4. Zisy

1090 Words
Sang gadis tengah menunggu Cristian yang pingsan beberapa menit lalu. Duduk di tepi ranjang sembari mengamati fitur wajah lelaki berusia 23 tahun itu. Terbius oleh ketampanan Cristian, hingga membuatnya enggan masuk ke dalam lukisan. Ia pun tak menyangka kalau pria itu bisa melihat dirinya. “Kapan pria ini akan bangun?” gumamnya. “Melihatku saja sudah pingsan, apa lagi melihat para hantu beringas itu.” Sang gadis memalingkan wajah. Melihat-lihat kamar Cristian. Tak hantu yang datang sejak ia mengusir hantu buruk rupa. Sekilas ia menoleh pada Cristian, matanya berbinar. “Eh? Dia sudah sadar?” Pada saat itu, Cristian mengerjapkan mata. Kelopak matanya perlahan terangkat. Setelah terbuka sepenuhnya, Cristian melihat seorang gadis berpenampilan aneh di ranjangnya. Lagi-lagi ia memejamkan mata lantaran pingsan. “Ah? Dia membuatku kesal saja.” Memangku dagunya dengan telapak tangan. Enggan pergi dari sana. Ia keras kepala ingin melihat Cristian bangun dan berbicara dengannya. “Aku mulai mengantuk.” Lantas ia berdiri dan mengangkat gaunnya agar lebih mudah berjalan. Diliriknya Cristian, tetapi lelaki itu tak kunjung bangun. Mungkin ia akan muncul di depannya besok. Sang gadis memutuskan untuk kembali ke dalam lukisan. Namun, ia merasakan angin kencang berembus dari jendela. Netranya menyala mendapati makhluk halus di sana. “Masih tak jera juga. Dan lagi mengapa pria ini di dekati banyak hantu. Dan mereka semua perempuan pula.” Helaan napasnya dapat terdengar. Tak segan ia menghampiri hantu yang baru tiba di kamar Cristian. “Kau baru di sini?” tanya si hantu. “Eh? Kau bicara denganku?” gadis itu malah bertanya balik. Melihat si hantu tak takut dengannya, pasti ia dikira hantu sejenis. “Memang siapa lagi? Minggir, ini waktunya aku makan.” Gadis itu tak bergeming. Ekspresinya datar. “Makan? Apa yang bisa kau makan?” Si hantu berpakaian putih dengan rambut bak diterbangkan angin puyuh; berkata, “Kau baru di sini. Kuyakin kau tidak tahu. Pria ini memiliki energi mana yang banyak. Setiap malam aku datang dan menyerap energinya.” “Begitu, ya?” Dengan sekali kibasan dari tangan kanannya, hantu tersebut terlempar menembus dinding. Sang gadis tak mengubah ekspresinya sejak tadi. “Mengganggu saja,” gerutunya. Pada saat ia berbalik, Cristian yang sudah sadar memiliki tatapan yang tak bisa dijelaskan di matanya. Bola mata Cristian berputar, seperti tadi ketika ia akan pingsan. Buru-buru gadis itu menarik kerah kemeja Cristian. “Eh! Jangan pingsan lagi.” Diguncangnya badan Cristian, hingga tak jadi pingsan. Sungguh siapa yang bisa menjelaskan pada Cristian, apa yang terjadi saat ini? Mengapa ia melihat gadis dalam lukisan itu keluar dari lukisan?! “K-kau ... ini ... apa?” tanya Cristian terbata-bata. Ia masih tak mempercayai penglihatannya sendiri. Apakah ia bermimpi di dalam mimpi? Namun, rasanya sangat nyata. “Kan, sudah aku katakan.” Ia mengelih pada lukisan di dinding. Melihat kanvas yang semula terlukis seorang gadis berpakaian abad Victoria, tetapi kini sang gadis tak berada pada tempatnya. Bukannya itu hal yang mustahil? Cristian tak percaya akan adanya makhluk halus, atau kekuatan magis di dunia ini. Semua hanya dongeng menurutnya. Namun, mengapa ia melihat makhluk yang bukan manusia di depan matanya saat ini?! “Mengapa kau ... kau bisa keluar dari ... sana?” Cristian bertanya ragu-ragu sembari menoleh pada gadis itu, bergantian dengan lukisan kosong di dinding. Gadis itu berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Cristian, “Hm, entahlah. Ini pertama kalinya aku keluar