benar menjemput model itu di sebuah klub dan membawanya pulang ke apartemen.     ‘Setidaknya aku punya alasan kuat untuk putus dengannya.’     Itulah yang ada dipikiran Ailee kemudian.   ***        “Apa yang menginspirasimu dalam pembuatan membuat lagu terbarumu, Mr. Invisible's ini? Kenapa tidak Mr. Right atau semacamnya?” tanya penyiar radio, yang bertugas mewawancarai Ailee.     Tahan senyummu agar tetap di tempatnya, Ailee.     Ailee harus menahan diri untuk tidak menusuk mata penyiar itu dengan pulpen di tangannya, yang ia gunakan untuk memberi tanda tangan pada beberapa orang di radio itu. Penyiar itu, memasang senyuman aneh saat menatap tubuh Ailee. Beberapa kali ada sentuhan fisik seperti berjabat tangan dan mencium pipi, ia merasa pria itu terlalu banyak mengusapkan telapak tangan pada tubuhnya. Pria b******k dan sarkastik.     “Hehe ... ini terinspirasi oleh priaku di masa depan,” jawab Ailee, berusaha tetap bersikap manis.     “Oh? The right guy yang belum terlihat maksudnya?”     “Well, mari kita anggap seperti itu.”     Bohong. Aku tidak percaya apa yang namanya jodoh.     "Apakah kita mendapatkan gosip yang panas di sini?"     Tertawa, Ailee berusaha bekerja sama dengan baik.     “Itu mengingatkanku pada para penggemar wanitaku yang mengeluhkan status single-nya, saat mereka saling curhat di foto-foto Instagramku yang baru-baru ini kuposting bersama … kau tahu, Evans Robin.”     “Jadi rumor itu benar? Ailee berkencan dengan Evans Robin sang aktor tampan itu? Sungguh pasangan yang serasi.”     Kebohongan lainnya. Di depan pengamatan jeli Ailee, tidak perlu alat pendeteksi kebohongan, untuk mengetahui bahwa si penyiar itu sedang berbohong.     “Baru dua atau tiga minggu. Sebelumnya statusku masih sama seperti para Ailegion wanita, sebutan para penggemarku. Kami wanita single yang berbangga diri, lalu rumor itu muncul, mereka histeris saat aku mengkhianati mereka—dan mungkin Mr. Invisible-ku— saat aku berkencan dengan Evans. Maafkan aku, Ailegion-ku yang luar biasa. Kalian tahu aku mencintai kalian semua.”     “Kau selalu menyapa fans-mu dengan cara seperti itu.”     “Tentu, mereka sangat loyal, kompak, dan keren. Aku merasa sangat diberkati mempunyai fans sekeren mereka.”     Tidak semuanya yang dikatakan Ailee adalah kejujuran. Mungkin untuk bagian kesan pribadi Ailee mengenai fans-nya, ya, Ailee benar-benar menganggap mereka adalah sebuah berkah. Namun, untuk jati diri Mr. Invisible yang mereka bicarakan itu adalah hal lain. Ailee bukan membuat lagu itu untuk pria yang akan menjadi suaminya di masa depan, atau semacamnya. Gadis itu membuat istilah itu untuk ditujukan kepada siapa pun yang sudah berjasa melindungi dirinya, dari serangan media yang belakangan ini semakin menjadi-jadi kepadanya.     Media, terutama media sosial dewasa ini, bisa menjadi pisau bermata ganda bagi pelaku entertainment seperti Ailee. Meski manajemennya selalu rajin mengunggah foto atau video yang positif; saat ia sedang latihan vokal, kegiatan selama menjadi aktivis korban perang, foto candid-nya saat bersama Evans dan lain sebagainya, tapi banyak sekali rumor miring, beriringan dengan ketenarannya.     Di media sosial, mereka kerap mengatakan bahwa Ailee tak lain seperti malaikat kecil yang turun dari surga. Namun, banyak lainnya yang menyebarkan info-info hoax, mengenai hobi-hobi putri konglomerat yang tidak pernah dilakukan Ailee sebelumnya. Lalu cerita-cerita kelam tentang pribadinya sebagai seorang anak p*****l, atau apa pun kebohongan yang diungkapkan secara tak mendasar di media, internet, sehingga orang-orang mulai mencibir, mengolok-olok, dan merendahkannya. Sedangkan gadis itu bahkan tak tahu, apa yang sedang dibicarakan orang-orang di luar sana mengenai dirinya. Salah satu faktor yang membuat Ailee sulit untuk percaya pada orang lain.     Seperti pasukan pembasmi kejahatan yang dilihatnya di film superhero semasa kecil dulu, Ailegion melindunginya dari cemoohan haters, menguatkannya kembali untuk berkarya. Sedangkan Mr. Invisible bertindak sebagai jendral perang, bergerak sangat heroik, bak sang pemimpin para Ailegion berperang untuk melindungi dirinya. Si Pahlawan Misterius ini memberi Ailee semangat, untuk terus berkarya dengan melindungi Ailee dari hal-hal negatif di sekitarnya.     Setiap berita miring tentang sang idola muncul di permukaan, haters ramai meributkannya seperti sedang mengerubungi pinata di suatu pesta. Mr. Invisible—seseorang yang tak diketahui Ailee—akan membereskannya diam-diam, tanpa sisa. Menghapus tanpa jejak, mengganti video palsu dengan video asli, melakukan hal-hal yang seperti sihir di internet, membuat Ailee sangat mengaguminya.     Tidak ada clue yang ditinggalkan untuk mengetahui siapa jati dirinya, dari mana orang itu berasal atau informasi apa pun tentangnya. Ailee sudah menanyai Sarah atau bagian media di manajemennya, tapi sama sekali tidak ada yang mempunyai ide, siapa sang Jendral Perang ini. Ailee bukan seorang IT mania seperti sang ayah, tapi ia cukup tahu bahwa apa yang dilakukan Mr. Invisible adalah tindakan yang mustahil dilakukan oleh seorang amatir. Satu-satunya seseorang yang mungkin melakukan itu dan memiliki motif yang cukup untuk melakukannya, adalah Sebastian Smith. Sang Ayah. Bukan hal yang mustahil bagi orang sejenius Sebastian Smith untuk melakukannya. Karena itu, Ailee merasa aman ketika ia mengakui bahwa dirinya milik Mr. Invisible yang dicintainya, yang tak lain adalah ayahnya sendiri.     Setelah wawancara radio—dan penampilan akustik bersama krunya—Ailee bertolak menuju studio foto melanjutkan pekerjaan lainnya. Duduk manis sementara make up artist mendandaninya, melakukan photoshoot, dan tersenyum lebar, sementara kelelahan menumpuk di pundak kecilnya. Jika boleh memilih, Ailee akan lebih senang mengurung diri di studio musik dan menghasilkan sesuatu di sana.       Ailee sangat menyukai musik sejak kecil. Ayahnya selalu membiasakan Ailee kecil berada di sekitar pemutar piringan hitam atau pianonya, dan memainkan berbagai macam musik setiap hari. d**a Ailee merekah hangat saat ia ingat dirinya masih menyimpan rahasia sang ayah yang tidak diketahui oleh siapa pun selain dirinya. Sebastian Smith adalah pemain piano yang cukup mahir, namun pria itu tidak memiliki cukup percaya diri untuk menunjukkannya pada siapa pun. Hanya di depan putri tunggalnya Sebastian menunjukkan kemampuan bermain pianonya. Ailee adalah pembelajar musik yang antusias sejak kecil ia adalah seorang seniman musik secara natural. Namun itu dulu, sebelum penelitian Sebastian mendapat apresiasi dunia sehingga  perusahaannya berkembang pesat dan pria itu menjadi gila kerja, lalu meninggalkan si Jenius Musik Kecil itu bersama pianonya sendirian.     Membuat musik dan menggerakkan orang lain untuk menyanyikan musik yang ia buat, menjadi satu-satunya kenangan yang menyenangkan setelah ayahnya meninggalkan ruang bermain piano mereka seperti untuk selamanya. Ailee merasa musik akan selalu membahagiakan dirinya yang kesepian, seperti manisnya sebuah kenangan lama. Jauh dalam hatinya, Ailee berharap ayahnya akan mendengar lagunya dan bermain piano bersamanya lagi seperti dulu.     “Ailee, maaf tapi kita harus membatalkan perjalanan ke studio musik.”     Suara Sarah menggema, terdengar lemah di telinga Ailee yang masih duduk tak bersuara di sampingnya.     Kembali ke mimpi buruk, eh?     “Kenapa?”     Dengan lemah, Ailee menolehkan kepalanya pada Sarah. Ego dalam diri Ailee ingin menunjukkan ekspresi kesal di wajahnya, tapi akal sehat Ailee meminta penjelasan sebelum ego itu mengusai diri. Ia tahu, Sarah pasti punya alasan. Semoga alasan itu cukup kuat untuk membuat akal sehat tetap bertahan.     “Ayahmu sudah datang dan menunggu di rumah. Jadi, kita pulang sekarang. Aku akan bilang pada Theo, kita punya urusan mendadak. Mereka akan mengerti,” jelas Sarah yang juga menekan alisnya ke bawah. Turut sedih karena di matanya, Ailee terlihat hampir menangis karena ucapannya.     ‘Tidak adakah hal menyenangkan yang Tuhan rencanakan bagiku hari ini? Baiklah, aku akan bersabar menunggu hal baik yang mungkin sudah disiapkan Tuhan untukku,’ Ailee bergumam dalam hati.[]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD