Samudra menarik tangan Jingga dan membawanya ke luar dari gang sempit itu. Berjalan tanpa sepatah kata, namun tangan pria itu terus menggenggam tangan mungil Jingga menuju kediamannya.
“Kau pasti lapar? Bagaimana kalau Paman buatkan makanan?” Samudra menatap wajah lesu Aldebaran setelah mereka tiba dan duduk di sebuah sofa ruang tamu.
“Ma, apa bisa?” Aldebaran melihat ke arah Jingga dan meminta izin. Samudra melirik Jingga dari ekor matanya. Perempuan itu mengangguk kecil dari tempatnya berdiri lalu Aldebaran mengangguk pada Samudra.
“Baiklah anak kecil, ” Samudra mengusap kepala Aldebaran lembut. Berdiri dari hadapan Aldebaran. Ia menghela napas panjang melihat Jingga yang menunduk diam di tempatnya. Tidak bisa membayangkan kemana dua orang ini jika dia tidak mengekori dari belakan