dari sana. Mungkin karena ... ucapanmu kemarin.” “Ucapanku? Ucapanku yang mana?” sontak Cristian bertanya kaget. “Kau bilang akan mencari pemilikku, kan? Kau tidak bohong, kan?” sang gadis tak sadar dan membawa dirinya lebih dekat dengan Cristian. “Tunggu, tunggu sebentar.” Jari telunjuknya mendorong bahu gadis itu dengan pelan. “Biarkan aku berpikir. Situasi ini membuatku tidak nyaman.” Gegas Cristian turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Ditutupnya pintu tersebut dengan cepat. Ia membasuh wajahnya beberapa kali, sampai ia benar-benar sadar. “Situasi macam ini?” tanyanya pada bayangan di cermin. *** “Kenapa lama sekali? Aku sudah mengantuk; mataku berat.” Gadis itu, memutuskan kembali ke dalam lukisan karena Cristian tak kunjung keluar dari kamar mandi. Lukisan tergantung dengan baik di dinding. Kembali seperti sedia kala, memperlihatkan sang gadis dan payungnya. Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka sedikit. Cristian hanya memperlihatkan matanya. Diamatinya sejenak kamarnya, gadis itu sudah tak ada lagi di kamarnya. Cristian menghela napas lega. Akhirnya ia bisa keluar, tanpa menghadapi gadis itu. Perlahan-lahan ia menjulurkan kaki kanan, lalu diikuti dengan kaki kirinya. Ia tutup pintu sepelan mungkin. Lagi-lagi mengamati sekitar, dan menemukan lukisan tersebut sudah kembali seperti sedia kala. “Oh, dia sudah kembali rupanya.” Tubuh Cristian seketika menegang. Mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menyadari sesuatu. “Jadi ini nyata?!” *** Pagi harinya, Cristian terbangun karena merasakan angin berembus di wajahnya. Namun, terasa sangat kecil, dan sedikit mengganggu. Pada saat ia membuka kedua kelopak matanya, dilihatnya gadis dalam lukisan bernapas di wajahnya. Sejenak Cristian tak bereaksi. Setelah mendapatkan kesadarannya, Cristian melompat dari tempat tidur. Lagi-lagi ia dikejutkan akan kehadiran makhluk astral. Ia harus menyebut gadis ini dengan sebutan hantu? Atau jin? Entahlah, Cristian tak tahu jenis makhluk apa yang ada di kamarnya saat ini. “Mengapa begitu kaget? Bukannya kita sudah bertemu semalam?” gadis itu pun ikut turun dari ranjang dan menghampiri Cristian. Ia berdiri tepat di depan lelaki itu dan tersenyum cerah. “Semalam aku sangat mengantuk. Jadi, aku tak menunggumu. Namaku, Zisy,” katanya. “Zisy?” ulang Cristian. “Namamu siapa?” Zisy bertanya dengan binar matanya yang mengharapkan jawaban dari Cristian. “Crist, Cristian.” Entah kenapa Cristian menjawab gadis itu. Apakah sekarang ia sedang berkenalan dengan makhluk halus? “Apa yang aku lakukan?” Cristian bergumam rendah. “Apa maksudmu?” “Kau ... kau ini bukan manusia sepertiku, kan? Lantas mengapa kau datang kemari?” “Aku tidak pernah ingin datang kemari. Aku bahkan tidak tahu dan sudah ada di sini,” jawab Zisy. Pertanyaan Cristian cukup membuatnya bingung dan ia menjawab sejujurnya. “Aku tidak mengerti dengan situasi ini.” “Aku juga tidak mengerti,” tegas Zisy. Kalau kalian berdua sama-sama tidak mengerti, lebih baik duduk dan bicarakan dengan lembut. “Ngomong-ngomong kau tidak takut lagi, kan? Aku bukan hantu atau makhluk jahat. Aku penghuni lukisan itu,” Zisy menerangkan. “Tidak, aku tidak takut lagi. Baguslah kalau kau bukan makhluk jahat. Jadi bisa kau kembali ke dalam lukisan? Aku mau mandi.” Zisy mengangkat wajahnya. “Boleh aku ikut mandi?” pertanyaannya sungguh polos. Sungguh Cristian terkejut dan seketika memiliki keinginan meninju tembok. Meskipun Zisy bukan manusia, tapi tetap saja, Zisy adalah perempuan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD