5. Aku harus menikah denganmu?

1090 Words
“Tidak boleh,” spontan Cristian menjawab. Mana mungkin ia membiarkan seorang gadis polos ikut mandi dengannya. Dia masih sangat waras. Bergegas Cristian menuju kamar mandi, lalu pintu ditutup. “Hei, kenapa tidak boleh? Aku hanya ingin lihat,” rengeknya. Di dalam kamar mandi, Cristian tersentak kaget. Ingin melihat? Apa yang ingin dia lihat? “Kau adalah seorang gadis. Dan seorang gadis tidak boleh ada di dalam satu kamar dengan seorang pria. Apa lagi di kamar mandi,” tegas Cristian. Entah mengapa detak jantung Cristian semakin cepat?” “Mengapa begitu?” “Mengapa begitu?” ulang Cristian di dalam hatinya. Kembali membuka pintu, dan menampilkan air muka datar. Seharusnya ia memberi penjelasan agar tak diganggu lagi. “Begini, Nona lukisan yang menurutku tidak nyata, tapi mau tak mau aku harus menerima kenyataan ini dalam keadaan sadar. Akan kujelaskan padamu; kau seorang gadis, dan aku adalah laki-laki. Kita memiliki jenis kelamin berbeda dan seharusnya kau dan aku tidak berada di dalam kamar yang sama.” Cristian menghirup udara setelah mengeluarkan penjelasan panjang. “Jadi, aku tidak boleh ada di kamarmu, Cristian?” Zisy bertanya polos. Mata Cristian bercahaya. Tampaknya Zisy mengerti akan penjelasannya. “Nah, benar sekali. Sekarang karena kau sudah mengerti, kau harus kembali ke dalam lukisan itu,” pinta Cristian sembari menunjuk kanvas yang tergantung di dinding kamarnya. “Oh, ooh, begitu, ya? Lalu bagaimana caranya agar aku bisa terus bersamamu?” “Kau harus menikah jika ingin bersama dengan seorang pria,” jawab Cristian tanpa sadar. “Ah, jadi aku harus menikah denganmu? Nah, dengan begitu, aku bisa melihatmu ketika mandi.” Dagu Cristian hampir jatuh. Apa yang gadis ini katakan barusan? Menikah dengannya? Meskipun Cristian tak memiliki pacar, bukan karena tak ada yang menyukainya. Ada beberapa gadis yang ia tolak sejak setahun belakangan ini, karena ia tidak merasa cocok dengan mereka. Cristian tertawa kering setelah kaget sejenak. Seorang gadis dari dunia nyata saja ia tolak, apa lagi gadis yang keluar dari lukisan dan bukan manusia. “Kau bercanda, ya?!” Zisy menggeleng polos. “Aku serius.” “Kau tahu aku ini apa? Dan kau sendiri apa?” “Kau adalah laki-laki dan aku adalah seorang gadis. Bukannya kau mengatakan laki-laki dan gadis bisa menikah?” “Iya, aku memang mengatakan itu, tapi yang bisa menikah adalah sesama manusia dan mereka saling mencintai.” Air muka Zisy dalam sekejap berubah sedih. “Jadi kita tidak bisa menikah?” “Tepat sekali. Aku adalah manusia dan kau ..., aku tak tahu kau makhluk apa.” Cristian menutup pintu kamar mandi. Menghela napas beberapa kali. Berdiam sejenak memikirkan apa yang baru saja terjadi di dalam kamarnya. Masih ragu untuk mempercayai kenyataan tersebut. Ia berbicara dengan gadis yang keluar dalam lukisan? Apakah hal itu masuk ke dalam logikanya? Tentu tidak! Ia harus berpikir di luar logikanya sekarang. *** Setengah jam berada di kamar mandi, barulah Cristian memutuskan untuk keluar. Berharap agar Zisy masuk kembali ke dalam lukisan. “Aku berpakaian. Jadi kau tidak boleh mengintip.” Zisy di dalam lukisan tak menjawab. Seketika itu, Cristian mengamati lukisan. Mungkinkah Zisy tak berdaya jika berada di dalam lukisan? Cristian mendekati lukisan tersebut dan melambaikan tangannya. Tak ada pergerakan dari lukisan tersebut. Lantas ia menuju ke almari. Memilih pakaian. Setelah menemukannya, Cristian mempercepat aksinya dalam memakai celana dan kemeja. Diliriknya sejenak lukisan