Valora menatap ragu pada sandwich yang telah ia buat dengan sepenuh hati. Roti yang lembut, isian sayuran segar, dan daging ayam panggang yang menggoda selera. Ia menghela napas, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Ia tahu, di bangku taman universitas itu, Ares akan berada di sana, seperti biasa.
Dengan langkah mantap, Valora berjalan mendekati Ares yang sedang duduk di salah satu bangku. Dia mengenakan kaos hitam dan celana jeans yang membuatnya terlihat semakin menarik. Senyumnya, yang lebar dan ceria, membuat Valora merasa lebih percaya diri.
“Hai, Ares!” sapanya ceria saat sudah cukup dekat.
Ares menoleh, wajahnya menyiratkan keheranan dan kemudian beralih menjadi senyuman. “Hai, Valora! Apa kabar?”
“Baik! Aku... ini,” Valora mengulurkan sandwich itu ke arah Ares. “Aku buatkan ini untukmu.”
“Wow, terima kasih!” Ares mengambil sandwich itu dengan kedua tangan, matanya berbinar. “Kamu selalu tahu cara membuat hariku lebih baik.”
Valora merasa pipinya memanas. “Aku harap kamu suka.”
Ares menggigit sandwich itu. “Mmm... enak sekali! Kamu harus ajarin aku cara buatnya.”
Revando, teman Ares yang duduk di samping, ikut mendengarkan. “Apa? Sandwich buatan Valora? Aku juga mau!” katanya sambil tertawa.
Valora tersenyum, merasa senang mendengar pujian dari Ares. “Tentu saja, Revando. Aku bisa buatkan untukmu juga.”
Ares menyodorkan setengah sandwich itu kepada Revando. “Coba ini! Ini buatan Valora.”
Revando mengangguk penuh semangat, mengambil sandwich itu dan menggigitnya. “Wow, ini luar biasa! Valora, kamu jago banget!”
Valora merasa jantungnya berdebar lebih cepat. “Terima kasih, Revando. Aku hanya suka memasak.”
Ares menyelesaikan setengah sandwichnya dan menatap Valora dengan serius. “Tapi serius, Valora. Kenapa kamu tidak pernah buatkan sandwich ini untuk kita bertiga sebelumnya?” tanya Ares, setelah satu minggu dekat dengan Valora.
“Aku... aku tidak tahu,” Valora menjawab, berusaha tidak terjebak dalam tatapan Ares. “Aku pikir, mungkin kamu lebih suka makanan lain.”
Ares tertawa kecil. “Makanan lain? Seharusnya kamu tahu, aku hanya suka makanan yang enak! Dan ini enak.”
Revando menambahkan, “Iya! Dan kita butuh lebih banyak sandwich seperti ini!”
Valora tidak bisa menahan senyumnya. Karena Ares sangat suka sekali dengan sandwich buatannya. Valora sudah dekat dengan lelaki itu. Bahkan Ares juga mengantarnya pulang.
“Terima kasih sudah suka makananku.”
Revando menyeringai, melihat Valora yang tersipu malu melihat pada Ares yang tersenyum manis menggoda pada Valora.
Sialan! Temannya itu sekarang menjadi seorang buaya yang mencoba untuk menarik mangsanya. Mana Valora senyum-senyum malu pada Ares.
“Kalian sangat cocok sekali.” Revando menyeletuk semakin membuat pipi Valora merona merah dengan ucapan Revando.
“Tapi Kak Ares katanya-”
“Kau tidak usah mendengar apa yang dikatakan para mahasiswi centil itu. Ares masih sendiri dan belum ada kekasih.” Ucap Revando.
Ares menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh temannya itu pada Valora. Ares melihat Valora kembali, memegang tangan Valora, lalu menarik Valora untuk duduk di sampingnya.
“Benar apa yang dikatakan oleh Revando. Aku masih sendiri Valora.” Jari panjang Ares menyapirkan rambut Valora ke samping. Valora menatap apa yang dilakukan oleh Ares padanya.
Wajahnya dengan wajah Ares sangat dekat sekali. Hanya berjarak beberapa centi—
CUP!
Mata Valora terbelalak menatap pada Revando yang mendorong Ares. Sehingga bibir Ares menimpa bibir Valora. Valora yang mencoba untuk menjauh. Ares memegang pinggang Valora.
Bibir Ares bergerak melumat bibir ranum Valora.
Revando yang melihat itu terkejut, namun dia membiarkan apa yang dilakukan oleh temannya pada Valora. Melihat wajah Valora yang hanya diam saja dan tidak melawan sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh Ares.
Gadis itu ternyata memang menyukai Ares.
Ares merasakan Valora yang mulai kehabisan napas. Ia melepaskan lumatannya pada Valora, mengusap lembut bibir Valora, yang nafasnya tersengal dengan apa yang dilakukan oleh Ares barusan padanya.
“Bibirmu sangat manis Valora. Aku minta maaf– aku tidak–”
“Tidak perlu meminta maaf Kak. Lagian wajar kalau Kakak menciumku. Karena aku juga suka dicium oleh Kakak.” Ucap Valora menunduk dengan pipinya yang bersemu merah.
Revando terkekeh kecil mendengar ucapan Valora barusan. Gadis itu sungguh luar biasa sekali mengatakan hal itu. Dia tidak melarang Ares untuk melakukan itu atau menampar. Malahan dia bilang suka dicium oleh Ares. Pesona Ares memang sangat susah sekali ditolak. Lihat saja, bagaimana Ares menyeringai dan suka mendengar ucapan Valora berusan.
“Benarkah? Kau tidak marah padaku Valora? Aku sangat takut sekali, kalau kau marah padaku Valora. Kau tahu, kalau aku sudah kurang ajar mencium dirimu.”
Valora mendengar itu menggeleng. “Aku tidak marah Kak. Katanya kalau lelaki mencium bibir perempuan, tandanya dia suka pada gadis itu. Aku senang karena kau suka padaku Kak.” Valora menunduk malu.
Jari telunjuk Ares mengangkat dagu Valora. Lalu dia menatap pada Valora. “Aku memang suka padamu Valora. Kan aku sudah bilang padamu, kalau aku suka padamu Valora. Tapi, kalau aku meminta kamu untuk menjadi kekasihku di sini. Ahh… rasanya tidak romantis sekali. Sabar sayang, kau akan menjadi kekasihku.”
Ares menatap Valora dalam, sembari tangannya mengusap bibir Valora. Valora menunduk dan mengangguk, tentu saja dia akan sabar untuk menjadi kekasih Ares.
Ares pasti menyiapkan hal yang begitu romantis sekali untuk dirinya. Lelaki itu sudah kelihatan, kalau dia itu memang lelaki yang bertanggungjawab dan sangat romantis sekali.
Revando yang mendengar ucapan Ares barusan langsung menggeleng, dan tidak menduga kalau Ares sudah melangkah sejauh ini padahal baru seminggu mendekati Valora.
Dan Revando yang melihat wajah malu-malu Valora, mendengkus kecil. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan menjauh dari Ares juga Valora. Dia tidak mau melihat bagaimana Ares merayu gadis itu lagi.
Ares melihat temannya menjauh, ia tersenyum sinis. Pasti dia akan menang lagi, dan Ares sudah tidak sabar untuk menjemput hadiahnya dan setelah itu, urusannya dengan Valora selesai.
“Valora, aku harus latihan basket dulu. Kau lihat bukan, bagaimana Revando yang pergi?” Tanya Ares.
Valora mengangguk. “Iya Kak. Semangat latihannya.” Ucap Valora.
Cup!
Kali ini Valora memberanikan diri mencium pipi Ares. Lelaki itu tersenyum dan mengusak rambut Valora.
“Nanti pulang bersamaku Valora.” Kata Ares kembali diangguki oleh Valora.
Valora melihat kepergian Ares dengan senyumannya. Ia senang Ares mencium bibirnya tadi.