tersebut, lalu keluar dari kamarnya. Cristian merasa lapar setelah sedikit berdebat dengan gadis itu. Seperti biasa, ia melihat para pekerja merapikan tempatnya. Semua orang menyapa Cristian, tapi pagi ini, Cristian hanya membalas dengan anggukan. Ia langsung menuju ruang makan. Di atas meja sudah tersedia sarapannya pagi ini. Satu porsi omelet disantapnya dengan pelan. Setelah satu kunyahan, ia berhenti memakan sarapannya. Menyeka mulutnya yang tipis, lalu memanggil Chef. “Chef, bisa tolong buatkan aku roti bakar saja?” Buru-buru Chef menghampiri Cristian. Aneh sekali, bukannya hari ini Cristian sengaja meminta telur dadar sebagai sarapannya? “Apa omelet buatan saya tidak enak, CEO?” “Ah, bukan begitu, aku hanya tidak ingin makan ini untuk saat ini.” “Oh, baik-baik, saya mengerti.” Segera sang Chef membereskan satu porsi sarapan itu. Ia kembali ke dapur dan menyiapkan pesanan Cristian. Sementara itu, Cristian bermain dengan ponselnya saat ini. Ia sedang membaca artikel yang baru terbit pagi ini. Sudah menjadi kebiasaannya membaca artikel setelah selesai sarapan. Namun, kali ini sambil menunggu sarapan ia membaca artikel. Netra biru safir itu fokus mengamati layar ponselnya. Tangannya meraih segelas s**u, tanpa melihat ia meminum s**u tersebut. “Apa itu enak?” tanya suara seorang gadis. Tampaknya Cristian pernah mendengar suara itu sebelumnya. Bibir gelas masih berada di mulutnya, pandangannya beralih dari layar ponselku gadis di depannya. Cristian menyemburkan sisa s**u di dalam mulutnya ke wajah Zisy. Buru-buru Zisy menyeka wajahnya yang basah dengan tangan kosong. “Pakai ini,” ujar Cristian ketika ia menyodorkan beberapa helai tisu pada Zisy. Diambilnya tisu tersebut, dan ia gunakan untuk menyeka wajahnya. Zisy baru saja tiba di sana dan melihat Cristian meneguk cairan dalam gelas itu. Ia penasaran dan langsung bertanya. Siapa sangka kehadirannya akan membuat Cristian terkejut? “Kau sengaja?” “Tidak, aku tidak sengaja. Kau sadar tidak membuatku terkejut?” Cristian bertanya balik. “Pak CEO bicara dengan siapa?” Chef datang membawa roti bakar di nampan. Netranya mencari-cari orang yang Cristian ajak bicara. Namun, tak ada siapa pun di sana. Seketika Cristian menjawab, “Dengan gadis ini.” “Maaf, gadis yang mana?” sebutkanlah lagi karena ia tak menemukan gadis yang Cristian maksud. “Gadis ini.” Tunjuknya. Melihat Chef yang kebingungan, tampaknya hanya ia yang bisa melihat gadis itu. “Aku hanya bercanda, Chef. Aku sedang berbicara dengan temanku di telepon.” “Oh, begitu rupanya.” *** “Jangan mengikutiku,” bentak Cristian. Zisy sampai terperanjat ketika mendengar bentakan Cristian. Ia merasa bosan di dalam lukisan, dan melihat wajah Cristian membuatnya gembira. Itulah sebabnya ia mengikuti pria itu. “Hanya kau yang bisa melihatku di sini. Hanya kau yang bisa berbicara denganku. Dan hanya kau mengusirku ....” Lirihnya. Sedikit merasa bersalah. Cristian menghentikan langkah kakinya. Sejenak ia memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah. Beruntung hanya ia yang bisa melihat penampilan konyol gadis ini. Lagi pula, siapa yang masih mengenakan gaun abad Victoria sekarang kalau bukan untuk keperluan pekerjaan? Misalnya pembuatan film atau iklan yang bertema zaman Victoria. “Katakan apa maumu?” Zisy mengangkat wajahnya. “Mau bersamamu,” jawabnya. “Mengapa?” “Karena kau tampan, dan ....” “Dan apa?” Cristian tak terkejut ketika Zisy menyebutnya tampan. Namun, ia merasa sedikit senang dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD